Drakula adalah tokoh fiksi ciptaan Bram Stoker dalam novelnya Dracula yang diterbitkan pada tahun 1897. Drakula adalah seorang vampir yang diceritakan berasal dari kota Transylvania yang berada di Rumania. Kelemahan Drakula ialah sinar matahari, benda terbuat dari perak, dan bawang putih. Tokoh ini kemungkinan terinspirasi Raja Vlad III yang memerintah Walakia pada abad ke-15 dengan tangan besi.

Sejarah Drakula ( vlad III )

Selama perang salib, wallachia menjadi rebutan antara kerajaan Hungaraia dan Turki Ottoman, pada masa Vlad II berkuasa di wallachia,Vlad II mempunya tiga orang anak, Mircea, Drakula, dan Randu, Vlad II memihak kerajaan Hungaria.Namun setelah dilengserkan oleh Sigismund ( Raja dari kerajaan Hungaria ) dan kemudian digantikan oleh John Hunyandi, Vlad II memihak kepada kesultanan Turki Ottoman, sebagai jaminan kesetiaannya kepada kesultanan Turki ottoman, Vlad II mengirimkan Drakula dan Randu ke Turki.

Riwayat Drakula

Vlad Tsepes III ( 1431 - 1475 M ) atau yang lebih populer dengan nama Drakula dilahirkan di Transylvania, Rumania. Ia merupakan anak Ke 2 dari Vlad II dan Cneajna, seorang putri dari Moldavia

Masa kecil Drakula memang tidak berlangsung lama, diusianya yang ke 11 ia harus menjadi jaminan kesetian ayahnya kepada kesultanan Turki ottoman, ia dan adiknya Randu harus dikirim ke Turki.

Awal Kekuasaan Drakula

Setelah perang Verna, terjadi konflik antara Vlad II dan John Hunyadi, yang berujung pada kematian Vlad II dan Mircea, kakak Drakula. Melihat perubahan politik di Wallachia tersebut, maka sultan Turki ottoman Mehmed II mengirimkan Drakula pulang ke wallachia untuk merebut tahta.

Drakula kembali ke Wallacia dengan di kawal 8000 prajurit Turki ottoman. sesampainya di Tirgoviste ( ibu kota wallachia ) terjadi pertempuran antara pasukan Vlasdisav dengan pasukan Drakula, yang akhirnya di menangkan oleh pasukan Drakula dan menempatkan Drakula sebagai penguasa Wallachia.

Awal Kekejaman Drakula

Setelah berhasil menduduki tahta, Drakula membantai prajurit Turki ottoman yang tersisa dengan cara di sula, hal tersebut menjadi salah satu penyebab permusuhan antara Drakula dan Sultan Mehmed II.

Sebagai panglima salib di Wallachia, Drakula telah membantai kurang lebih 23.000 umat islam baik tentara maupun rakyat, dengan peperangan maupun dengan metode sula ( impaler ), dalam ukiran kayu jerman abad 15, ada bukti kekejaman Vlad 3, penyulaan massal dengan korban ribuan,

  setelah tindakan tersebut Drakula mengirimkan surat kepada raja Hungaria saat itu ( Matthias Corvinus ) untuk meminta dukungan dari kerajaan Hungaria untuk melawan Turki Ottoman.

Serangan Tengah Malam ( The Night Attack

Tindakan Drakula yang membantai 23.000 tentara Turki Ottoman, membuat sultan Mehmed II menyatakan perang kepada Drakula. Pada tanggal 17 Mei 1462 M Sultan Mehmed II ( sang penakluk konstatinopel ) mengirimkan 60.000 tentara ditambah 30.000 tentara non reguler. Sedangkan tentara Dracula mencapai 30.000 prajurit, melihat jumlah pasukan yang tidak berimbang, Drakula melakukan strategi perang gerilya

Pada serangan tengah malam pasukan Drakula yang berkekuatan 10.000 orang berhasil mendesak pasukan Turki ottoman, tetapi dapat dipukul mundur pada saat fajar tiba, atas kekalahan tersebut pasukan Drakula mundur ke benteng Poenari, Drakula melarikan diri dari kepungan pasukan Turki ottoman yang di pimpin oleh Randu ( adik kandung Drakula )ke Hungaria, dengan melarikandirinya Drakula, Randu dengan mudah merebut benteng Poenari dan merebut tahta Wallachia.

