Uang kertas rupiah

Uang kertas rupiah indonesia(IDR)
Revisi sejak 28 September 2022 05.12 oleh M Ahsan Fahmi (bicara | kontrib) (Menambahkan "Revisi Seri Pahlawan Nasional 1" yang diterbitkan oleh Bank Indonesia pada tahun 2010-2011)

Uang kertas yang pertama kali digunakan di Nusantara (kini disebut sebagai Indonesia) adalah surat kredit dari "Rijksdaalder" yang dibawa oleh Perusahaan Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie-VOC) antara tahun 1783 sampai dengan 1811. Selanjutnya, diikuti dengan uang kertas "Gulden Hindia Belanda" pada tahun 1815, dan "Uang Gulden De Javasche Bank" pada tahun 1827.[1]

Mata uang rupiah yang dikeluarkan Bank Indonesia tahun emisi 2022.
Koleksi rupiah pecahan 50.000 rupiah asli.

Uang pecahan yang rendah (dibawah 5 gulden) dikeluarkan oleh pemerintah pada tahun 1919-1920 dan 1939-1940, karena pada masa itu kekurangan logam untuk perang. Tetapi, transaksi sehari-hari tetap dilakukan dengan menggunakan uang koin.

Semenjak kependudukan Jepang pada Desember 1941 di Borneo dan Februari 1942 di Jawa dan Sumatra, Jepang mulai menggunakan Oeang Djepang berupa "Gulden Jepang" pada 1942 dan "Roepiah Jepang" pada 1944. Hal ini, dimaksudkan untuk mengokupasi dan menduduki wilayah Hindia Belanda.[2]

Uang kertas yang sebenarnya "Rupiah Indonesia" baru diterbitkan pada tahun 1946, selama perang kemerdekaan dengan Belanda dan setelah deklarasi kemerdekaan sepihak oleh Indonesia pada akhir Perang Dunia II pada tanggal 17 Agustus 1945. Uang ini dikenal sebagai "Oeang Republik Indonesia". Oeang Republik Indonesia (ORI) merupakan cikal bakal Rupiah Indonesia yang digunakan saat ini.

Oeang Republik Indonesia (ORI)

Oeang Republik Indonesia (ORI) adalah mata uang pertama yang dimiliki Republik Indonesia setelah merdeka. Pemerintah memandang perlu untuk mengeluarkan uang sendiri yang tidak hanya berfungsi sebagai alat pembayaran yang sah tapi juga sebagai lambang utama negara merdeka.

Meski masa peredaran ORI cukup singkat, namun ORI telah diterima di seluruh wilayah Republik Indonesia dan ikut menggelorakan semangat perlawanan terhadap penjajah. Pada Mei 1946, saat suasana di Jakarta genting, maka Pemerintah RI memutuskan untuk melanjutkan pencetakan ORI di daerah pedalaman, seperti di Yogyakarta, Surakarta, dan Malang.

Namun peredaran ORI tersebut sangat terbatas dan tidak mencakup seluruh wilayah Republik Indonesia. Di Sumatra yang beredar adalah mata uang Jepang. Pada tanggal 8 April 1947, Gubernur Provinsi Sumatra mengeluarkan uang kertas URIPS-Uang Republik Indonesia Provinsi Sumatra.

Seri ORI I (1945-1947)

Pada tanggal 17 Oktober 1945, tepat dua bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, diluncurkanlah "Oeang Republik Indonesia" (ORI) untuk pertama kalinya. Namun, belum sepenuhnya diedarkan. Baru pada tanggal 10 Oktober 1946, ORI mulai diedarkan untuk pertama kalinya di Pulau Jawa.

Bagian Depan Bagian Belakang Pecahan Ukuran Warna Dominan Gambar Depan Gambar Belakang Tanda Tangan Tanggal Pengeluaran Tanggal Peredaran Tanggal Penarikan Kembali
    1 Sen 97 × 45 mm Hijau Keris Tulisan legal, Batik A. A. Maramis 17 Oktober 1945 10 Oktober 1946 1 Mei 1950
    5 Sen 100 × 50 mm Coklat Batik
    10 Sen 105 × 55 mm
    Rp 1/2 120 × 60 mm Hijau
    Rp1 138 × 65 mm Ir. Soekarno Gunung Berapi
    Rp5 148 × 71 mm Abu-Abu Tulisan legal, Batik
    Rp10 160 × 77 mm Biru
    Rp100 174 × 86 mm

Seri ORI II (1947-1948)

ORI seri kedua diluncurkan di Yogyakarta pada tanggal 1 Januari 1947, ketika ibu kota dan pusat pemerintahan Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta.

