Bondho Nekat
Bonek adalah sebutan untuk kelompok suporter klub sepak bola Persebaya Surabaya dari Jawa Timur. Bonek mengacu pada suporter pria, dan Bonita (singkatan dari Bonek wanita) mengacu pada suporter wanita.
BOdoh NEKat | |
---|---|
Singkatan | BONEK MANIA |
Sejak | 1991 |
Jenis | Suporter klub sepak bola |
Klub kebanggaan | Persebaya Surabaya |
Slogan | Salam satu nyali, Wani! |
Lokasi | Surabaya, Jawa Timur |
Stadion | Stadion Gelora Bung Tomo, Stadion 10 November |
Tribun | All tribun |
Ketua | - |
Tokoh penting | Dahlan Iskan |
Sub Kelompok |
|
Warna Kebesaran | Hijau |
Afiliasi | Bobotoh
NJ Mania Kabomania Benteng ViolaK-Conk Mania |
Arti nama
Bonek adalah akronim yang diambil dari bahasa Jawa yaitu Bondho Nekat, (bahasa Indonesia: Modal) dan Nekat (bahasa Indonesia: punya kemauan yang kuat). Jadi secara harfiah Bonek mempunyai arti 'bermodalkan tekat atau kemauan yang kuat'. Pada awal tahun 2017 manajemen baru Persebaya Surabaya melalui presiden klub Azrul Ananda berusaha menghilangkan stigma negatif terhadap Bonek yang dikenal selama ini dengan memberi tambahan perkataan 'kreatif' jadi kini Bonek dikenal dengan nama Bondo, Nekat & Kreatif.[1]
Kelompok suporter Bonek memiliki slogan ataupun juga salam yang selalu diucapkan ketika bertemu dengan sesama mereka yaitu "Salam Satu Nyali" dan dibalas dengan "Wani!" (bahasa Jawa: Berani)
Sejarah
Istilah Bonek pertama kali dimunculkan oleh harian pagi Jawa Pos tahun 1988[2] untuk menggambarkan fenomena ribuan suporter Persebaya Surabaya yang berbondong-bondong ke Jakarta untuk mendukung Persebaya dalam laga final kompetisi Divisi Utama PSSI 1987–88. Secara tradisional, Bonek adalah suporter pertama di Indonesia yang mencetuskan fenomena away supporters (pendukung sepak bola yang mengiringi tim kebanggaannya bertanding ke kota lain) seperti di Eropa, pada waktu itu memang belum ada suporter yang away dengan sangat terorganisir seperti Bonek. [3] Dalam perkembangannya, ternyata away supporters juga diiringi aksi perkelahian dengan suporter tim lawan. Tidak ada yang tahu pasti awal mulanya Bonek menjadi radikal dan anarkis. Jika mengacu tahun 1988, saat 25 ribu Bonek berangkat dari Surabaya ke Jakarta untuk menonton final Persebaya vs. Persija, tidak ada kerusuhan apapun. Bonek juga memiliki hubungan yang sangat baik dengan Viking Persib Club supporter klub Persib Bandung.
Bagi kebanyakan masyarakat, Bonek cenderung memiliki catatan negatif jika dilihat dari kisah masa lalu. Namun seiring berjalannya waktu, perlahan Bonek menunjukkan kedewasaanya dalam mendukung klub kebanggannya dengan tertib, terorganisir, kompak dan tidak anarkis. Tidak hanya para remaja, mulai balita sampai yang tua baik laki-laki maupun wanita pun ada untuk menyaksikan klubnya bertanding. Hal ini menunjukkan stigma Bonek yang semakin hari semakin lebih baik. Eksistensi Bonek tidak hanya di Surabaya, melainkan juga di beberapa daerah di Indonesia bahkan sampai mancanegara. Kelompok suporter ini terkenal dengan loyalitasnya mendukung tim kesayangan dengan selalu menghadirkan ribuan suporter dimanapun klubnya berlaga. Bahkan saat terjadinya Dualisme Persebaya Surabaya yang terjadi antara 2010 hingga 2017, Bonek menempatkan dirinya digarda terdepan sebagai simbol perlawanan terhadap apa yang mereka sebut sebagai pendzoliman terhadap tim Persebaya Surabaya.[4]
Mars
Sebagai sebuah kelompok suporter yang besar, Bonek juga mempunyai Musik mars atau lagu penyemangat yang disebut "Mars Bonek" yang selalu dinyanyikan saat mereka mendukung tim Persebaya bertanding.
