The Satanic Verses
The Satanic Verses adalah novel keempat karya penulis Inggris-India, Salman Rushdie. Pertama kali diterbitkan pada bulan September 1988, buku ini terinspirasi oleh kehidupan nabi Islam Muhammad. Seperti buku-buku sebelumnya, Rushdie menggunakan realisme magis dan mengandalkan peristiwa dan tokoh-tokoh kontemporer untuk membentuk karakter-karakternya. Judul novel ini mengacu pada insiden ayat-ayat setan, di mana Muhammad mengaku tertipu oleh kata-kata setan ketika dirinya menyampaikan ayat-ayat dari Allah kepada khalayak ramai mengenai tiga Dewi kaum pagan Makkah (Allāt, Al-Uzza, dan Manāt).[1] Sehingga bukannya mengkritisi Dewi-Dewi tersebut, Muhammad justru memuja, dan mengatakan bahwa syafaat dari mereka sungguh sangat diharapkan.[2] Pada malamnya Malaikat Jibril pun mendatangi Muhammad, mengabarinya bahwa ayat-ayat yang ia sampaikan ke khalayak ramai yang memuja Dewi-Dewi pagan tersebut rupanya berasal dari setan, sehingga Allah pun membatalkannya dan menggantikannya dengan ayat-ayat dari-Nya.[3][4][5] Riwayat ini disepakati kebenarannya oleh ulama-ulama islam awal (Salaf) dan yang datang berikutnya (Khalaf),[6] dan tercatat pada kitab-kitab sejarah Islam seperti beberapanya yang ditulis oleh al-Waqidi dan ath-Tabari.[1]
Pengarang | Salman Rushdie |
---|---|
Negara | United Kingdom |
Bahasa | English |
Genre | Magic realism |
Diterbitkan | 1988 |
Jenis media | Print (Hardcover and Paperback) |
Halaman | 546 (first edition) |
ISBN | ISBN 0-670-82537-9 |
OCLC | 18558869 |
823/.914 | |
LCC | PR6068.U757 S27 1988 |
Didahului oleh | Shame |
Diikuti oleh | Haroun and the Sea of Stories |
Novel ini mendapat penilaian yang sangat positif secara luas dari para kritikus, dan merupakan finalis Booker Prize 1988, dan memenangkan Whitbread Award pada tahun 1988 untuk novel terbaik untuk tahun tersebut.[7] Timothy Brennan menyebut karya ini sebagai "novel paling ambisius yang pernah diterbitkan yang membahas pengalaman seorang imigran di Inggris".
Buku tersebut dan apa yang dianggap sebagai penistaan agama dikutip sebagai motivasi dalam pengeboman, pembunuhan, dan kerusuhan ekstremis Islam dan memicu perdebatan tentang penyensoran dan kekerasan bermotif agama. Khawatir akan kerusuhan, pemerintah Rajiv Gandhi melarang impor buku tersebut ke India.[8][9] Pada tahun 1989, Pemimpin Tertinggi Iran, Ruhollah Khomeini menyerukan supaya Rushdie dibunuh, yang mengakibatkan beberapa upaya pembunuhan terhadap sang penulis, yang diberikan perlindungan polisi oleh pemerintah Inggris,[10] dan serangan terhadap individu-individu yang terkait, termasuk penerjemah novelnya ke dalam Bahasa Jepang Hitoshi Igarashi, yang ditikam sampai mati oleh pria berkebangsaan Bangladesh pada tahun 1991. Upaya pembunuhan terhadap Rushdie terus berlanjut, di mana yang terkini, pada 12 Agustus 2022, seorang pria bernama Hadi Matar, menikam Rushdie ketika akan berpidato di Chautaqua, New York.[11] Rushdie segera dilarikan ke rumah sakit pada saat itu. Pada 14 Agustus 2022, dilaporkan bahwa Rushdie telah lepas dari ventilator dan sudah dapat berbicara.[12]
Plot
Di Britania Raya, novel ini diterima dengan baik oleh para kritikus, dan menjadi finalis Booker Prize tahun 1988, walaupun dikalahkan oleh Oscar and Lucinda karya Peter Carey yang memenangkan Whitbread Award 1988 untuk novel terbaik tahun itu.[13] Namun, di komunitas Muslim, novel ini menghasilkan kontroversi yang luar biasa. Buku ini tidak boleh beredar di India, dan banyak dibakar pada demonstrasi di Britania Raya. Novel ini juga menyulutkan kerusuhan di Pakistan pada tahun 1989.