Gambar Utama Pecahan Warna Dominan Gambar Depan Gambar Belakang Tanda Tangan Tanggal Pengeluaran dan Peredaran Tanggal Penarikan Kembali
  Rp5 Hijau Ir. Soekarno Tulisan legal, Batik Sjafruddin Prawiranegara 1 Januari 1947 1 Mei 1950
  Rp10
  Rp25 Coklat Kerbau
  Rp100 Biru Tulisan legal, Batik

Seri ORI III (1947-1950)

Seri ini merupakan kelanjutan dari Seri ORI kedua, dan merupakan seri yang cukup jarang ditemukan, sebab jumlah peredarannya terbatas.

Bagian Depan Bagian Belakang Pecahan Ukuran Warna Dominan Gambar Depan Gambar Belakang Tanda Tangan Tanggal Pengeluaran Tanggal Peredaran Tanggal Penarikan Kembali
    Rp1/2 104 x 55 mm Coklat Harga dan Otoritas Tulisan legal, Harga A. A. Maramis 26 Juli 1947 26 Juli 1947 1 Mei 1950
    Rp2 1/2 124 x 65 mm Ungu tua Harga dan otoritas Teks legal, harga A. A. Maramis 26 Juli 1947 26 Juli 1947 1 Mei 1950
    Rp25 170 x 83 mm Hijau Soekarno dan pemandangan Banteng mengamuk A. A. Maramis 26 Juli 1947 26 Juli 1947 1 Mei 1950
    Rp50 143 x 83 mm Coklat Soekarno dan penyadap karet Teks legal, ornamen A. A. Maramis 26 Juli 1947 26 Juli 1947 1 Mei 1950
    Rp100 172 x 85 mm Coklat/Merah Soekarno dan Keris Teks legal, harga A. A. Maramis 26 Juli 1947 26 Juli 1947 1 Mei 1950
    Rp100 150 x 84 mm Coklat Soekarno dan perkebunan tembakau Teks legal, harga A. A. Maramis 26 Juli 1947 26 Juli 1947 1 Mei 1950
    Rp250 154 x 94 mm Coklat Soekarno dan petani Teks legal, harga A. A. Maramis 26 Juli 1947 26 Juli 1947 1 Mei 1950

Seri ORI IV (1948)

Seri ini merupakan kelanjutan dari Seri ORI ketiga, dan merupakan seri yang sangat sulit ditemukan, sebab jumlah peredarannya terbatas. Pada seri ini pula, hampir semua nominalnya bersifat ganjil atau jarang ditemukan dalam nominal biasa yang diketahui masyarakat. Uang ini ditandatangani di Yogyakarta oleh Mohammad Hatta pada 23 Agustus 1948

Bagian Depan Bagian Belakang Pecahan Ukuran Warna Dominan Gambar Depan Gambar Belakang Tanda Tangan Tanggal Pengeluaran Tanggal Peredaran Tanggal Penarikan Kembali
    Rp40 138 x 40 mm Hijau Soekarno dengan penenun Tulisan legal, Harga Mohammad Hatta 23 Agustus 1948 23 Agustus 1948 tidak diketahui
    Rp75 150 x 88 mm Cokelat Soekarno dengan pandai besi Teks legal, harga Mohammad Hatta 23 Agustus 1948 23 Agustus 1948 tidak diketahui
    Rp100 148 x 80 mm Coklat dan Merah Soekarno dan perkebunan tembakau Teks legal, harga Mohammad Hatta 23 Agustus 1948 23 Agustus 1948 tidak diketahui
    Rp400 158 x 105 mm Hijau Soekarno dan Pohon Tebu Teks legal, ornamen Mohammad Hatta 23 Agustus 1948 23 Agustus 1948 tidak diketahui
  tidak diketahui Rp600 164 x 105 mm Kuning Soekarno dan lambang RI tidak diketahui Mohammad Hatta tidak diedarkan tidak diedarkan tidak diketahui

Seri ORI Baru (1949)

Seri ORI Baru merupakan seri yang juga dikeluarkan di Yogyakarta tetapi ditandatangani oleh Lukman Hakim. Seri ini sulit ditemukan, dan jumlah edarnya sangat terbatas

Bagian Depan Bagian Belakang Pecahan Ukuran Warna Dominan Gambar Depan Gambar Belakang Tanda Tangan Tanggal Pengeluaran Tanggal Peredaran Tanggal Penarikan Kembali
 
 
 
 
Rp10 Sen 102 x 61 mm Biru-Coklat
Merah-Hijau
Harga dan otoritas Teks undang-udang Loekman Hakim 17 Agustus 1949 17 Agustus 1949 tidak diketahui
 
 
 
 
Rp1/2 101 x 83 mm Merah-Hijau
Biru muda-Ungu
Harga dan teratai Pohon beringin Loekman Hakim 17 Agustus 1949 17 Agustus 1949 tidak diketahui
 
 
 
 
Rp1 110 x 68 mm Ungu
Hijau (Proof)
Otoritas dan Harga Harga dan ornamen Loekman Hakim 17 Agustus 1949 17 Agustus 1949 tidak diketahui
 
