Story:Sejarah Museum Sultan Mahmud Badaruddin II

Revisi sejak 29 September 2022 12.50 oleh Hernawanwan (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi 'Museum Sultan Mahmud Badaruddin II adalah museum di kota Palembang, Sumatra Selatan. Museum ini didirikan di bekas bangunan rumah residen kolonial Sumatra Selatan abad ke-19. Bangunan ini juga menjadi gedung dinas pariwisata Palembang. Lokasi museum awalnya adalah lokasi Kuta Lama, istana tua Sultan Mahmud Badaruddin I (1724–1758), penguasa Kesultanan Palembang. Usai penghapusan Kesultanan Palembang, istana Kuta Lama dihancurkan oleh pemerintah kolonial Inggris pada')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Museum Sultan Mahmud Badaruddin II
Museum Sultan Mahmud Badaruddin II adalah museum di kota Palembang, Sumatra Selatan. Museum ini didirikan di bekas bangunan rumah residen kolonial Sumatra Selatan abad ke-19. Bangunan ini juga menjadi gedung dinas pariwisata Palembang.
Yogwi21
Lokasi museum awalnya adalah lokasi Kuta Lama, istana tua Sultan Mahmud Badaruddin I (1724–1758), penguasa Kesultanan Palembang. Usai penghapusan Kesultanan Palembang, istana Kuta Lama dihancurkan oleh pemerintah kolonial Inggris pada 7 Oktober 1823.
fitri agung from Pekanbaru, Riau, Indonesia, Indonesia
Penghapusan Kesultanan adalah bentuk hukuman yang dijatuhkan oleh pemerintah kolonial Inggris terhadap Kesultanan Palembang akibat pembantaian yang terjadi di penginapan Belanda Sungai Alur, meskipun ini mungkin telah menjadi gerakan politik untuk menghapus kedaulatan Kesultanan atas kota tersebut.
Gunawan Kartapranata; Anon.
Segera setelah pembongkaran Kuta Lama, pada tahun 1823, sebuah gedung baru dibangun di atas reruntuhannya. Bangunan pertama selesai pada tahun 1824 dan diberi nama Gedung Siput. Belakangan sebuah bangunan kembali dibangun dalam gedung yang saat ini berdiri di situs tersebut.
D.W. Fisher-Freberg
Pada tahun 1825, gedung itu digunakan sebagai kantor untuk residen kolonial. Pada tahun 1920-an bangunan tersebut direnovasi dengan penambahan lebih banyak kaca. Selama Perang Dunia II, bangunan tersebut digunakan sebagai markas militer Jepang.
Gunawan Kartapranata. Anon
Setelah kemerdekaan Indonesia, gedung tersebut menjadi markas besar Tentara Nasional Indonesia bernama Kodam II/Sriwijaya untuk waktu yang singkat. Kemudian diserahkan kepada pemerintah kota Palembang sebelum akhirnya diubah menjadi museum pada tahun 1984.
Gunawan Kartapranata