Uang kertas rupiah
Uang kertas yang pertama kali digunakan di Nusantara (kini disebut sebagai Indonesia) adalah surat kredit dari "Rijksdaalder" yang dibawa oleh Perusahaan Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie-VOC) antara tahun 1783 sampai dengan 1811. Selanjutnya, diikuti dengan uang kertas "Gulden Hindia Belanda" pada tahun 1815, dan "Uang Gulden De Javasche Bank" pada tahun 1827.[1]
Uang pecahan yang rendah (dibawah 5 gulden) dikeluarkan oleh pemerintah pada tahun 1919-1920 dan 1939-1940, karena pada masa itu kekurangan logam untuk perang. Tetapi, transaksi sehari-hari tetap dilakukan dengan menggunakan uang koin.
Semenjak kependudukan Jepang pada Desember 1941 di Borneo dan Februari 1942 di Jawa dan Sumatra, Jepang mulai menggunakan Oeang Djepang berupa "Gulden Jepang" pada 1942 dan "Roepiah Jepang" pada 1944. Hal ini, dimaksudkan untuk mengokupasi dan menduduki wilayah Hindia Belanda.[2]
Uang kertas yang sebenarnya "Rupiah Indonesia" baru diterbitkan pada tahun 1946, selama perang kemerdekaan dengan Belanda dan setelah deklarasi kemerdekaan sepihak oleh Indonesia pada akhir Perang Dunia II pada tanggal 17 Agustus 1945. Uang ini dikenal sebagai "Oeang Republik Indonesia". Oeang Republik Indonesia (ORI) merupakan cikal bakal Rupiah Indonesia yang digunakan saat ini.
Oeang Republik Indonesia (ORI)
Oeang Republik Indonesia (ORI) adalah mata uang pertama yang dimiliki Republik Indonesia setelah merdeka. Pemerintah memandang perlu untuk mengeluarkan uang sendiri yang tidak hanya berfungsi sebagai alat pembayaran yang sah tapi juga sebagai lambang utama negara merdeka.
Meski masa peredaran ORI cukup singkat, namun ORI telah diterima di seluruh wilayah Republik Indonesia dan ikut menggelorakan semangat perlawanan terhadap penjajah. Pada Mei 1946, saat suasana di Jakarta genting, maka Pemerintah RI memutuskan untuk melanjutkan pencetakan ORI di daerah pedalaman, seperti di Yogyakarta, Surakarta, dan Malang.
Namun peredaran ORI tersebut sangat terbatas dan tidak mencakup seluruh wilayah Republik Indonesia. Di Sumatra yang beredar adalah mata uang Jepang. Pada tanggal 8 April 1947, Gubernur Provinsi Sumatra mengeluarkan uang kertas URIPS-Uang Republik Indonesia Provinsi Sumatra.
Pada tanggal 17 Oktober 1945, tepat dua bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, diluncurkanlah "Oeang Republik Indonesia" (ORI) untuk pertama kalinya. Namun, belum sepenuhnya diedarkan. Baru pada tanggal 10 Oktober 1946, ORI mulai diedarkan untuk pertama kalinya di Pulau Jawa.
Bagian Depan | Bagian Belakang | Pecahan | Ukuran | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Tangan | Tanggal Pengeluaran | Tanggal Peredaran | Tanggal Penarikan Kembali |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1 Sen | 97 × 45 mm | Hijau | Keris | Tulisan legal, Batik | A. A. Maramis | 17 Oktober 1945 | 10 Oktober 1946 | 1 Mei 1950 | ||
5 Sen | 100 × 50 mm | Coklat | Batik | |||||||
10 Sen | 105 × 55 mm | |||||||||
Rp 1/2 | 120 × 60 mm | Hijau | ||||||||
Rp1 | 138 × 65 mm | Ir. Soekarno | Gunung Berapi | |||||||
Rp5 | 148 × 71 mm | Abu-Abu | Tulisan legal, Batik | |||||||
Rp10 | 160 × 77 mm | Biru | ||||||||
Rp100 | 174 × 86 mm |
ORI seri kedua diluncurkan di Yogyakarta pada tanggal 1 Januari 1947, ketika ibu kota dan pusat pemerintahan Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta.
Gambar Utama | Pecahan | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Tangan | Tanggal Pengeluaran dan Peredaran | Tanggal Penarikan Kembali |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Rp5 | Hijau | Ir. Soekarno | Tulisan legal, Batik | Sjafruddin Prawiranegara | 1 Januari 1947 | 1 Mei 1950 | |
Rp10 | |||||||
Rp25 | Coklat | Kerbau | |||||
Rp100 | Biru | Tulisan legal, Batik |
Seri ini merupakan kelanjutan dari Seri ORI kedua, dan merupakan seri yang cukup jarang ditemukan, sebab jumlah peredarannya terbatas.