Hitam
 
Cokelat
Rp10 127 x 79 mm Hitam
Coklat
Soekarno, daun pisang, dna padi Corak sayap Loekman Hakim 17 Agustus 1949 17 Agustus 1949 tidak diketahui
    Rp100 152 x 95 mm Biru Soekarno Teks undang-undang, Harga Loekman Hakim 17 Agustus 1949 17 Agustus 1949 tidak diketahui
Bagian Depan Bagian Belakang Pecahan Ukuran Warna Dominan Gambar Depan Gambar Belakang Tanda Tangan Tanggal Pengeluaran Tanggal Peredaran Tanggal Penarikan Kembali
    Rp5 136 x 44 mm Merah Soekarno, tulisan legal Undang-undang dan pemandangan alam Syafruddin Prawiranegara 1 Januari 1950 1 Januari 1950 17 Agustus 1950
    Rp10 136 x 64 mm Hitam Soekarno, tulisan legal Undang-undang dan pemandangan alam Syafruddin Prawiranegara 1 Januari 1950 1 Januari 1950 17 Agustus 1950

Seri Pemandangan Alam I (1951)

ORI seri ketiga diluncurkan pada tahun 1951 sebagai nasionalisasi dari De Javasche Bank. Ditandatangani oleh Sjafruddin Prawiranegara (1951) dan Soemitro Djojohadikoesoemo (1953)

Gambar Utama Pecahan Ukuran Warna Dominan Gambar Depan Gambar Belakang Tanda Tangan Tahun Pengeluaran dan Peredaran
  Rp1 127 × 66 mm Biru Pantai dan Sawah Pegunungan Sjafruddin Prawiranegara 1951
  Rp2½ Merah dan Hijau Pantai dan Pohon Kelapa Garuda Pancasila

Seri Pemandangan Alam II (1953)

Bagian Depan Bagian Belakang Pecahan Ukuran Warna Dominan Gambar Depan Gambar Belakang Tanda Tangan Tahun Pengeluaran dan Peredaran
    Rp1 127 × 66 mm Biru Pantai dan Sawah Pegunungan Soemitro Djojohadikoesoemo 1953
    Rp2½ Merah dan Hijau Pantai dan Pohon Kelapa Garuda Pancasila

Seri Suku Bangsa I dan II (1954-1956, sebagai uang negara)

Meskipun Bank Indonesia telah terbentuk pada tahun 1952, namun peredaran ORI masih terus berlanjut. Ditandatangani oleh Ong Eng Die (1954) dan Jusuf Wibisono (1956).

Bagian Depan Bagian Belakang Pecahan Ukuran Warna Dominan Gambar Depan Gambar Belakang Tanda Tangan Tahun Pengeluaran dan Peredaran
    Rp1 130 × 60 mm Biru Wanita Garuda Pancasila Ong Eng Die 1954
    Rp2½ Merah dan Hijau Pria
Bagian Depan Bagian Belakang Pecahan Ukuran Warna Dominan Gambar Depan Gambar Belakang Tanda Tangan Tahun Pengeluaran dan Peredaran
    Rp1 130 × 60 mm Biru Wanita Garuda Pancasila Jusuf Wibisono 1956
    Rp2½ Merah dan Hijau Pria

Uang kertas Bank Indonesia

Seri Kebudayaan (1952)

Uang kertas pertama Bank Indonesia dikeluarkan pada tahun 1952 dengan pecahan Rp5, Rp10, Rp25, Rp50, Rp100, Rp500, dan Rp1.000 dengan tanda tangan Sjafruddin Prawiranegara dan Indra Kasuma.

Bagian Depan Bagian Belakang Pecahan Warna Dominan Gambar Depan Gambar Belakang Tanda Tangan Tahun Pengeluaran Tahun Penarikan Kembali
    Rp5 Biru R.A. Kartini Batik Sjafruddin Prawiranegara dan Indra Kasuma 1952 1962
    Rp10 Coklat Patung Batik Sjafruddin Prawiranegara dan Indra Kasuma 1952 1962
    Rp25 Biru Pohon Batik Sjafruddin Prawiranegara dan Indra Kasuma 1952 1962
    Rp50 Hijau Pohon dan burung Batik Sjafruddin Prawiranegara dan Indra Kasuma 1952 1962
    Rp100 Coklat Pangeran Diponegoro Batik Sjafruddin Prawiranegara dan Indra Kasuma 1952 1962
    Rp500 Hijau, Coklat Relief Batik Sjafruddin Prawiranegara dan Indra Kasuma 1952 1962
    Rp1.000 Hijau, Coklat Patung Batik Sjafruddin Prawiranegara dan Indra Kasuma 1952 1962

Seri Hewan (1957)

Uang kertas kedua Bank Indonesia dengan seri hewan diluncurkan pada tahun 1957 dengan tanda tangan Sjafruddin Prawiranegara dan Sabaroedin, dengan pecahan baru, Rp5.000. Kecuali pada pecahan Rp2.500, tanda tangan gubernur oleh Loekman Hakim.

