Otis Hahijary
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. (Juli 2017) |
Netralitas artikel ini dipertanyakan. |
Dr Otis Hahijary, S.Pd (lahir 12 Desember 1969) adalah salah satu tokoh pertelevisian Indonesia. Beliau merupakan tokoh di Visi Media Asia, induk perusahaan media yang membawahi ANTV, tvOne, dan portal berita VIVAnews.
Otis Hahijary | |
---|---|
Lahir | Otis Hahijary 12 Desember 1969 Jakarta, Indonesia |
Kebangsaan | Indonesia |
Pekerjaan | Direktur Pengatur (ANTV) Wakil Direktur Utama (ANTV) |
Tahun aktif | 2003-sekarang |
Tempat kerja | Pasaraya Departement Store (2003) Lativi (2003-2008) tvOne (2008-2016) ANTV (2013-sekarang) |
Dikenal atas | ANTV dan tvOne |
Pendidikan
- SD Menteng 01 Pagi (1985-1991)
- Lancaster University (1995-1996)
Karier
Era Lativi (2003-2008)
Sebelum terjun di dunia penyiaran, Otis sempat bekerja di Pasaraya Departement Store, sebuah perusahaan ritel di bawah naungan ALatief Corporation milik pengusaha Abdul Latief sebagai Managing Director pada tahun 2000 hingga 2003. Ketika bekerja di Pasaraya Departement Store, Otis dituntut untuk cermat dalam mengelola tata ruangan produk fashion dan kosmetik, agar produk tersebut dapat lebih mudah dijangkau oleh pelanggan.[1] Pada tahun 2003, Otis hengkang dari Pasaraya Departement Store dan bergabung dengan Lativi (kala itu sahamnya juga dimiliki oleh ALatief Corporation) untuk membenahi program-program di stasiun televisi tersebut. Beberapa program Lativi saat itu yang populer di tangan Otis antara lain kartun Nickelodeon, Lativi Kids, Karbol, Komedi Tengah Malam, Layar Komedi, Pildacil, hingga program gulat bebas World Wrestling Entertainment (RAW, Smackdown, ECW). Pada masa itu, Otis terbilang berani menempatkan tayangan World Wrestling Entertainment pada jam keluarga yakni dimulai pada pukul 21.00 WIB (dan pernah pula tayang secara marathon mulai pukul 20.00 hingga 05.00 WIB pada momen libur lebaran).
Rebranding Lativi menjadi tvOne (2008-2017)
Pada tahun 2008, Otis membuat gebrakan baru di dunia pertelevisian Indonesia yakni melakukan peluncuran ulang terhadap stasiun televisi Lativi menjadi tvOne tepat pada 14 Februari 2008.[2] Dengan mengusung tema sebagai televisi berita, olahraga, dan hiburan (secara selektif), Otis berhasil menjadikan tvOne sebagai referensi utama pemirsa Indonesia dalam mencari informasi teraktual serta disajikan secara lebih atraktif dibandingkan pendahulunya, Metro TV.[3] Target pasar utama yang dibidik Otis untuk tvOne adalah pria berusia 15 tahun ke atas dengan status ekonomi sosial menengah ke atas. Otis pun mengubah tampilan dan penyajian tayangan berita di layar kaca tvOne seperti halnya tayangan berita di saluran FOX News, serta menambahkan konten olahraga dan hiburan di dalamnya. Sehingga, tvOne secara konsisten sukses menjadi televisi berita nomor satu di Indonesia (berdasarkan data dari AC Nielsen) serta menjadi rujukan utama sejumlah media asing untuk memperoleh informasi penting dari Indonesia. Program berita dan talkshow unggulan seperti Kabar Petang, Apa Kabar Indonesia dan Indonesia Lawyers Club (pada tahun 2021 digantikan oleh Catatan Demokrasi) yang sukses memimpin pasar dibandingkan program sejenis di televisi berita lainnya merupakan bukti dari hasil tangan dingin Otis bersama Karni Ilyas selaku pemimpin redaksi tvOne. Beberapa program olahraga yang ditayangkan oleh tvOne juga sukses menarik perhatian pemirsa, seperti Liga Inggris, Liga Spanyol, Indonesia Super League, Live World Boxing, hingga Piala Dunia 2014. tvOne juga sukses dalam menggelar ajang One Pride MMA sejak tahun 2016 hingga kini. Otis juga berhasil membawa tvOne sukses menayangkan program religi Islam bertajuk Damai Indonesiaku yang kerap menghadirkan ceramah dari ulama Ahlusunnah Wal Jamaah yang dikemas secara ringan dan menarik bagi pemirsa namun tidak mengurangi esensi acara itu sendiri.
