Perang Bani Quraizhah

artikel daftar Wikimedia
Perang Bani Quraizhah
TanggalDzulqa'dah 5 H
LokasiBenteng Bani Quraizhah
Hasil
  • Berhasil mengepung kaum Bani Quraizhah selama 25 hari[1][2]
Pihak terlibat
Muslim Bani Quraizhah
Tokoh dan pemimpin
Muhammad
Ali bin Abi Thalib
Kekuatan
3000 infantri, 30 kavaleri tak diketahui[1]
Korban
2 syahid: Sa’ad bin Mu’adz dan Khalid bin Suwaid

Sumber Muslim

  • Semua wanita Bani Quraizhah tidak dibunuh kecuali seorang wanita Bani Quraizhah yang melemparkan batu penggiling kepada Khalid bin Suwaid sampai meninggal dunia [3]

Waktu Terjadi

Perang Bani Quraizhah, yang dikenal sebagai peperangan besar-besaran atas Bani Quraizhah,[1] terjadi di bulan Dzulqa'dah sepanjang Februari dan Maret 627 (5 Hijriyah).[4]

Latar Belakang

Saat Perang Ahzab terjadi, Bani Quraizhah ( yang merupakan penduduk Madinah ) seharusnya membela dan mempertahankan kota Madinah dari serangan pasukan Ahzab ( Koalisi Kafir Quraisy dari Mekkah ). Namun, tokoh penjahat Bani Nadhir (Huyai bin Akhtab, yang merupakan ayah Shafiyah Ummul Mukminin) datang ke Bani Quraizhah menemui Ka’ab bin Asad Al-Quraiszi untuk menghasutnya agar melanggar perjanjian yang telah disepakati dengan kaum muslimin dan menyerang Nabi Muhammad. Mendengar kabar pengkhianatan ini, kemudian beliau mengirim utusan untuk memeriksa keberarannya.

[5]

Kronologi

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima wahyu untuk mengepung Bani Quraizhah dan bergegas untuk melaksanakannya dan menginstruksikan kepada para shahabatnya untuk segera bergerak ke arah Bani Quraizhah. Bahkan supaya cepat sampai tujuan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya:

"Janganlah ada satupun yang shalat ‘Ashar kecuali di perkampungan Bani Quraizhah [HR. Bukhari, al-Fath, 15/293, no. 4119]"[1]

Mengenai pesan Rasulullah agar shalat Ashar di daerah Bani Quraizhah, terjadi perbedaan penafsiran diantara para sahabat. Sebagian dari mereka masih sempat mendapatkan waktu Ashar di jalan dan melaksanakannya, sebagian lainnya melaksanakan Shalat Ashar setelah Shalat Isya ketika sampai di daerah Bani Quraizhah. Masalah tersebut di adukan kepada Rasulullah saw. Beliau tidak menyalahkan seorangpun diantara para sahabat.

Nabi Muhammad mengepung Bani Quraizhah selama 25 hari sampai mereka menyerah.[1]

Rasul memerintahkan  untuk menahan semua Yahudi laki-laki dan membelenggu tangan mereka Para wanita dan anak –anak digiring ke tempat yang terpencil. Para tawanan meminta agar salah seorang dari kaum mereka-lah (Sa’ad bin Mu’adz) yang membuat keputusan.[6]

Sa’ad bin Mu’adz memutuskan untuk membunuh orang-orang Yahudi laki-laki, menjadikan wanita-wanita sebagai tawanan, dan harta benda dibagi rata.Dalam Sirah Nabawiyah - Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarahfuri, keputusan Sa’ad adalah keputusan yang tepat, karena selain telah melakukan pengkhianatan, Bani Quraizhah telah menyiapkan 1500 pedang, 2000 tombak, 300 baju besi, dan 500 perisai untuk menghancurkan kaum muslimin.[7]

Nabi Muhammad setuju karena sesuai dengan perintah Allah,[8][9][10][11][12] di mana setiap laki-laki dewasa dipenggal.[2][13] Menurut Daniel C. Peterson dan Martin Lings, keputusan ini sesuai dengan hukum Moses dalam Deuteronomy 20:10-14.[14] Ulama Hadits Tabari mengutip 600–900 telah dipenggal tapi jumlah tersebut masih dalam perdebatan karena dalam hadis sahih tidak disebutkan berapa jumlah yang dihukum mati bahkan ada riwayat yang mengatakan hanya 40 orang tokoh bani quraizah yang dihukum mati.[1][15] Hadits sunni tidak menyebutkan jumlah yang tewas, tetapi semua laki-laki tewas dan seorang wanita.[16] Wanita lainnya dan anak-anak ditawan atau ditukar dengan senjata dan kuda, menurut sumber Islam.[1]

Menurut Ibnu Katsir, Ayat Quran ayat 33:26-27 and 33:9-10 tentang penyerbuan ke Bani Quraizhah.[17][18]