Bagian Depan Bagian Belakang Pecahan Warna Dominan Gambar Depan Gambar Belakang Tanda Air Tanda Tangan Tahun Pengeluaran Tahun Penarikan Kembali
    Rp5 Hijau Orang utan Candi Prambanan Pangeran Diponegoro Sjafruddin Prawiranegara dan Sabaroedin 1957 1965
    Rp10 Coklat Rusa Jawa Perahu Kora kora Pangeran Diponegoro Sjafruddin Prawiranegara dan Sabaroedin 1957 1965
    Rp25 Coklat Badak Jawa Rumah Adat Tapanuli Pangeran Diponegoro Sjafruddin Prawiranegara dan Sabaroedin 1957 1965
    Rp50 Merah Buaya Masjid Raya Medan Pangeran Diponegoro Sjafruddin Prawiranegara dan Sabaroedin 1957 1965
    Rp100 Hijau Tupai Istana Bogor Pangeran Diponegoro Sjafruddin Prawiranegara dan Sabaroedin 1957 1965
    Rp500 Coklat Harimau Sumatra Sawah Pangeran Diponegoro Sjafruddin Prawiranegara dan Sabaroedin 1957 1965
    Rp1.000 Coklat Gajah Nelayan Pangeran Diponegoro Sjafruddin Prawiranegara dan Sabaroedin 1957 1965
    Rp2.500 Hijau Komodo Sungai Martapura Pangeran Diponegoro Loekman Hakim dan Sabaroedin 1957 1965
    Rp5.000 Merah Banteng Kapal pesiar Pangeran Diponegoro Sjafruddin Prawiranegara dan Sabaroedin 1957 1965

Seri Pekerja (1958)

Seri ini merupakan seri keempat uang kertas Bank Indonesia dan dicetak oleh Pertjetakan Kebajoran. Sebenarnya, uang kertas seri ini pertama kali diluncurkan pada tahun 1958 (pecahan Rp5-Rp5.000).

Bagian Depan Bagian Belakang Pecahan Warna Dominan Gambar Depan Gambar Belakang Tanda Air Tanda Tangan Tahun Pengeluaran Tahun Penarikan Kembali
    Rp5 Coklat Pembuat batik Rumah Adat Jawa Tengah Kepala Banteng Loekman Hakim dan Sabaroedin 1958 1966
    Rp10 Coklat Pembuat patung Rumah Adat Bali Kepala Banteng Loekman Hakim dan Sabaroedin 1958 1966
    Rp25 Hijau Pengrajin ulos Rumah Adat Sumatra Utara Kepala Banteng Loekman Hakim dan Sabaroedin 1958 1966
    Rp50 Coklat Pemintal benang Rumah Adat Timor Kepala Banteng Loekman Hakim dan Sabaroedin 1958 1966
    Rp100 Coklat Penebangan pohon Rumah Adat Kalimantan Kepala Banteng Loekman Hakim dan Sabaroedin 1958 1966
    Rp500 Coklat Pembelahan buah kelapa Rumah Adat Minahasa Kepala Banteng Loekman Hakim dan Sabaroedin 1958 1966
    Rp1.000 Violet Pengrajin perak Rumah Adat Sumatra Barat Kepala Banteng Loekman Hakim dan Sabaroedin 1958 1966
    Rp1.000 Merah Pengrajin perak Rumah Adat Sumatra Barat Garuda Pancasila Loekman Hakim dan Sabaroedin 1958 1966
    Rp5.000 Hijau Petani Sawah Kepala Banteng Loekman Hakim dan Sabaroedin 1958 1966
    Rp5.000 Merah Petani Sawah Garuda Pancasila Loekman Hakim dan Sabaroedin 1958 1966

Seri Bunga dan Unggas (1959)

Seri ini merupakan seri ketiga uang kertas Bank Indonesia dan dicetak oleh Thomas De La Rue (TDLR) Co. Ltd., Inggris. Uang kertas seri ini sangat diminati oleh kolektor karena gambarnya yang menarik.

Bagian Depan Bagian Belakang Pecahan Warna Dominan Gambar Depan Gambar Belakang Tanda Air Tanda Tangan Tahun Pengeluaran Tahun Penarikan Kembali
    Rp5 Biru Bunga Wijayakusuma Burung-madu pengantin Garuda Pancasila Loekman Hakim dan Sabaroedin 1959 1967
    Rp10 Merah Hoya Kakatua Garuda Pancasila Loekman Hakim dan Sabaroedin 1959 1967
    Rp25 Hijau Seroja Kuntul besar Garuda Pancasila Loekman Hakim dan Sabaroedin 1959 1967
    Rp50 Coklat Bunga matahari Elang-laut dada-putih Garuda Pancasila Loekman Hakim dan Sabaroedin 1959 1967
    Rp100 Coklat Patma raksasa Rangkong badak Garuda Pancasila Loekman Hakim dan Sabaroedin 1959 1967
    Rp500 Biru Bougenville Ayam-hutan hijau Garuda Pancasila Loekman Hakim dan Sabaroedin 1959 1967
    Rp1.000 Coklat Melati Burung Cenderawasih Garuda Pancasila Loekman Hakim dan Sabaroedin 1959 1967
    Rp2.500 Oranye Bunga Kuau Raja Garuda Pancasila Loekman Hakim dan Sabaroedin 1959 1967
  tidak diketahui Rp5.000 Coklat Bunga pada bagian tengah di antara dua Gapura Bali (tidak diketahui) Garuda Pancasila Loekman Hakim dan Sabaroedin 1959 1967

