Garuda Indonesia Penerbangan 421

berusaha nya pilot untuk menyelamatkan 54 penumpang dan 6 kru
Revisi sejak 17 Agustus 2022 04.21 oleh Prana2106 (bicara | kontrib)

Garuda Indonesia Penerbangan 421 adalah penerbangan domestik berjadwal yang dioperasikan oleh maskapai penerbangan Garuda Indonesia yang menempuh jarak sekitar 625 km (388 mi; 337 nmi) dari Ampenan ke Yogyakarta. Pada tanggal 16 Januari 2002, terjadi kecelakaan yang menyebabkan pesawat ini melakukan pendaratan darurat.

Garuda Indonesia Penerbangan 421
Pesawat Garuda Indonesia Boeing 737-3Q8, pesawat yang terlibat dalam kecelakaan.
Ringkasan kecelakaan
Tanggal16 Januari 2002
RingkasanKebakaran kedua mesin saat hujan lebat/hujan es yang mengakibatkan pendaratan di air
LokasiBengawan Solo
7°40′03″S 110°46′48″E / 7.66750°S 110.78000°E / -7.66750; 110.78000
Penumpang54
Awak6
Cedera22
Tewas1 (Pramugari)
Selamat59
Jenis pesawatBoeing 737-300
OperatorGaruda Indonesia
RegistrasiPK-GWA
AsalBandar Udara Selaparang, Kota Mataram
TujuanBandar Udara Adisucipto, Kota Yogyakarta

Akibat insiden ini, seorang pramugari tewas karena tersedot keluar pesawat yang disebabkan terbukanya pintu darurat dan 12 penumpang lainnya terluka.

Pesawat dan kru

Pesawat yang dipakai dalam penerbangan ini adalah Boeing 737-3Q8, dengan kode registrasi PK-GWA. Pesawat ini dibuat pada tahun 1988 dan dikirim pada tahun 1989.[1] Pesawat tersebut adalah pesawat Boeing 737 pertama yang diterbangkan oleh Garuda Indonesia. Saat kejadian, pesawat ini diterbangkan oleh Kapten Abdul Rozaq (44) dan kopilot Harry Gunawan (46).

Kecelakaan

Garuda 421 terbang dari pulau Lombok di Indonesia sekitar pukul 08.00 UTC. Menurut informasi yang didapat selama penyelidikan, tinggal landas, climb dan cruise selama penerbangan dilaporkan cerah. Pilot melaporkan saat descent awal dari ketinggian (FL) 310 (kurang lebih 31.000 kaki), mereka memutuskan untuk mengambil rute lain karena mereka melihat ada nya badai dalam rute perjalanan yang sudah direncanakan. Badai ini terlihat dari radar cuaca di dalam pesawat.[2]

Analisis dari kotak hitam data penerbangan digital (DFDR) dan gambar yang diperoleh dari satelit NOAA-12 menunjukan bawa penerbangan telah memasuki badai sewaktu kru pesawat memulai untuk mengubah rute dari rute normal menuju Yogyakarta. Data satelit menunjukan pesawat memasuki daerah dengan cuaca buruk sekitar 09.18 UTC. Cuaca sangat buruk dan badai juga terakam dalam rekaman percakapan di dalam kokpit (CVR). Data dari pencitraan satelit, CVR dan DFDR serta pernyataan pilot menunjukan sebelum pesawat memasuki kawasan badai, pesawat menuju selatan dan terbang menuju ke celah anatara dua badai. Pilot melaporkan bahwa mereka mencoba terbang di celah antara dua badai yang dapat dilihat dari radar cuaca pesawat. Setelah 90 detik memasuki badai, kedua mesin pesawat mati pada 09.20 UTC, CVR dan DFDR berhenti merekam karena kehilangan listrik dari generator yang berada di kedua mesin pesawat. Pilot mencoba tiga kali menghidupkan kembali mesin pesawat namun gagal dan memutuskan untuk melakukan pendaratan darurat di sungai Bengawan Solo.

Evakuasi dan penyelamatan

Dua pintu dibuka untuk evakuasi. Para warga desa yang berada dekat di tempat kejadian juga turut membantu. Penumpang yang tidak terluka dan barang-barang pribadinya ditampung sementara di sebuah rumah kosong seorang warga, sementara penumpang yang terluka diangkut dengan kendaraan yang tersedia ke klinik terdekat. Usai evakuasi, pilot menghubungi Jogja Tower melalui telepon seluler dan melaporkan pendaratan dan lokasi darurat. Tim penyelamat tiba sekitar dua jam kemudian dan semua penumpang dan awak yang tersisa dibawa dengan selamat ke rumah sakit.

Akibat

Garuda Indonesia tidak lagi mengoperasikan rute ini pada tahun 2005. Masih menggunakan nomor penerbangan GA-421, namun pada rute Denpasar–Jakarta sebagai gantinya, dioperasikan oleh Airbus A330 atau 777-300ER.[3] Garuda Indonesia juga mendanai pembangunan jalan lokal di sekitar lokasi kecelakaan dan juga membangun aula serbaguna dan fasilitas waduk sebagai bentuk terima kasih atas bantuan warga setempat saat evakuasi.[4]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "Garuda PK-GWA (Boeing 737 - MSN 24403)". www.airfleets.net. Airfleets aviation. Diakses tanggal 20 May 2013. 
  2. ^ "PT. Garuda Indonesia GA421, B737 PK-GWA, Bengawan Solo River, Serenan Village, Central Java, 16 January 2002" (PDF). Indonesia: National Transportation Safety Committee. 2006. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2015-01-03. Diakses tanggal 2013-03-02. 
  3. ^ "Show Schedule by Week". www.garuda-indonesia.com. Diakses tanggal 2020-03-20. 
  4. ^ "Mengenang Garuda GA421 Mendarat di Sungai Bengawan Solo [II]" [Commemorating Garuda GA421 Landing on the Solo River]. abarky.blogspot.com. Indonesia Teknologi. 19 January 2015. Diakses tanggal 2020-03-20. 

Pranala luar