Bagian Depan | Bagian Belakang | Pecahan | Ukuran | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Tangan | Tanggal Pengeluaran | Tanggal Peredaran | Tanggal Penarikan Kembali |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Rp1/2 | 104 x 55 mm | Coklat | Harga dan Otoritas | Tulisan legal, Harga | A. A. Maramis | 26 Juli 1947 | 26 Juli 1947 | 1 Mei 1950 | ||
Rp2 1/2 | 124 x 65 mm | Ungu tua | Harga dan otoritas | Teks legal, harga | A. A. Maramis | 26 Juli 1947 | 26 Juli 1947 | 1 Mei 1950 | ||
Rp25 | 170 x 83 mm | Hijau | Soekarno dan pemandangan | Banteng mengamuk | A. A. Maramis | 26 Juli 1947 | 26 Juli 1947 | 1 Mei 1950 | ||
Rp50 | 143 x 83 mm | Coklat | Soekarno dan penyadap karet | Teks legal, ornamen | A. A. Maramis | 26 Juli 1947 | 26 Juli 1947 | 1 Mei 1950 | ||
Rp100 | 172 x 85 mm | Coklat/Merah | Soekarno dan Keris | Teks legal, harga | A. A. Maramis | 26 Juli 1947 | 26 Juli 1947 | 1 Mei 1950 | ||
Rp100 | 150 x 84 mm | Coklat | Soekarno dan perkebunan tembakau | Teks legal, harga | A. A. Maramis | 26 Juli 1947 | 26 Juli 1947 | 1 Mei 1950 | ||
Rp250 | 154 x 94 mm | Coklat | Soekarno dan petani | Teks legal, harga | A. A. Maramis | 26 Juli 1947 | 26 Juli 1947 | 1 Mei 1950 |
Seri ORI IV (1948)
Seri ini merupakan kelanjutan dari Seri ORI ketiga, dan merupakan seri yang sangat sulit ditemukan, sebab jumlah peredarannya terbatas. Pada seri ini pula, hampir semua nominalnya bersifat ganjil atau jarang ditemukan dalam nominal biasa yang diketahui masyarakat. Uang ini ditandatangani di Yogyakarta oleh Mohammad Hatta pada 23 Agustus 1948
Bagian Depan | Bagian Belakang | Pecahan | Ukuran | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Tangan | Tanggal Pengeluaran | Tanggal Peredaran | Tanggal Penarikan Kembali |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Rp40 | 138 x 40 mm | Hijau | Soekarno dengan penenun | Tulisan legal, Harga | Mohammad Hatta | 23 Agustus 1948 | 23 Agustus 1948 | tidak diketahui | ||
Rp75 | 150 x 88 mm | Cokelat | Soekarno dengan pandai besi | Teks legal, harga | Mohammad Hatta | 23 Agustus 1948 | 23 Agustus 1948 | tidak diketahui | ||
Rp100 | 148 x 80 mm | Coklat dan Merah | Soekarno dan perkebunan tembakau | Teks legal, harga | Mohammad Hatta | 23 Agustus 1948 | 23 Agustus 1948 | tidak diketahui | ||
Rp400 | 158 x 105 mm | Hijau | Soekarno dan Pohon Tebu | Teks legal, ornamen | Mohammad Hatta | 23 Agustus 1948 | 23 Agustus 1948 | tidak diketahui | ||
tidak diketahui | Rp600 | 164 x 105 mm | Kuning | Soekarno dan lambang RI | tidak diketahui | Mohammad Hatta | tidak diedarkan | tidak diedarkan | tidak diketahui |
Seri ORI Baru (1949)
Seri ORI Baru merupakan seri yang juga dikeluarkan di Yogyakarta tetapi ditandatangani oleh Lukman Hakim. Seri ini sulit ditemukan, dan jumlah edarnya sangat terbatas
Bagian Depan | Bagian Belakang | Pecahan | Ukuran | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Tangan | Tanggal Pengeluaran | Tanggal Peredaran | Tanggal Penarikan Kembali |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
|
|
Rp10 Sen | 102 x 61 mm | Biru-Coklat Merah-Hijau |
Harga dan otoritas | Teks undang-udang | Loekman Hakim | 17 Agustus 1949 | 17 Agustus 1949 | tidak diketahui |
|
|
Rp1/2 | 101 x 83 mm | Merah-Hijau Biru muda-Ungu |
Harga dan teratai | Pohon beringin | Loekman Hakim | 17 Agustus 1949 | 17 Agustus 1949 | tidak diketahui |
|
|
Rp1 | 110 x 68 mm | Ungu Hijau (Proof) |
Otoritas dan Harga | Harga dan ornamen | Loekman Hakim | 17 Agustus 1949 | 17 Agustus 1949 | tidak diketahui |
Hitam |
Cokelat |
Rp10 | 127 x 79 mm | Hitam Coklat |
Soekarno, daun pisang, dna padi | Corak sayap | Loekman Hakim | 17 Agustus 1949 | 17 Agustus 1949 | tidak diketahui |
Rp100 | 152 x 95 mm | Biru | Soekarno | Teks undang-undang, Harga | Loekman Hakim | 17 Agustus 1949 | 17 Agustus 1949 | tidak diketahui |