Seri Pekerja II (1963-1964)

Beberapa pecahan uang kertas seri pekerja, dimulai dari Rp10 hingga Rp10.000 mengalami perombakan. Tetapi, gambar pada bagian depan dan belakangnya masih sama seperti pada tahun 1958.

Bagian Depan Bagian Belakang Pecahan Warna Dominan Gambar Depan Gambar Belakang Tanda Air Tanda Tangan Tahun Pengeluaran Tahun Penarikan Kembali
    Rp10 Abu-abu Pembuat patung Rumah Adat Bali Garuda Pancasila Soemarno dan Hertatijanto 1963 1966
    Rp25 Abu-abu Pengrajin ulos Rumah Adat Sumatra Utara Garuda Pancasila Jusuf Muda Dalam dan Hertatijanto 1964 1966
    Rp50 Coklat Pemintal benang Rumah Adat Timor Garuda Pancasila Jusuf Muda Dalam dan Hertatijanto 1964 1966
 
 
 
 
Rp100 Coklat (versi pertama)
Biru (versi kedua)
Penebangan pohon Rumah Adat Kalimantan Garuda Pancasila Jusuf Muda Dalam dan Hertatijanto 1964 1966
 
 
 
 
Rp10.000 Hijau Nelayan Sungai Barito Kepala Banteng
Garuda Pancasila
Jusuf Muda Dalam dan Hertatijanto 1964 1966
    Rp10.000 Merah Nelayan Sungai Barito Garuda Pancasila Jusuf Muda Dalam dan Hertatijanto 1964 1966

Seri "Soekarno" (1965-1967)

Pada tahun 1965-an penarikan uang lama dilakukan dengan tujuan untuk mengeluarkan uang kertas baru, hal ini sesuai dengan Keputusan Presiden pada tanggal 13 Desember 1965. Pada tahun ini presiden memberikan wewenang kepada Bank Indonesia untuk mencetak uang untuk pertama kalinya. Uang yang dicetak oleh Bank Indonesia adalah uang dengan pecahan 5, 10, 25, 50, 100, 500, dan 1000 rupiah. Sedangkan, untuk pecahan 1 dan 2,5 rupiah dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia.

Uang pecahan 1 dan 2,5 rupiah yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia adalah:

Bagian Depan Bagian Belakang Pecahan Warna Dominan Gambar Depan Gambar Belakang Tanda Air Tanda Tangan Tahun Pengeluaran Tahun Penarikan Kembali
    Rp1 Merah Soekarno Penari Perempuan Bali Garuda Pancasila Soemarno 1965 1968
    Rp2,5 Biru

Uang pecahan 5, 10, 25, 50, 100, 500, dan 1000 rupiah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia adalah:

Bagian Depan Bagian Belakang Pecahan Warna Dominan Gambar Depan Gambar Belakang Tanda Air Tanda Tangan Tahun Pengeluaran Tahun Penarikan Kembali
    Rp5 Ungu Soekarno Penari Adat Bali Soekarno Soetikno Slamet dan Indra Kasoema 1965 1971
    Rp10 Cokelat Keabuan
    Rp25 Hijau Soekarno (Thomas De La Rue); Kerbau (Pertjetakan Kebajoran)
    Rp50 Biru Tua
    Rp100 Merah Marun Penari Adat Batak Soekarno
    Rp500 Abu-abu Penari Adat Jawa Soekarno (Thomas De La Rue); Kerbau dan Garuda (1968)(Pertjetakan Kebajoran) 1967
    Rp1000 Hijau Tosca Penari Adat Bali Soekarno (Thomas De La Rue); Kerbau (Pertjetakan Kebajoran)

Seri "Soedirman" (1968-1970)

Pada tahun 1968, masa kepemimpinan Soeharto telah berdiri. Bank Indonesia diberi wewenang penuh untuk menerbitkan semua uang kertas termasuk pecahan dibawah 5 rupiah dan uang koin.

Pada tahun tersebut, uang kertas didesain dengan gambar depan Jenderal Soedirman dan gambar belakang berbagai variasi industri dan pembangunan.