Sinopsis
Dalam kilas balik kehidupan Mahound yang berseting di Jahiliyah yang berupa mimpi atau penglihatan dari Gibreel, dikisahkan bahwa sang "Messenger" (perantara) dihadapkan pada pilihan sulit untuk berkompromi dengan adat politeisme. Pada saat ia ingin memperkenalkan sistem monoteisme yang diwahyukan kepadanya, hal tersebut ditentang oleh masyarakat setempat. Pada puncaknya ia harus memilih antara mengakui ketiga dewi utama Jahiliyah (Allat - bentuk wanita dari Allah, Uzza, dan Manah) sebagai setara dengan Allah dan seluruh penduduk Jahiliyah akan menyembah Allahnya Mahound, atau ia dapat bersikeras untuk menolak dewi-dewi tersebut dan akan dimusuhi/diasingkan. Setelah ia mengundurkan diri untuk mencari wahyu, pertama-tama ia kembali dengan menyatakan bahwa ia mendapatkan wahyu dari Gabriel bahwa ketiga dewi tersebut akan diakui setara dengan Allah; namun kemudian setelah ia naik gunung lagi, ia kembali dengan menyatakan bahwa wahyu sebelumnya adalah dari setan dan harus dimusnahkan dari semua catatan tertulis yang telah dibuat, sebagai akibatnya ia dan pengikutnya melarikan diri dari Jahiliyah. Dua sequence pendek lainnya yang menceritakan tentang Mahound mengisahkan tentang tokoh bernama Ayesha, yang diceritakan merupakan anak perempuan muda yang menjadi istri Mahound, dan awal mula sistem poligami dalam kepercayaan yang disebarkan oleh Mahound. Sequence ketiga mengisahkan tentang seorang pengikut Mahound, yaitu juru tulisnya dari Turki, yang mencatat semua syair (karena wahyu yang disampaikan kepada Mahound dibacakan seperti puisi sesuai dengan tradisi oral masyarakat saat itu) yang diutarakan oleh Mahound; juru tulis tersebut menjadi benci dengan Mahound karena ia beberapa kali menyelamatkan Mahound dan pengikutnya namun tidak pernah diakui jasanya, kemudian bibit ketidakpercayaannya membuatnya menguji apakah benar wahyu Mahound berasal dari malaikat. Diceritakan ia mengubah beberapa kata-kata kecil pada saat ia mencatat apa yang dikatakan Mahound tanpa sepengetahuan Mahound. Hasilnya ternyata Mahound yang mendengar ulang apa yang dituliskan tidak menyadari perubahan yang terjadi. Sang juru tulis akhirnya berkesimpulan bahwa wahyu tersebut tidak lain adalah hasil rekaan Mahound sendiri.
Referensi
- ^ a b Erickson, John D. (1998). "The view from underneath: Salman Rushdie's Satanic Verses". Islam and Postcolonial Narrative. Cambridge, UK: Cambridge University Press. hlm. 129–160. doi:10.1017/CBO9780511585357.006. ISBN 0-521-59423-5.
- ^ al-Tabari. The History of al-Tabari [Ta’rikh al-rusul wa’l-muluk], vol. VI. hlm. 108. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 Agustus 2021.
- ^ "Tafsir Ath-Thabari, QS 22:52". King Saud University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-16. Diakses tanggal 17 Agustus 2021.
- ^ "QuranX.com The most complete Quran / Hadith / Tafsir collection available!". quranx.com. Diakses tanggal 2021-08-18.
- ^ "Tafsir Al Jalalayn (QS 22:52)". altafsir.com.
- ^ Ibn Taymiyyah. Majmu' al-Fatawa. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 June 2018. Diakses tanggal 13 June 2018.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaNetton2
- ^ Manoj Mitta (25 January 2012). "Reading 'Satanic Verses' legal". The Times of India. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2013. Diakses tanggal 24 October 2013.
- ^ Suroor, Hasan (3 March 2012). "You can't read this book". The Hindu. Diakses tanggal 7 August 2013.
- ^ "'The Satanic Verses' author Salman Rushdie on ventilator after New York stabbing". Fortune. Diakses tanggal 15 August 2022.
The death threats and bounty led Rushdie to go into hiding under a British government protection program, which included a round-the-clock armed guard
- ^ Gelles, David; Root, Jay; Harris, Elizabeth (12 August 2022). "Live Updates: Salman Rushdie Is Stabbed During Speech in Western New York". The New York Times. Diakses tanggal 12 August 2022.
- ^ "Salman Rushdie off ventilator and able to talk". BBC News (dalam bahasa Inggris). 2022-08-14. Diakses tanggal 2022-08-16.
- ^ Ian Richard Netton (1996). Text and Trauma: An East-West Primer. Richmond, UK: Routledge Curzon.