Seri Republik Indonesia Serikat (1950)
Bagian Depan | Bagian Belakang | Pecahan | Ukuran | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Tangan | Tanggal Pengeluaran | Tanggal Peredaran | Tanggal Penarikan Kembali |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Rp5 | 136 x 44 mm | Merah | Soekarno, tulisan legal | Undang-undang dan pemandangan alam | Syafruddin Prawiranegara | 1 Januari 1950 | 1 Januari 1950 | 17 Agustus 1950 | ||
Rp10 | 136 x 64 mm | Hitam | Soekarno, tulisan legal | Undang-undang dan pemandangan alam | Syafruddin Prawiranegara | 1 Januari 1950 | 1 Januari 1950 | 17 Agustus 1950 |
Seri Pemandangan Alam I (1951)
ORI seri ketiga diluncurkan pada tahun 1951 sebagai nasionalisasi dari De Javasche Bank. Ditandatangani oleh Sjafruddin Prawiranegara (1951) dan Soemitro Djojohadikoesoemo (1953)
Gambar Utama | Pecahan | Ukuran | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Tangan | Tahun Pengeluaran dan Peredaran |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Rp1 | 127 × 66 mm | Biru | Pantai dan Sawah | Pegunungan | Sjafruddin Prawiranegara | 1951 | |
Rp2½ | Merah dan Hijau | Pantai dan Pohon Kelapa | Garuda Pancasila |
Seri Pemandangan Alam II (1953)
Bagian Depan | Bagian Belakang | Pecahan | Ukuran | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Tangan | Tahun Pengeluaran dan Peredaran |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Rp1 | 127 × 66 mm | Biru | Pantai dan Sawah | Pegunungan | Soemitro Djojohadikoesoemo | 1953 | ||
Rp2½ | Merah dan Hijau | Pantai dan Pohon Kelapa | Garuda Pancasila |
Meskipun Bank Indonesia telah terbentuk pada tahun 1952, namun peredaran ORI masih terus berlanjut. Ditandatangani oleh Ong Eng Die (1954) dan Jusuf Wibisono (1956).
Bagian Depan | Bagian Belakang | Pecahan | Ukuran | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Tangan | Tahun Pengeluaran dan Peredaran |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Rp1 | 130 × 60 mm | Biru | Wanita | Garuda Pancasila | Ong Eng Die | 1954 | ||
Rp2½ | Merah dan Hijau | Pria |
Bagian Depan | Bagian Belakang | Pecahan | Ukuran | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Tangan | Tahun Pengeluaran dan Peredaran |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Rp1 | 130 × 60 mm | Biru | Wanita | Garuda Pancasila | Jusuf Wibisono | 1956 | ||
Rp2½ | Merah dan Hijau | Pria |
Uang kertas Bank Indonesia
Seri Kebudayaan (1952)
Uang kertas pertama Bank Indonesia dikeluarkan pada tahun 1952 dengan pecahan Rp5, Rp10, Rp25, Rp50, Rp100, Rp500, dan Rp1.000 dengan tanda tangan Sjafruddin Prawiranegara dan Indra Kasuma.
Bagian Depan | Bagian Belakang | Pecahan | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Tangan | Tahun Pengeluaran | Tahun Penarikan Kembali |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Rp5 | Biru | R.A. Kartini | Batik | Sjafruddin Prawiranegara dan Indra Kasuma | 1952 | 1962 | ||
Rp10 | Coklat | Patung | Batik | Sjafruddin Prawiranegara dan Indra Kasuma | 1952 | 1962 | ||
Rp25 | Biru | Pohon | Batik | Sjafruddin Prawiranegara dan Indra Kasuma | 1952 | 1962 | ||
Rp50 | Hijau | Pohon dan burung | Batik | Sjafruddin Prawiranegara dan Indra Kasuma | 1952 | 1962 | ||
Rp100 | Coklat | Pangeran Diponegoro | Batik | Sjafruddin Prawiranegara dan Indra Kasuma | 1952 | 1962 | ||
Rp500 | Hijau, Coklat | Relief | Batik | Sjafruddin Prawiranegara dan Indra Kasuma | 1952 | 1962 | ||
Rp1.000 | Hijau, Coklat | Patung | Batik | Sjafruddin Prawiranegara dan Indra Kasuma | 1952 | 1962 |
Seri Hewan (1957)
Uang kertas kedua Bank Indonesia dengan seri hewan diluncurkan pada tahun 1957 dengan tanda tangan Sjafruddin Prawiranegara dan Sabaroedin, dengan pecahan baru, Rp5.000. Kecuali pada pecahan Rp2.500, tanda tangan gubernur oleh Loekman Hakim.