Bagian Depan Bagian Belakang Pecahan Warna Dominan Gambar Depan Gambar Belakang Tanda Air Tanda Tangan Tahun Pengeluaran Tahun Penarikan Kembali
    Rp1 Merah Jenderal Soedirman Perempuan Mengekstrak Kelapa Garuda Pancasila Radius Prawiro, Soeksmono B. Martokoesoemo 1968 1975
    Rp2,5 Biru Tua Perempuan Membawa Padi
    Rp5 Ungu Konstruksi Bendungan 1969
    Rp10 Cokelat Tambang Minyak 1968
  Gagal unggah Rp25 Hijau Jembatan Ampera 1969
    Rp50 Ungu Biru Hanggar Pesawat
    Rp100 Merah Pekerjaan Pasangan di Pelabuhan 1988
    Rp500 Hijau Hitam Pabrik Kapas
    Rp1000 Jingga Hitam Pabrik Pupuk 1977
  Gagal unggah Rp5000 Biru Muda Pabrik Semen Pangeran Diponegoro 1970
    Rp10000 Merah Muda Tambang Timah

Uang Kertas Bank Indonesia untuk Kesatuan Moneter

Era tahun '70-an merupakan era perwujudan kesatuan moneter di Indonesia. Keputusan Presiden No.8/1971 pada tanggal 18 Februari 1971, menetapkan bahwa uang Rupiah berlaku umum sebagai alat/ media pembayaran yang sah di Prov. Irian Barat, di samping Rupiah Irian Barat yang akan ditarik secara bertahap. Penarikan kembali Rupiah Irian Barat dimulai pada tanggal 1 Mei 1971. Dengan demikian tercapailah kesatuan moneter di seluruh wilayah Republik Indonesia.[3]

Seri Rupiah Tahun '70-an (1975-1977)

Pada tahun ini Bank Indonesia menerbitkan uang kertas pecahan 1000, 5000 dan 10.000 yang di redesain pada 1975. Sedangkan, uang kertas pecahan 100 dan 500 di redesain pada 1977.

Bagian Depan Bagian Belakang Pecahan Warna Dominan Gambar Depan Gambar Belakang Tanda Air Tanda Tangan Tahun Pengeluaran Tahun Penarikan Kembali
    Rp100 Merah Badak Jawa Badak Jawa di habitat Garuda Pancasila Rachmat Saleh (Gubernur), Arifin M. Siregar (Direktur) 1977 1988
  Gagal unggah Rp500 Hijau Rahmi Hatta dan Anggrek Vanda Gedung BI di Jakarta Pangeran Diponegoro
    Rp1000 Biru Pageran Diponegoro Bajak Sawah Gadjah Mada Rachmat Saleh (Gubernur), Soeksmono. B. Martokoesoemo (Direktur) 1975
    Rp5000 Krem Penjala Ikan Kapal Nelayan Cut Nyak Dhien
    Rp10000 Hijau dan Krem Relief Ramayana di Borobudur Batara Kala, Candi Jago Jenderal Sudirman 1980

Seri Rupiah Tahun '80-an I (1979-1982)

Uang kertas pecahan 10.000 rupiah "Pemain Gamelan" 1979 adalah uang pecahan pertama yang menggantikan 10.000 rupiah "Relief Ramayana" 1975, kemudian diikuti dengan pecahan lainya kecuali pecahan 100 rupiah.

Bagian Depan Bagian Belakang Pecahan Warna Dominan Gambar Depan Gambar Belakang Tanda Air Tanda Tangan Tahun Pengeluaran Tahun Penarikan Kembali
  Gagal unggah Rp500 Hijau Bunga Bangkai Raksasa Gedung BI di Kawasan Kota Tua Ahmad Yani Rachmat Saleh, Durmawel Achmad 1982 1992
    Rp1000 Biru Soetomo Ngarai Sianok Sultan Hasanudin 1980
    Rp5000 Krem Pengasah Intan, Kalimantan Rumah Suku Toraja Dewi Sartika
    Rp10000 Ungu Pemain Gamelan, Jawa Candi Prambanan Soetomo Rachmat Saleh, Arifin M. Siregar 1979

Seri Rupiah Tahun '80-an II (1984-1988)

Uang kertas pecahan 100 rupiah "Badak Jawa" 1977 digantikan pada tahun 1984, keseluruhan seri rupiah tahun '70-an kemudian digantikan dengan uang kertas pecahan 500, 1000, 5000 dan 10.000 yang terbit pada tahun 1985-1988.

Bagian Depan Bagian Belakang Pecahan Warna Dominan Gambar Depan Gambar Belakang Tanda Air Tanda Tangan Tahun Pengeluaran Tahun Penarikan Kembali
    Rp100 Merah Goura Victoria Bendungan Asahan Garuda Pancasila Arifin M. Siregar, Sujitno Siswowidagdo 1984 1995
  Gagal unggah Rp500 Hijau Kijang Timor Bangunan BI di Cirebon Ahmad Yani 1988
    Rp1000 Biru Sisinga-mangaraja XII Keraton Yogyakarta Sultan Hasanudin 1987
    Rp5000 Krem Teuku Umar Menara Masjid Kudus Martha Christina Tiahahu 1986
    Rp10000 Ungu Kartini dan Candi Prambanan Wisudawati dan Bendera RI Tjipto Mangunkusumo 1985

Seri Rupiah Tahun '90-an I (1992-1993)

Pada tanggal 28 Desember 1992, perombakan total pada semua jenis pecahan uang kertas dilakukan untuk yang pertama kalinya sejak tahun 1968. Selain itu, uang kertas pecahan 20.000 rupiah ditambahkan untuk yang pertama kalinya.