Bani Quraizhah dahulu bersekutu dengan Muhammad dan selama pertempuran Khandaq, mereka meminjamkan peralatan perang untuk berjaga-jaga di Madinah, tetapi mereka tidak ikut serta dalam tiap pertempuran. Bani Quraizhah sangat tersinggung dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad agar bertindak keras terhadap Yahudi, dan menurut Al-Waqidi, mereka bernegosiasi dengan penduduk Mekkah.[19]

Waqidi menyatakan bahwa Muhammad memiliki kesepakatan dengan suku yang terpecah belah tersebut. Norman Stillman dan Watt percaya bahwa kesepakatan dimaksud "diragukan" keberadaannya, walaupun Watt percaya bahwa Quraizhah telah sepakat untuk tidak membantu musuh Muhammad. Al-Waqidi sering dikritik oleh penulis Muslim yang menyebutnya tidak bisa dipercaya. Menurut Mubrakpuri, Peters, Stillman, Guillaume, Inamdar dan Ibnu Katsir, pada hari penaklukan Mekkah, Muhammad memimpin pasukannya melawan kaum di lingkungan Bani Quraizhah. Menurut tradisi Muslim, Muhammad diperintah melakukan hal itu melalui Malaikat Jibril.[1][2][8][10][20]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g Rahman al-Mubarakpuri, Saifur (2005), The Sealed Nectar, Darussalam Publications, hlm. 201–205, diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-11-14, diakses tanggal 2015-01-07  (online) Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "autogenerated7" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  2. ^ a b c Ibn Kathir, Saed Abdul-Rahman (2009), Tafsir Ibn Kathir Juz'21, MSA Publication Limited, hlm. 213, ISBN 9781861796110 (online Diarsipkan 2015-03-05 di Wayback Machine.)
  3. ^ https://www.worldcat.org/title/rahiq-al-makhtum-bahth-fi-al-sirah-al-nabawiyah/oclc/173227634&referer=brief_results
  4. ^ William Muir (2003), The life of Mahomet, Kessinger Publishing, hlm. 317, ISBN 9780766177413, diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-10-24, diakses tanggal 2015-01-07 
  5. ^ مباركفوري ، صفي الرحمن (2002). الرحيق المختوم: بحث في السيرة النبوية (dalam bahasa English). الرياض: دار السلام للنشر،. OCLC 173227634. 
  6. ^ مباركفوري ، صفي الرحمن (2002). الرحيق المختوم: بحث في السيرة النبوية (dalam bahasa English). الرياض: دار السلام للنشر،. OCLC 173227634. 
  7. ^ مباركفوري ، صفي الرحمن (2002). الرحيق المختوم: بحث في السيرة النبوية (dalam bahasa English). الرياض: دار السلام للنشر،. OCLC 173227634. 
  8. ^ a b Ibn Ishaq, A. Guillaume (translator) (2002), The Life of Muhammad (Sirat Rasul Allah), Oxford University Press, hlm. 461–464, ISBN 978-0-19-636033-1 
  9. ^ Peters, Muhammad and the Origins of Islam, p. 222-224.
  10. ^ a b Stillman, The Jews of Arab Lands: A History and Source Book, pp. 137-141.
  11. ^ Adil, Muhammad: The Messenger of Islam, p. 395f.
  12. ^ William Muir (2003), The life of Mahomet, Kessinger Publishing, hlm. 329, ISBN 9780766177413, diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-10-24, diakses tanggal 2015-01-07 
  13. ^ Kister (1990), Society and religion from Jāhiliyya to Islam, p. 54.
  14. ^ Lings, Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources, p. 229-233
  15. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama autogenerated1
  16. ^ Sunan Abu Dawud 14:2665, "No woman of Banu Qurayzah was killed except one. She was with me, talking and laughing on her back and belly (extremely), while the Apostle of Allah (peace_be_upon_him) was killing her people with the swords. Suddenly a man called her name: Where is so-and-so? She said: I I asked: What is the matter with you? She said: I did a new act. She said: The man took her and beheaded her. She said: I will not forget that she was laughing extremely although she knew that she would be killed."
  17. ^ Ibn Kathir, Saed Abdul-Rahman (2009), Tafsir Ibn Kathir Juz'21, MSA Publication Limited, hlm. 213, ISBN 9781861796110 (online Diarsipkan 2016-04-15 di Wayback Machine.)
  18. ^ Haykal, Husayn (1976), The Life of Muhammad, Islamic Book Trust, hlm. 338, ISBN 978-983-9154-17-7 
  19. ^ David Norcliffe (1999), Islam: faith and practice, Sussex Academic Press, hlm. 21, ISBN 1898723869 
  20. ^ Subhash C. Inamdar (2001), Muhammad and the Rise of Islam: The Creation of Group Identity, Psychosocial Press, hlm. 166 (footnotes), ISBN 1887841288