Seri Pekerja (1958)
Seri ini merupakan seri keempat uang kertas Bank Indonesia dan dicetak oleh Pertjetakan Kebajoran. Sebenarnya, uang kertas seri ini pertama kali diluncurkan pada tahun 1958 (pecahan Rp5-Rp5.000).
Bagian Depan | Bagian Belakang | Pecahan | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Air | Tanda Tangan | Tahun Pengeluaran | Tahun Penarikan Kembali |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Rp5 | Coklat | Pembuat batik | Rumah Adat Jawa Tengah | Kepala Banteng | Loekman Hakim dan Sabaroedin | 1958 | 1966 | ||
Rp10 | Coklat | Pembuat patung | Rumah Adat Bali | Kepala Banteng | Loekman Hakim dan Sabaroedin | 1958 | 1966 | ||
Rp25 | Hijau | Pengrajin ulos | Rumah Adat Sumatra Utara | Kepala Banteng | Loekman Hakim dan Sabaroedin | 1958 | 1966 | ||
Rp50 | Coklat | Pemintal benang | Rumah Adat Timor | Kepala Banteng | Loekman Hakim dan Sabaroedin | 1958 | 1966 | ||
Rp100 | Coklat | Penebangan pohon | Rumah Adat Kalimantan | Kepala Banteng | Loekman Hakim dan Sabaroedin | 1958 | 1966 | ||
Rp500 | Coklat | Pembelahan buah kelapa | Rumah Adat Minahasa | Kepala Banteng | Loekman Hakim dan Sabaroedin | 1958 | 1966 | ||
Rp1.000 | Violet | Pengrajin perak | Rumah Adat Sumatra Barat | Kepala Banteng | Loekman Hakim dan Sabaroedin | 1958 | 1966 | ||
Rp1.000 | Merah | Pengrajin perak | Rumah Adat Sumatra Barat | Garuda Pancasila | Loekman Hakim dan Sabaroedin | 1958 | 1966 | ||
Rp5.000 | Hijau | Petani | Sawah | Kepala Banteng | Loekman Hakim dan Sabaroedin | 1958 | 1966 | ||
Rp5.000 | Merah | Petani | Sawah | Garuda Pancasila | Loekman Hakim dan Sabaroedin | 1958 | 1966 |
Seri Bunga dan Unggas (1959)
Seri ini merupakan seri ketiga uang kertas Bank Indonesia dan dicetak oleh Thomas De La Rue (TDLR) Co. Ltd., Inggris. Uang kertas seri ini sangat diminati oleh kolektor karena gambarnya yang menarik.
Seri Pekerja II (1963-1964)
Beberapa pecahan uang kertas seri pekerja, dimulai dari Rp10 hingga Rp10.000 mengalami perombakan. Tetapi, gambar pada bagian depan dan belakangnya masih sama seperti pada tahun 1958.
Bagian Depan | Bagian Belakang | Pecahan | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Air | Tanda Tangan | Tahun Pengeluaran | Tahun Penarikan Kembali |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Rp10 | Abu-abu | Pembuat patung | Rumah Adat Bali | Garuda Pancasila | Soemarno dan Hertatijanto | 1963 | 1966 | ||
Rp25 | Abu-abu | Pengrajin ulos | Rumah Adat Sumatra Utara | Garuda Pancasila | Jusuf Muda Dalam dan Hertatijanto | 1964 | 1966 | ||
Rp50 | Coklat | Pemintal benang | Rumah Adat Timor | Garuda Pancasila | Jusuf Muda Dalam dan Hertatijanto | 1964 | 1966 | ||
|
|
Rp100 | Coklat (versi pertama) Biru (versi kedua) |
Penebangan pohon | Rumah Adat Kalimantan | Garuda Pancasila | Jusuf Muda Dalam dan Hertatijanto | 1964 | 1966 |
|
|
Rp10.000 | Hijau | Nelayan | Sungai Barito | Kepala Banteng Garuda Pancasila |
Jusuf Muda Dalam dan Hertatijanto | 1964 | 1966 |
Rp10.000 | Merah | Nelayan | Sungai Barito | Garuda Pancasila | Jusuf Muda Dalam dan Hertatijanto | 1964 | 1966 |
Seri "Soekarno" (1965-1967)
Pada tahun 1965-an penarikan uang lama dilakukan dengan tujuan untuk mengeluarkan uang kertas baru, hal ini sesuai dengan Keputusan Presiden pada tanggal 13 Desember 1965. Pada tahun ini presiden memberikan wewenang kepada Bank Indonesia untuk mencetak uang untuk pertama kalinya. Uang yang dicetak oleh Bank Indonesia adalah uang dengan pecahan 5, 10, 25, 50, 100, 500, dan 1000 rupiah. Sedangkan, untuk pecahan 1 dan 2,5 rupiah dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia.