Rivalitas
Ribuan Bonek selalu hadir memenuhi stadion saat Persebaya berlaga apalagi jika pertandingan tersebut melibatkan tim-tim besar era perserikatan seperti pertandingan melawan Persib Bandung, Persija Jakarta, PSIS Semarang, PSM Makassar juga saat melawan Madura United yang lebih didasari oleh faktor kedekatan secara geografis dan kultural. Namun diantara pertandingan-pertandingan besar tersebut ada satu lagi pertandingan yang paling menyedot animo dan emosional suporter yaitu pertandingan melawan Arema FC dan Arema Indonesia, pertandingan yang dijuluki Derbi Super Jawa Timur ini dikenal sebagai salah satu pertandingan terpanas di Indonesia. Bahkan suasana panas sudah terasa menjelang pertandingan hingga akhir pertandingan dan puluhan ribu tiket yang dijual secara daring ludes terjual hanya dalam hitungan menit.[5]
Afiliasi
Pada era Perserikatan kedua suporter tersebut merupakan musuh terbesar karena persaingan klub, namun mereka tidak pernah mengalami kerusuhan. Sejak era Liga Indonesia, hubungan mereka sangat erat berawal dari ikrar yang mempertemukan kedua suporter pada play-off Liga Indonesia pada tahun 2003 di Solo, Jawa Tengah. Mereka memiki moto dan membuktikan bahwa suporter yang sama kuatnya bisa bersatu di dalam Stadion.
Galeri
-
Bonek memenuhi Stadion Gelora Bung Tomo pada pertandingan Liga 1 yang bertajuk Derbi Super Jawa Timur antara Persebaya melawan Arema FC, 6 Mei 2018.[6]
-
Bonek melakukan penggalangan dana di jalanan Kota Surabaya untuk korban bencana puting beliung di Krian, 19 February 2017
Lihat juga
Referensi
- ^ "Bonek bertransformasi menjadi Bondo, Nekat & Kreatif". Jawapos.com. 21 Maret 2017. Diakses tanggal 5/10/2019.
- ^ "Asal usul sebutan Bonek". Historia.id. Diakses tanggal 5/10/2019.
- ^ "Bonek pionir awaydays suporter di Indonesia". Emosijiwaku.com. 8 Mei 2016. Diakses tanggal 5/10/2019.
- ^ "Kisah heroik perjuangan Bonek membela Persebaya". Emosijiwaku.com. 16 Januari 2017. Diakses tanggal 5/10/2019.
- ^ "50 ribu tiket Persebaya vs. Arema ludes terjual hanya 11 menit". Detik.com. Diakses tanggal 5/10/2019. [pranala nonaktif permanen]
- ^ "Koreo Top Bonek saat Persebaya vs Arema Curi Perhatian Dunia". jpnn.com. 6 Mei 2018. Diakses tanggal 29-06-2021.
- ^ "Koreo Top Bonek saat Persebaya vs Arema Curi Perhatian Dunia". jpnn.com. 6 Mei 2018. Diakses tanggal 29-06-2021.
Pranala luar
- (Indonesia) Bonek dan stigma kekerasan suporter fanatik
- (Indonesia) Salam satu nyali, Wani!
- (Indonesia) Green Nord 27 (sub kelompok suporter).
- (Indonesia) Tribun Kidul Suroboyo[pranala nonaktif permanen] (sub kelompok suporter).