Nafsu makan adalah keinginan untuk menyantap makanan, terkadang karena rasa lapar. Makanan yang diinginkan dapat merangsang nafsu makan bahkan ketika tidak sedang lapar.[1]

Pandangan Islam

At-Tirmİdzİ melansir sebuah hadis yang diriwayatkan dari Miqdad bahwa Rasulullah SAW. pernah bersabda, "Tidak ada wadah yang diisi penuh oleh anak Adam yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suapan yang bisa menegakkan tulang punggungnya. Kalau memang ia tidak bisa untuk tidak memenuhi perutnya, sepertiga bagian adalah untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga lagi untuk napasnya. "l Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, "Kenakanlah pakaian dari wol, singsingkan lengan baju, dan makanlah hanya sampai separuh lambung, maka kalian akan masuk ke dalam kerajaan langit.' Nabi Isa a.s. mengatakan, "Wahai kaum Hawari semuanya. Laparkan hati kalian dan tanggalkan pakaian kalian agar hati kalian bisa melihat Allah 'Azza wa Jalla." Sementara itu, Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Nabi SAW. bersabda, "Orang mukmin makan dengan satu usus, sedangkan orang kafir dengan tujuh usus." At-Tirmidzi dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Umar r.a. bahwa ada seorang lelaki bersendawa di dalam majelis Rasulullah SAW. Lalu beliau berkata kepada lelaki itu, "Cukuplah sendawamu. Sesungguhnya orang yang paling lama merasakan lapar pada Hari Kiamat adalah orang yang paling sering kekenyangan di dunia."[2]

Abu Musa Al-Madini meriwayatkan dari Hasan dari Aisyah. Aisyah mengatakan, "Sesungguhnya Rasulullah SAW. tidak pernah makan kenyang. Kadang-kadang aku menangis karena kasihan melihat beliau menahan lapar. Aku pun mengusap perutnya dengan tanganku. Aku katakan kepada beliau, 'Jiwaku aku korbankan untukmu seandainya engkau mau mengambil bagian dari dunia sekadar yang bisa menguatkan dan mencegah dirimu dari rasa lapar.' Lalu beliau bersabda, 'Wahai Aisyah. Saudara-saudaraku para rasul ulul azmi, mereka bersabar menghadapi hal yang lebih buruk daripada ini. Mereka bisa melewati keadaan itu lalu datang ke hadirat Tuhan mereka, maka Tuhan pun memuliakan tempat kembali mereka dan melimpahkan ganjaran besar kepada mereka• Karena itu, aku merasa malu jika hidup dalam kemakmuran, yang akan membuat diriku lebih rendah daripada mereka pada hari esok. Aku lebih suka bersabar dalam beberapa hari daripada bagianku di hari esok nanti berkurang. Tidak ada yang lebih kusukai daripada mengikuti jejak para sahabat dan saudarakU• Aisyah mengatakan, "Demi Allah, kurang dari seminggu kernudian' Allah memanggil beliau ke hadirat-Nya." Abu Hurairah r.a. menceritakan, "Nabi SAW. tidak pernah makan roti gandum sampai kenyang selama tiga hari berturut-turut hingga meninggal dunia.”[2]

Umar r.a. mengatakan, "Menjauhlah kalian dari kekenyangan karena iłu adalah beban dałam kehidupan dan baunya busuk dalam kematian.” Syaqiq Al-Balkhi menyatakan, "Ibadah adalah suatu pekerjaan. Kiosnya adalah menyendiri, sementara sarananya adalah lapar.” Luqman berpesan kepada anaknya, "Wahai anakku. Jika lambung sudah penuh, pikiran menjadi tidur, hikmah tak mampu berbicara, dan anggota badan menjadi malas untuk beribadah.”[2]

Fath Al-Maushili ketika diserang sakit dan lapar yang sangat parah, ia bermunajat, "Tuhanku, Engkau menguji hamba dengan sakit dan lapar sebagaimana Engkau telah menguji para kekasihMu. Dengan amal apakah hamba bisa mengutarakan rasa syukur hamba atas apa yang Engkau anugerahkan kepada hamba?” Kahmas dan Fudhail juga pernah bermunajat serupa, "Tuhanku, Engkau jadikan hamba menanggung lapar dan Engkau tinggalkan hamba dałam gelapnya malam, tanpa lampu. Dan sesungguhnya Engkau lakukan hal iłu hanya kepada para kekasih-Mu. Maka, kedudukan dan wasilah apakah yang bisa menjadikan hamba memperoleh anugerah ini dari-Mu?” Dałam Taurat dinyatakan, "Bertakwalah kepada Allah dan jika engkau kenyang, ingatlah orang-orang yang lapar.” Abu Sulaiman mengatakan, "Sungguh, meninggalkan satu suap dari makan malamku (sehingga aku bisa mengerjakan shalat malam dałam keadaan lapar) lebih aku sukai daripada mengerjakan shalat malam sampai subuh (dałam keadaan kenyang).” Sahal bin Abdillah mengatakan, "Pada Hari Kiamat, tidak datang suatu amal kebajikan yang lebih baik, daripada meninggalkan makan berlebihan dałam rangka meneladani perilaku makan Nabi SAW.” la menambahkan, "Hikmah dan ilmu diletakkan dałam kelaparan, sedangkan kemaksiatan dan kebodohan diletakkan dałam kekenyangan.”[2]

Referensi

  1. ^ Egecioglu E, Skibicka KP, Hansson C, Alvarez-Crespo M, Friberg PA, Jerlhag E, et al. (September 2011). "Hedonic and incentive signals for body weight control". Reviews in Endocrine & Metabolic Disorders. 12 (3): 141–51. doi:10.1007/s11154-011-9166-4. PMC 3145094 . PMID 21340584. 
  2. ^ a b c d Ringkasan Ihya Ulumiddin. Jakarta: Noura Books. 2022. ISBN 978-623-242-293-3.