Uang pecahan 1 dan 2,5 rupiah yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia adalah:
Bagian Depan | Bagian Belakang | Pecahan | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Air | Tanda Tangan | Tahun Pengeluaran | Tahun Penarikan Kembali |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Rp1 | Merah | Soekarno | Penari Perempuan Bali | Garuda Pancasila | Soemarno | 1965 | 1968 | ||
Rp2,5 | Biru |
Uang pecahan 5, 10, 25, 50, 100, 500, dan 1000 rupiah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia adalah:
Bagian Depan | Bagian Belakang | Pecahan | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Air | Tanda Tangan | Tahun Pengeluaran | Tahun Penarikan Kembali |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Rp5 | Ungu | Soekarno | Penari Adat Bali | Soekarno | Soetikno Slamet dan Indra Kasoema | 1965 | 1971 | ||
Rp10 | Cokelat Keabuan | ||||||||
Rp25 | Hijau | Soekarno (Thomas De La Rue); Kerbau (Pertjetakan Kebajoran) | |||||||
Rp50 | Biru Tua | ||||||||
Rp100 | Merah Marun | Penari Adat Batak | Soekarno | ||||||
Rp500 | Abu-abu | Penari Adat Jawa | Soekarno (Thomas De La Rue); Kerbau dan Garuda (1968)(Pertjetakan Kebajoran) | 1967 | |||||
Rp1000 | Hijau Tosca | Penari Adat Bali | Soekarno (Thomas De La Rue); Kerbau (Pertjetakan Kebajoran) |
Seri "Soedirman" (1968-1970)
Pada tahun 1968, masa kepemimpinan Soeharto telah berdiri. Bank Indonesia diberi wewenang penuh untuk menerbitkan semua uang kertas termasuk pecahan dibawah 5 rupiah dan uang koin.
Pada tahun tersebut, uang kertas didesain dengan gambar depan Jenderal Soedirman dan gambar belakang berbagai variasi industri dan pembangunan.
Bagian Depan | Bagian Belakang | Pecahan | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Air | Tanda Tangan | Tahun Pengeluaran | Tahun Penarikan Kembali |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Rp1 | Merah | Jenderal Soedirman | Perempuan Mengekstrak Kelapa | Garuda Pancasila | Radius Prawiro, Soeksmono B. Martokoesoemo | 1968 | 1975 | ||
Rp2,5 | Biru Tua | Perempuan Membawa Padi | |||||||
Rp5 | Ungu | Konstruksi Bendungan | 1969 | ||||||
Rp10 | Cokelat | Tambang Minyak | 1968 | ||||||
Gagal unggah | Rp25 | Hijau | Jembatan Ampera | 1969 | |||||
Rp50 | Ungu Biru | Hanggar Pesawat | |||||||
Rp100 | Merah | Pekerjaan Pasangan di Pelabuhan | 1988 | ||||||
Rp500 | Hijau Hitam | Pabrik Kapas | |||||||
Rp1000 | Jingga Hitam | Pabrik Pupuk | 1977 | ||||||
Gagal unggah | Rp5000 | Biru Muda | Pabrik Semen | Pangeran Diponegoro | 1970 | ||||
Rp10000 | Merah Muda | Tambang Timah |
Uang Kertas Bank Indonesia untuk Kesatuan Moneter
Era tahun '70-an merupakan era perwujudan kesatuan moneter di Indonesia. Keputusan Presiden No.8/1971 pada tanggal 18 Februari 1971, menetapkan bahwa uang Rupiah berlaku umum sebagai alat/ media pembayaran yang sah di Prov. Irian Barat, di samping Rupiah Irian Barat yang akan ditarik secara bertahap. Penarikan kembali Rupiah Irian Barat dimulai pada tanggal 1 Mei 1971. Dengan demikian tercapailah kesatuan moneter di seluruh wilayah Republik Indonesia.[3]
Seri Rupiah Tahun '70-an (1975-1977)
Pada tahun ini Bank Indonesia menerbitkan uang kertas pecahan 1000, 5000 dan 10.000 yang di redesain pada 1975. Sedangkan, uang kertas pecahan 100 dan 500 di redesain pada 1977.