Pada tahun 1993, uang kertas 50.000 rupiah juga diterbitkan untuk yang pertama kalinya. Uang kertas ini, merupakan uang kertas peringatan "25 Tahun Pembangunan" pada pemerintahan presiden RI ke-2 Soeharto. Desainnya menampilkan Soeharto pada bagian depan dan Bandara Soekarno-Hatta pada bagian belakang, desain pesawat lepas landas pada uang kertas ini melambangkan pertumbuhan Indonesia di era tersebut.

Bagian Depan Bagian Belakang Pecahan Warna Dominan Gambar Depan Gambar Belakang Tanda Air Tanda Tangan Tahun Pengeluaran Tahun Penarikan Kembali
    Rp100 Merah Kapal Pinisi Gunung Anak Krakatau Ki Hajar Dewantara Adrianus Mooy (Gubernur), Sujitno Siswowidagdo (Direktur) 1992 2006
    Rp500 Hijau Orang Utan Rumah Adat Kaltim Omar Said Tjokro-aminoto
    Rp1000 Biru Danau Toba Lompat Batu Nias Cut Nyak Meutia Adrianus Mooy (Gubernur), Hendrobudiyanto (Direktur)
    Rp5000 Krem Sasando Rote Danau Kelimutu Adrianus Mooy (Gubernur), Hasudungan T. (Direktur)
    Rp10000 Ungu Hamengku-buwono IX Candi Borobudur Wage Rudolf Supratman Adrianus Mooy (Gubernur), R. Rachmad (Direktur) 2000
    Rp20000 Abu-abu Burung Cenderawasih Bunga Cengkeh Ki Hajar Dewantara Adrianus Mooy (Gubernur), Binhadi (Direktur)
  Gagal unggah Rp50000 Biru Muda Soeharto Soekarno Hatta International Airport Wage Rudolf Supratman Adrianus Mooy (Gubernur), TM Sjakur Machmud (Direktur) 1993

Seri Rupiah Tahun '90-an II (1998-1999)

Uang kertas pecahan besar yaitu 10.000, 20.000 dan 50.000 rupiah diperbarui pada tahun 1998 dan 1999. Sedangkan pertanggal 1 November 1999, uang kertas polimer senilai 100.000 rupiah diterbitkan untuk yang pertama kalinya. Uang pecahan ini merupakan uang kertas dengan nilai tertinggi yang pernah diterbitkan oleh Bank Indonesia hingga saat ini.

Bagian Depan Bagian Belakang Pecahan Warna Dominan Gambar Depan Gambar Belakang Tanda Air Tanda Tangan Tahun Pengeluaran Tahun Penarikan Kembali
    Rp10000 Krem Biru Cut Nyak Dhien Danau Segara Anak Wage Rudolf Soepratman J. Soedradjad Djiwandono, Mukhlis Rasyid 1998 2008
    Rp20000 Krem Hijau Ki Hajar Dewantara Guru dan Murid di Sekolah Ki Hadjar Dewantara J. Soedradjad Djiwandono, Haryono
    Rp50000 Krem Biru WR Soepratman Upacara Bendera Omar Said Tjokro-aminoto Syahril Sabirin (Gubernur), Dono Iskandar Djojosoebroto (Deputi Gubernur) 1999
  Gagal unggah Rp100000 Jingga Biru Soekarno - Hatta Gedung MPR dan DPR Garuda dan Logo Bank Indonesia Syahril Sabirin (Gubernur), Iwan R. Prawiranata (Deputi Gubernur)

Uang Kertas Bank Indonesia Terkini

Era tahun 2000-an merupakan era dimana perkembangan uang kertas yang dikeluarkan oleh Bank indonesia semakin diperbaiki. Adapun uang kertas tersebut adalah,

Seri Pahlawan Nasional 1 (2000-2005)

Pada tahun '2000-an uang kertas pertama yang diterbitkan adalah pecahan 1000 rupiah, diikuti dengan pecahan 5000 rupiah pada tahun 2001. Masing-masing memiliki gambar Kapitan Pattimura dan Tuanku Imam Bonjol pada bagian depan.

