Lokomotif C30

salah satu lokomotif uap di Indonesia
Revisi sejak 1 Oktober 2022 05.14 oleh Sri Darkan (bicara | kontrib) (Jenis suling yg saya ubaj)

Lokomotif C 30 adalah lokomotif uap buatan empat pabrik, yakni Hohenzollern, Borsig, dan Hanomag di Jerman, serta Werkspoor di Belanda. C 30 memiliki panjang 10.796 mm, berat 31,6 ton, daya mesin 660 hp, dan dapat melaju hingga 75 km/jam.[1] Lokomotif ini bersusunan roda 2-6-2T, artinya memiliki satu gandar depan (dua roda), tiga gandar penggerak (enam roda), dan satu gandar belakang (dua roda). C 30 merupakan kelas yang nyaris hilang, karena telah banyak dipindahtangankan.[2]

C30
C30
Lokomotif C 30 (SS 1769) di stasiun Prabumulih
Data teknis
Sumber tenagaUap
ProdusenHohenzollern, Jerman
Borsig, Jerman
Hanomag, Jerman
Werkspoor, Belanda
Tanggal dibuat1929-1930
Jumlah dibuat47 unit
Spesifikasi roda
Notasi Whyte2-6-2T
Susunan roda AAR1-C-1
Dimensi
Lebar sepur1.067 mm
Panjang10.796 mm
Berat
Berat kosong31,6 ton
Bahan bakar
Sistem mesin
Kinerja
Kecepatan maksimum75 km/jam
Daya mesin660 hp
Lain-lain
Karier
Perusahaan pemilikStaatsspoorwegen
Daerah operasiJawa dan Sumatra
Mulai dinas1929
Pemilik sekarangPT Kereta Api Indonesia

Sejarah

 
SS 1779 di Martapura, circa 1947.

Karena semakin besarnya volume angkutan penumpang dan barang, terutama di lintas Bandung-Banjar maka perusahaan kereta api Staatsspoorwegen mengimpor lokomotif-lokomotif uap yang dapat melaju menembus pegunungan di Tatar Sunda, Jawa Barat. Lokomotif C 30 diimpor dari pabriknya pada tahun 1929-1930.[1] Lokomotif C 30 ini semula merupakan seri SS 1700 (mulai dari SS 1701-1793).[3]

Depresi Besar yang melanda Eropa pada tahun 1929 memaksa SS untuk menunda membeli lokomotif baru untuk Sumatra. Untuk memenuhi kebutuhan angkutan di Sumatra, SS kemudian memindahkan 23 unit C 30 ke Sumatra Selatan dan 3 unit ke Sumatra Barat. Lokomotif ini merupakan lokomotif tipe universal dan dapat dioperasikan di lintas utama maupun cabang dan cocok untuk menarik kereta penumpang dan barang.

Pada masa pendudukan Jepang, 3 unit lokomotif C 30 dibawa ke Sumatra untuk jalur kereta api Muaro-Pekanbaru (beroperasi 1943-1945), untuk angkutan batu bara. Selain itu, empat unit lokomotif C 30 dibawa ke Kamboja dan tujuh unit C 30 dijual ke Indocina (tetapi tidak tahu tepatnya di negara mana).[4]

Saat ini tersisa yaitu, C 30 65 dan C 30 82. C 30 65 buatan Werkspoor dipajang di Museum Transportasi, Taman Mini Indonesia Indah, sedangkan C 30 82 dipajang di Lubuklinggau, Sumatra Selatan.

Referensi

  1. ^ a b Unit Pusat Pelestarian dan Desain Arsitektur, PT KAI: Lokomotif C30
  2. ^ Bagus Prayogo, Yoga; Yohanes Sapto, Prabowo; Radityo, Diaz (2017). Kereta Api di Indonesia. Sejarah Lokomotif di Indonesia. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher. hlm. 81. ISBN 978-602-0818-55-9. 
  3. ^ Steam Locomotive Roster
  4. ^ Lok Hilang pada Penjajahan Jepang dan Setelahnya