Bagian Depan | Bagian Belakang | Pecahan | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Air | Tanda Tangan | Tahun Pengeluaran | Tahun Penarikan Kembali |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Rp100 | Merah | Badak Jawa | Badak Jawa di habitat | Garuda Pancasila | Rachmat Saleh (Gubernur), Arifin M. Siregar (Direktur) | 1977 | 1988 | ||
Gagal unggah | Rp500 | Hijau | Rahmi Hatta dan Anggrek Vanda | Gedung BI di Jakarta | Pangeran Diponegoro | ||||
Rp1000 | Biru | Pageran Diponegoro | Bajak Sawah | Gadjah Mada | Rachmat Saleh (Gubernur), Soeksmono. B. Martokoesoemo (Direktur) | 1975 | |||
Rp5000 | Krem | Penjala Ikan | Kapal Nelayan | Cut Nyak Dhien | |||||
Rp10000 | Hijau dan Krem | Relief Ramayana di Borobudur | Batara Kala, Candi Jago | Jenderal Sudirman | 1980 |
Seri Rupiah Tahun '80-an I (1979-1982)
Uang kertas pecahan 10.000 rupiah "Pemain Gamelan" 1979 adalah uang pecahan pertama yang menggantikan 10.000 rupiah "Relief Ramayana" 1975, kemudian diikuti dengan pecahan lainya kecuali pecahan 100 rupiah.
Bagian Depan | Bagian Belakang | Pecahan | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Air | Tanda Tangan | Tahun Pengeluaran | Tahun Penarikan Kembali |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Gagal unggah | Rp500 | Hijau | Bunga Bangkai Raksasa | Gedung BI di Kawasan Kota Tua | Ahmad Yani | Rachmat Saleh, Durmawel Achmad | 1982 | 1992 | |
Rp1000 | Biru | Soetomo | Ngarai Sianok | Sultan Hasanudin | 1980 | ||||
Rp5000 | Krem | Pengasah Intan, Kalimantan | Rumah Suku Toraja | Dewi Sartika | |||||
Rp10000 | Ungu | Pemain Gamelan, Jawa | Candi Prambanan | Soetomo | Rachmat Saleh, Arifin M. Siregar | 1979 |
Seri Rupiah Tahun '80-an II (1984-1988)
Uang kertas pecahan 100 rupiah "Badak Jawa" 1977 digantikan pada tahun 1984, keseluruhan seri rupiah tahun '70-an kemudian digantikan dengan uang kertas pecahan 500, 1000, 5000 dan 10.000 yang terbit pada tahun 1985-1988.
Bagian Depan | Bagian Belakang | Pecahan | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Air | Tanda Tangan | Tahun Pengeluaran | Tahun Penarikan Kembali |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Rp100 | Merah | Goura Victoria | Bendungan Asahan | Garuda Pancasila | Arifin M. Siregar, Sujitno Siswowidagdo | 1984 | 1995 | ||
Gagal unggah | Rp500 | Hijau | Kijang Timor | Bangunan BI di Cirebon | Ahmad Yani | 1988 | |||
Rp1000 | Biru | Sisinga-mangaraja XII | Keraton Yogyakarta | Sultan Hasanudin | 1987 | ||||
Rp5000 | Krem | Teuku Umar | Menara Masjid Kudus | Martha Christina Tiahahu | 1986 | ||||
Rp10000 | Ungu | Kartini dan Candi Prambanan | Wisudawati dan Bendera RI | Tjipto Mangunkusumo | 1985 |
Seri Rupiah Tahun '90-an I (1992-1993)
Pada tanggal 28 Desember 1992, perombakan total pada semua jenis pecahan uang kertas dilakukan untuk yang pertama kalinya sejak tahun 1968. Selain itu, uang kertas pecahan 20.000 rupiah ditambahkan untuk yang pertama kalinya.
Pada tahun 1993, uang kertas 50.000 rupiah juga diterbitkan untuk yang pertama kalinya. Uang kertas ini, merupakan uang kertas peringatan "25 Tahun Pembangunan" pada pemerintahan presiden RI ke-2 Soeharto. Desainnya menampilkan Soeharto pada bagian depan dan Bandara Soekarno-Hatta pada bagian belakang, desain pesawat lepas landas pada uang kertas ini melambangkan pertumbuhan Indonesia di era tersebut.