Tiga tahun berselang tepatnya pada 29 Desember 2004, Bank Indonesia mengeluarkan uang pecahan Rp20.000,- dan Rp100.000,-. Kedua uang kertas ini telah mengakomodasi keinginan dari penyandang tunanetra untuk menggunakan kode tertentu di samping kanan bagian muka uang tersebut. Di samping itu, juga terdapat perubahan dari ukuran benang pengaman yang jauh lebih lebar dan nomor seri tidak simetris. Pada uang pecahan Rp100.000 baru terdapat dua pita dengan kombinasi 2 warna. [4] Satu tahun selanjutnya, pada 20 Oktober 2005, Bank Indonesia juga mengeluarkan uang pecahan Rp10.000,- dan Rp50.000,-. Sepertihalnya pada tahun 2004, uang kertas pecahan baru ini juga mengakomodir kebutuhan para tuna netra dengan menyediakan kode tertentu (blind code). Selain itu, pecahan baru ini dilengkapi dengan benang pengaman yang jauh lebih lebar dan terlihat seperti dianyam, nomor seri yang berjenis teleskopik dan tidak simetris serta tinta berubah warna. [5]

Bagian Depan Bagian Belakang Pecahan Warna Dominan Gambar Depan Gambar Belakang Tanda Air Tanda Tangan Tahun Pengeluaran Tahun Penarikan Kembali
    Rp1000 Biru Kapitan Pattimura Pulau Matiara dan Tidore Tjut Nyak Meutia Bervariasi 2000 Masih berlaku hingga saat ini
    Rp5000 Krem Tuanku Imam Bonjol Penenun Songket 2001
  Gagal unggah Rp10000 Ungu Sultan Mahmud Badaruddin II Lumah Tradisional Limas Sumsel Sultan Mahmud Badaruddin II 2005
    Rp20000 Hijau Oto Iskandar Di Nata Pemetik Teh Oto Iskandar di Nata 2004
    Rp50000 Biru Tua I Gusti Ngurah Rai Pura Ulun Danu Bratan, Bali I Gusti Ngurah Rai 2005
  Gagal unggah Rp100000 Merah Soekarno-Hatta Gedung MPR dan DPR Indonesia WR Supratman 2004

Revisi Seri Pahlawan Nasional 1 (2010-2011)

Revisi uang kertas Bank Indonesia Seri Pahlawan Nasional 1 dimulai pada pecahan Rp10.000,-. Pada tanggal 20 Juli 2010, Bank Indonesia merevisi uang kertas ini dengan mengganti warna yang berbeda, dari ungu kemerahan menjadi ungu kebiruan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan perbedaan yang jelas antara uang kertas pecahan 10.000 dan 100.000 rupiah. [6]

Setahun selanjutnya, tepatnya pada 28 Oktober 2011. Bank Indonesia juga merevisi uang kertas pecahan 20.000, 50.000 dan 100.000 rupiah. Adapun perbedaanya terletak pada penambahan unsur pengaman rainbow printing di sebelah kanan gambar utama pada bagian depan uang, desain berbentuk lingkaran-lingkaran kecil, dan kode tuna netra yang semula tidak kasat mata menjadi kasat mata dan terasa kasar apabila diraba (cetak intaglio). [7]

Bagian Depan Bagian Belakang Pecahan Warna Dominan Gambar Depan Gambar Belakang Tanda Air Tanda Tangan Tahun Pengeluaran Tahun Penarikan Kembali
    Rp10000 Ungu Sultan Mahmud Badaruddin II Rumah Tradisional Limas Sumsel Sultan Mahmud Badaruddin II Bervariasi 2010 Masih berlaku hingga saat ini
    Rp20000 Hijau Oto Iskandar Di Nata Pemetik Teh Oto Iskandar di Nata 2011
    Rp50000 Biru Tua I Gusti Ngurah Rai Pura Ulun Danu Bratan, Bali I Gusti Ngurah Rai
    Rp100000 Merah Soekarno-Hatta Gedung MPR dan DPR Indonesia WR Supratman

Referensi

  1. ^ Anonim. "Banknotes of The Rupiah". Wikipedia. Diakses tanggal 20 September 2022. 
  2. ^ Anonim. "Japanese government-issued currency in the Dutch East Indies". Wikipedia. Diakses tanggal 20 September 2022. 
  3. ^ Indonesia, Bank. "Koleksi Numismatik Bank Indonesia". Bank Indonesia. Diakses tanggal 18 September 2022. 
  4. ^ Detik Finance (25 November 2004). "BI Terbitkan Uang Baru Pecahan Rp 20.000 dan Rp 100.000". Detik. Diakses tanggal 28 September 2022. 
  5. ^ Detik Finance (19 September 2005). "BI Keluarkan Uang Baru Pecahan Rp 50.000 dan Rp 10.000". Detik. Diakses tanggal 28 September 2022. 
  6. ^ R. Adhi KSP (20 Juli 2010). "Perbedaan Uang Rp 10.000 Lama dan Baru". Kompas. Diakses tanggal 28 September 2022. 
  7. ^ Hasanudin, Aco (28 Oktober 2011). "Desain Baru Pecahan Rp 20.000, Rp 50.000, dan Rp 100.000". Tribunews. Diakses tanggal 28 September 2022.