Reposisi ANTV (2013-sekarang)
Sukses menjadikan tvOne sebagai televisi berita nomor satu di Indonesia, Otis pun ditugaskan oleh Visi Media Asia untuk melakukan pembenahan kinerja dan reposisi pasar pada stasiun televisi ANTV terhitung sejak Oktober 2013. Target pasar utama ANTV diubah dari yang semula menyasar kalangan remaja (yang identik dengan tayangan musik dan olahraga khususnya Liga Indonesia), menjadi televisi hiburan keluarga dengan penekanan pada pemirsa wanita (khususnya ibu rumah tangga) dan anak-anak.[3] Titik awal ANTV melejit menjadi salah satu televisi dengan jumlah penonton terbanyak di Indonesia dimulai dari meledaknya serial Mahabharata versi 2013 (pada tahun 2017 serial ini ditayangkan ulang di MNCTV), yang turut melambungkan popularitas Shaheer Sheikh di kalangan masyarakat Indonesia.[4] Sejak saat itulah, ANTV dikenal sebagai trendsetter penayangan serial India di Indonesia, dengan menghadirkan berbagai judul yang meledak di pasaran seperti Jodha Akbar, Uttaran, Thapki, Anandhi, Gopi, Archana Mencari Cinta, Lonceng Cinta, Mohabbatein, dan masih banyak lagi. Tidak cukup dengan serial India, Otis juga sukses menjadikan ANTV sebagai trendsetter penayangan serial Turki yang dimulai dari Abad Kejayaan, kemudian disusul dengan judul lainnya yakni Shehrazat, Cansu & Hazal, Antara Nur & Dia, Fatmagul, Bunga Yang Terluka, dan lain-lain. Namun mengingat adanya regulasi terhadap batasan konten dalam negeri dan luar negeri, Otis pun juga menghadirkan tayangan ulang beberapa sinetron produksi dalam negeri yang pernah berjaya di masanya seperti Jinny Oh Jinny, Tuyul dan Mbak Yul, Jin dan Jun, Putri Duyung, dan lain-lain (beberapa di antaranya diproduksi ulang dalam versi baru oleh rumah produksi dari masing-masing judul). Termasuk juga menghadirkan sinetron dalam negeri yang menggabungkan artis Indonesia dengan beberapa artis India yang membintangi serial India yang ditayangkan oleh ANTV, serta mengembangkan beberapa program in-house seperti Pesbukers, yang pada tahun 2017 berhasil meraih prestasi tertinggi sepanjang sejarah penayangannya dengan sedikit memasukkan dan memodifikasi konsep program Yuk Keep Smile yang pada akhirnya juga mempopulerkan goyangan dengan nama "Chicken Dance" versi India. Otis juga sukses merebut hati pemirsa anak-anak dengan menghadirkan tayangan animasi asal Rusia yakni Masha & The Bear, serta beberapa tayangan animasi dari India seperti Shiva dan Burka Avenger. Selama menangani ANTV, Otis melakukan beberapa hal di antaranya menghidupkan kembali peran divisi programming, menjadikan setiap bagian waktu (daypart) merupakan primetime bagi setiap kelompok pemirsanya,[1] menerapkan strategi kombinasi program in-house dan out-house, menerapkan strategi pemasaran 360 derajat (dengan penekanan pada optimalisasi seluruh jaringan media sosial yang ada dan banyak digunakan pemirsa), serta meningkatkan nilai tambah bagi pemirsa ANTV (misalnya dengan menggelar program turunan dari serial India yang ditayangkan ANTV seperti Mahabharata Show).