Bagian Depan | Bagian Belakang | Pecahan | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Air | Tanda Tangan | Tahun Pengeluaran | Tahun Penarikan Kembali |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Rp100 | Merah | Kapal Pinisi | Gunung Anak Krakatau | Ki Hajar Dewantara | Adrianus Mooy (Gubernur), Sujitno Siswowidagdo (Direktur) | 1992 | 2006 | ||
Rp500 | Hijau | Orang Utan | Rumah Adat Kaltim | Omar Said Tjokro-aminoto | |||||
Rp1000 | Biru | Danau Toba | Lompat Batu Nias | Cut Nyak Meutia | Adrianus Mooy (Gubernur), Hendrobudiyanto (Direktur) | ||||
Rp5000 | Krem | Sasando Rote | Danau Kelimutu | Adrianus Mooy (Gubernur), Hasudungan T. (Direktur) | |||||
Rp10000 | Ungu | Hamengku-buwono IX | Candi Borobudur | Wage Rudolf Supratman | Adrianus Mooy (Gubernur), R. Rachmad (Direktur) | 2000 | |||
Rp20000 | Abu-abu | Burung Cenderawasih | Bunga Cengkeh | Ki Hajar Dewantara | Adrianus Mooy (Gubernur), Binhadi (Direktur) | ||||
Gagal unggah | Rp50000 | Biru Muda | Soeharto | Soekarno Hatta International Airport | Wage Rudolf Supratman | Adrianus Mooy (Gubernur), TM Sjakur Machmud (Direktur) | 1993 |
Seri Rupiah Tahun '90-an II (1998-1999)
Uang kertas pecahan besar yaitu 10.000, 20.000 dan 50.000 rupiah diperbarui pada tahun 1998 dan 1999. Sedangkan pertanggal 1 November 1999, uang kertas polimer senilai 100.000 rupiah diterbitkan untuk yang pertama kalinya. Uang pecahan ini merupakan uang kertas dengan nilai tertinggi yang pernah diterbitkan oleh Bank Indonesia hingga saat ini.
Bagian Depan | Bagian Belakang | Pecahan | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Air | Tanda Tangan | Tahun Pengeluaran | Tahun Penarikan Kembali |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Rp10000 | Krem Biru | Cut Nyak Dhien | Danau Segara Anak | Wage Rudolf Soepratman | J. Soedradjad Djiwandono, Mukhlis Rasyid | 1998 | 2008 | ||
Rp20000 | Krem Hijau | Ki Hajar Dewantara | Guru dan Murid di Sekolah | Ki Hadjar Dewantara | J. Soedradjad Djiwandono, Haryono | ||||
Rp50000 | Krem Biru | WR Soepratman | Upacara Bendera | Omar Said Tjokro-aminoto | Syahril Sabirin (Gubernur), Dono Iskandar Djojosoebroto (Deputi Gubernur) | 1999 | |||
Gagal unggah | Rp100000 | Jingga Biru | Soekarno - Hatta | Gedung MPR dan DPR | Garuda dan Logo Bank Indonesia | Syahril Sabirin (Gubernur), Iwan R. Prawiranata (Deputi Gubernur) |
Uang Kertas Bank Indonesia Terkini
Era tahun 2000-an merupakan era dimana perkembangan uang kertas yang dikeluarkan oleh Bank indonesia semakin diperbaiki. Adapun uang kertas tersebut adalah,
Seri Pahlawan Nasional 1 (2000-2005)
Pada tahun '2000-an uang kertas pertama yang diterbitkan adalah pecahan 1000 rupiah, diikuti dengan pecahan 5000 rupiah pada tahun 2001. Masing-masing memiliki gambar Kapitan Pattimura dan Tuanku Imam Bonjol pada bagian depan.
