Syeikh Muhammad Amrullah Tuanku Abdullah Saleh (Sumatra Barat, 1840 - Sumatra Barat, 1909) atau yang dikenal dengan Tuanku Kisai, merupakan ulama besar asal Minangkabau yang melahirkan dua orang tokoh besar di dunia Melayu.[butuh rujukan] Yang seorang ialah anaknya sendiri, Abdul Karim Amrullah, dan yang seorang lagi ialah cucunya, Hamka.

Muhammad Amrullah
NamaMuhammad Amrullah
KebangsaanIndonesia
KeturunanAbdul Karim Amrullah

Muhammad Amrullah salah seorang pengikut Tarekat Naqsyabandiyah.[butuh rujukan]

Asal usul

Ayahnya bernama Tuanku Abdullah Saleh yang bergelar "Tuanku Syeikh Guguk Katur" dan digelar juga "Ungku Syeikh Tanjung", sedangkan ibunya bernama Siti Saerah binti AbduIlah Arif. Tuanku Abdullah Saleh adalah seorang murid Abdullah Arif (Tuanku Pariaman) atau Tuanku Nan Tuo di Koto Tuo, IV Koto, Agam.[1]

Tuanku Abdullah Saleh itu adalah seorang ulama yang sangat besar perhatiannya kepada ilmu Tasawuf sehingga kitab Hikam Ibnu 'Athaillah ia hafal di luar kepala. Ia pun seorang cerdik ahli adat, sehingga bukan saja urusan agama yang ditanyakan orang kepadanya, bahkan juga urusan adat. Pelajaran Imam al-Ghazali tentang khalawat sangat termakan olehnya. Lantaran itu ia lebih suka berkhalawat di suraunya di Guguk Katur.[2] Kepada murid yang soleh inilah tertarik hati gurunya Tuanku Nan Tuo, sehingga setelah anaknya Siti Saerah menjadi gadis remaja, ia ambilah Tuanku Abdullah Saleh itu menjadi menantu.[3]

Pendidikan

 
Makam Syekh Muhammad Amrullah
 
Nisan makam Syekh Muhammad Amrullah

Ia mendapatkan pendidikan awal dari datuk atau nenek sendiri secara tradisi Minangkabau. Kemudian ia belajar agama dari kakeknya Tuanku Syeikh Pariaman di Koto Tuo.[butuh rujukan] Dari neneknya, Muhammad Amrullah belajar Nahwu, Sharaf, Manthiq, Ma'ani, Tafsir dan Fiqh.[butuh rujukan]

Di Mekah ia berguru kepada Sayid Zaini Dahlan, ulama Mekah yang terkenal, dan berguru juga kepada Syeikh Muhammad Hasbullah dan beberapa ulama yang lain.[butuh rujukan] Ia juga belajar dengan Ahmad Khatib Al-Minangkabawi dan Tahir Jalaluddin yang usianya lebih muda daripadanya.[butuh rujukan] Pada usia 26 tahun, Syeikh Muhammad Amrullah telah diberi ijazah dan tugas mengajar oleh datuknya, Abdullah Arif atau Tuanku Nan Tuo di kampungnya.[butuh rujukan] Ilmu-ilmu yang diajarkan ialah Ilmu Tafsir, Fiqh, Tasawuf, dan ilmu-ilmu alat, yaitu Nahwu, Sharaf, Manthiq, Ma'ani, Bayan, Badi'.[4]

Keturunan

Syeikh Muhammad Amrullah mengalami delapan kali perkawinan, dan jumlah semua anaknya ialah 46 orang. 15 di antaranya adalah laki-laki.[4]

Referensi

  1. ^ https://books.google.co.id/books?id=pKd_DAAAQBAJ&pg=PA44&lpg=PA44&dq=%22Guguk+Katur%22&source=bl&ots=nIhCDONU3L&sig=ACfU3U2kL9TOnN9YI_rCYitPQcafUoQUuQ&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjEtoDBmOXoAhWB4XMBHaaiD1kQ6AEwBHoECAsQLw#v=onepage&q=%22Guguk%20Katur%22&f=false
  2. ^ Hamka (1963). Ayahku. Jakarta: Djajamurni. hlm. 46. 
  3. ^ Hamka (1963). Ayahku. Jakarta: Djajamurni. hlm. 46-47. 
  4. ^ a b Hamka (1963). Ayahku. Jakarta: Djajamurni. hlm. 48.