Rejuvenasi tvOne (2017-sekarang)
Pada tahun 2017, Potus memberikan kejutan di ranah pertelevisian dengan menghidupkan kembali program hiburan di layar kaca tvOne yang sempat mati suri serta peningkatan intensitas penayangan program olahraga di stasiun televisi yang sama, setelah tvOne sempat terlalu terfokus pada program berita sepanjang tahun 2013 hingga 2016 (di luar penayangan Indonesia Super League, Piala Dunia 2022, serta beberapa turnamen FIBA lainnya),[5][6] karena menurut kabar yang berhembus pada tahun 2012, Otis dan Karni Ilyas sempat berselisih mengenai alokasi jam tayang ketika program musik Radio Elshinta mendominasi waktu menjelang tengah malam secara kejar tayang, dan sempat mengalami pengurangan durasi ketika penayangan Indonesia Lawak Club melebihi batas waktu yang ditentukan programming, hingga akhirnya program tersebut harus dihentikan hingga tahun 2016 (dan kembali tayang sejak Januari 2017 namun tidak memiliki jadwal tetap).[7] Langkah ini diawali Potus dengan menghidupkan kembali program Radio Elshinta, kemudian berlanjut dengan memindahkan beberapa program yang sebelumnya ditayangkan ANTV ke layar kaca tvOne yaitu berupa serial Turki dan program kuis Super Family 100. Potus juga kembali menghadirkan tayangan kompetisi sepak bola dengan mengambil kembali hak siar Liga Indonesia (Liga 1 dan Liga 2) untuk memuaskan pecinta SportOne (sebutan untuk penggemar tayangan olahraga di tvOne) serta menambah porsi tayangan Live World Boxing dengan membeli hak siar beberapa pertandingan tinju di benua Eropa.[6] Ke depan, tvOne diharapkan mampu menyalip peringkat kepemirsaan RCTI dan GTV dalam peringkat televisi nasional (dengan lebih banyak merangkul pemirsa usia tua khususnya wanita), meski sudah mapan menjadi televisi berita nomor 5 di Indonesia.[4] Namun sayangnya, proses reposisi tvOne harus terhenti per 31 Juli 2017 hingga batas waktu yang tidak ditentukan, diduga karena adanya friksi antara redaksi dengan programming mengenai penjadwalan.
Garis waktu
- Direktur Pengatur PT Pasaraya Tosersajaya (2003)
- Direktur Pemrograman & Pemasaran Lativi (2003-2008)
- Direktur Pemasaran tvOne (2008-2016)
- Direktur Strategis Visi Media Asia (2008-2021)
- Wakil Direktur Utama ANTV (2013-2017)
- Wakil Direktur Utama NET (2017-sekarang)
- Wakil Komisaris Utama Intermedia Capital (2020-2021)
Referensi
- ^ a b "Otis Hahijary Berprinsip Tiap Waktu Adalah Primetime Bagi Sebuah Tayangan, Ini Maksudnya". Surya. Diakses tanggal 2017-07-01.
- ^ "tvOne, Nama Baru Lativi". detikfinance. Diakses tanggal 2017-07-02.
- ^ a b "Otis Hahijary, Pria di Balik Sukses Rejuvinasi ANTV - MIX Marcomm". MIX Marcomm (dalam bahasa Inggris). 2017-01-04. Diakses tanggal 2017-07-02.
- ^ a b "Cerita Menarik dari Reposisi Antv | SWA.co.id". SWA.co.id (dalam bahasa Inggris). 2017-04-27. Diakses tanggal 2017-07-02.
- ^ "Reposisi TVOne". www.marketing.co.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-07-02.
- ^ a b "Ini Alasan tvOne Berubah Wajah dengan Menayangkan Serial Internasional". Tabloidbintang.com. Diakses tanggal 2017-07-02.
- ^ "All About India Dramas on TV". www.lautanindonesia.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-11. Diakses tanggal 2017-07-02.