Tiga tahun berselang tepatnya pada 29 Desember 2004, Bank Indonesia mengeluarkan uang pecahan Rp20.000,- dan Rp100.000,-. Kedua uang kertas ini telah mengakomodasi keinginan dari penyandang tunanetra untuk menggunakan kode tertentu di samping kanan bagian muka uang tersebut. Di samping itu, juga terdapat perubahan dari ukuran benang pengaman yang jauh lebih lebar dan nomor seri tidak simetris. Pada uang pecahan Rp100.000 baru terdapat dua pita dengan kombinasi 2 warna. [4] Satu tahun selanjutnya, pada 20 Oktober 2005, Bank Indonesia juga mengeluarkan uang pecahan Rp10.000,- dan Rp50.000,-. Sepertihalnya pada tahun 2004, uang kertas pecahan baru ini juga mengakomodir kebutuhan para tuna netra dengan menyediakan kode tertentu (blind code). Selain itu, pecahan baru ini dilengkapi dengan benang pengaman yang jauh lebih lebar dan terlihat seperti dianyam, nomor seri yang berjenis teleskopik dan tidak simetris serta tinta berubah warna. [5]
Bagian Depan | Bagian Belakang | Pecahan | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Air | Tanda Tangan | Tahun Pengeluaran | Tahun Penarikan Kembali |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Rp1000 | Biru | Kapitan Pattimura | Pulau Matiara dan Tidore | Tjut Nyak Meutia | Bervariasi | 2000 | Masih berlaku hingga saat ini | ||
Rp5000 | Krem | Tuanku Imam Bonjol | Penenun Songket | 2001 | |||||
Gagal unggah | Rp10000 | Ungu | Sultan Mahmud Badaruddin II | Lumah Tradisional Limas Sumsel | Sultan Mahmud Badaruddin II | 2005 | |||
Rp20000 | Hijau | Oto Iskandar Di Nata | Pemetik Teh | Oto Iskandar di Nata | 2004 | ||||
Rp50000 | Biru Tua | I Gusti Ngurah Rai | Pura Ulun Danu Bratan, Bali | I Gusti Ngurah Rai | 2005 | ||||
Gagal unggah | Rp100000 | Merah | Soekarno-Hatta | Gedung MPR dan DPR Indonesia | WR Supratman | 2004 |
Revisi Seri Pahlawan Nasional 1 (2010-2011)
Revisi uang kertas Bank Indonesia Seri Pahlawan Nasional 1 dimulai pada pecahan Rp10.000,-. Pada tanggal 20 Juli 2010, Bank Indonesia merevisi uang kertas ini dengan mengganti warna yang berbeda, dari ungu kemerahan menjadi ungu kebiruan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan perbedaan yang jelas antara uang kertas pecahan 10.000 dan 100.000 rupiah. [6]
Setahun selanjutnya, tepatnya pada 28 Oktober 2011. Bank Indonesia juga merevisi uang kertas pecahan 20.000, 50.000 dan 100.000 rupiah. Adapun perbedaanya terletak pada penambahan unsur pengaman rainbow printing di sebelah kanan gambar utama pada bagian depan uang, desain berbentuk lingkaran-lingkaran kecil, dan kode tuna netra yang semula tidak kasat mata menjadi kasat mata dan terasa kasar apabila diraba (cetak intaglio). [7]
Bagian Depan | Bagian Belakang | Pecahan | Warna Dominan | Gambar Depan | Gambar Belakang | Tanda Air | Tanda Tangan | Tahun Pengeluaran | Tahun Penarikan Kembali |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Rp10000 | Ungu | Sultan Mahmud Badaruddin II | Rumah Tradisional Limas Sumsel | Sultan Mahmud Badaruddin II | Bervariasi | 2010 | Masih berlaku hingga saat ini | ||
Rp20000 | Hijau | Oto Iskandar Di Nata | Pemetik Teh | Oto Iskandar di Nata | 2011 | ||||
Rp50000 | Biru Tua | I Gusti Ngurah Rai | Pura Ulun Danu Bratan, Bali | I Gusti Ngurah Rai | |||||
Rp100000 | Merah | Soekarno-Hatta | Gedung MPR dan DPR Indonesia | WR Supratman |
Referensi
- ^ Anonim. "Banknotes of The Rupiah". Wikipedia. Diakses tanggal 20 September 2022.
- ^ Anonim. "Japanese government-issued currency in the Dutch East Indies". Wikipedia. Diakses tanggal 20 September 2022.
- ^ Indonesia, Bank. "Koleksi Numismatik Bank Indonesia". Bank Indonesia. Diakses tanggal 18 September 2022.
- ^ Detik Finance (25 November 2004). "BI Terbitkan Uang Baru Pecahan Rp 20.000 dan Rp 100.000". Detik. Diakses tanggal 28 September 2022.
- ^ Detik Finance (19 September 2005). "BI Keluarkan Uang Baru Pecahan Rp 50.000 dan Rp 10.000". Detik. Diakses tanggal 28 September 2022.
- ^ R. Adhi KSP (20 Juli 2010). "Perbedaan Uang Rp 10.000 Lama dan Baru". Kompas. Diakses tanggal 28 September 2022.
- ^ Hasanudin, Aco (28 Oktober 2011). "Desain Baru Pecahan Rp 20.000, Rp 50.000, dan Rp 100.000". Tribunews. Diakses tanggal 28 September 2022.