Kematian Drakula

Pada Desember 1476 Terjadi pertempuran antara pasukan salib dengan dengan pasukan muslim ( Turki ottoman )dimana pertempuran tersebut terjadi di daerah Snagov, dalam pertempuran tersebut pasukan Drakula dapat dikalahkan, dan Drakula ( Vlad III ) tewas dalam pertempuran tersebut, kepalanya di penggal dan di bawa ke Turki sebagai bukti kematiannya


Dracula

Konon kabarnya DRACULA hanya bisa dikalahkan dengan salib dan bawang putih. Dengan kedua benda tersebut DRACULA vampir yang selalu haus darah akan km terbirit-birit. Selama ini sejarah yang didominasi oleh Barat memang telah mengaburkan sosok DRACULA . Sosok nyatanya telah diubah sedemikian rupa sehingga banyakjang tidak mengetahui siapa sebenarnya Dracula itu. Pengaburan itujuga terjadipada kisah seputar siapayang telah mengalahkan DRACULA. Apakah benar Dracula dikalahkan oleh salib dan bawang putih? Kalau kisah ini tidak benar, lantas siapa yang telah mengalahkan DRACULA ?

SOSOK Dracula mulai "naik daun" ketika Bram Stoker menjadikannya sebagai tokoh utama dalam novel yang berjudul, DRACULA . Dalam novel tersebut DRACULA dikisahkan sebagai vampir yang haus darah. la akan keluar setiap bulan purnama menemani malam, bergentayangan mengerayangi malam dengan sosok yang berubah-ubah, serigala, kelelawar atau dalam ujud sosok manusia.

Benarkah Dracula memang seperti yang digambarkan oleh Bram Stoker? Kalau yang digambarkan Bram Stoker hanya fiksi, lantas siapa sebenamya DRACULA ? Vlad Tsepes III (1431-1476 M) atau lebih populer dengan nama DRACULA dilahirkan di Transylvania Rumania. Tidak ada cacatan tertulis tanggal berapa dia dilahirkan. Sedangkan bulan kelahirannya para sejarawan memperkirakan pada bulan Nopember atau Desember 1431M. la merupakan anak kedua Vlad II sebagai buah perkawinannya dengan Cneajna, seorang putri dan Moldavian. Sebagai darah biru, selain mendapatkan pelajaran agama, DRACULA juga memelajari ilmu sosial dan eksata. Namun kegemarannya bukan pada ilmu-ilmu itu melainkan pada kemampuan berperang. Sepanjang hari selain belajar ketrampilan menunggang kuda, ia juga gemar berkelahi. Tak mengherankan kalau tubuhnya berotot walaupun badannya tidak terlalu besar. Karakter DRACULA yang dingin dan suka berkelahi kemungkinan besar disebabkan oleh pengaruh lingkungan. Ia bertumbuh di lingkungan yang hingar-bingar dengan perang. Hampir setiap saat ia menyaksikan prajurit yang pulang perang dengan berbagai kondisi, ada yang segar bugar, kehilangan anggota badan, dan banyak juga yang sudah tidak bernyawa. Melihat kondisi tersebut mau tidak mau kesadaran bocahnya mencecap yang terjadi di sekitarnya. Gairah perang juga merambah dalam dunia pergaulan DRACULA . Anak-anak yang biasa bermain dengannya seringkali bercerita tentang perang. Cerita-cerita itu mereka pungut dari sang bapak yang pulang perang. Sudah menjadi kebiasaan orang yang baru pulang perang pasti akan menceritakan pengalamannya di medan perang. Pada saat asyik bercerita tak sadar kalau ada anak-anak di sekitar mereka. Maka tak mengherankan kalau kemudian anak-anak muncuri dengar, dan setelah bergabung dengan kawan-kawannya akan menceritakan kembali, tentu saja dengan versi mereka masing-masing. Dan, usai bercerita mereka akan mempraktekkannya. Itulah dunia bocah.

Walaupun pendiam, DRACULA menyerap semua itu. Ia pungut kepingan cerita dan peristiwa. Hingga kemudian tumbuh menjadi kesadaran dalam dirinya. Masa kecil DRACULA memang tidak berlangsung lama. Pada usia 11 tahun ia harus tercerabut dari mimpi bocahnya. Ini terjadi karena perang. Konsekwensi. dari hutang budi terhadap Kesultanan Turki Ottoman mengharuskan Vlad II memberikan jaminan. Sebagai bentuk jaminan tersebut ia mengkim DRACULA dan RANDU ke Turki. Akibatnya, kedua bocah tersebut mau tak mau harus tercerabut dari masa kecilnya.Turki memang bukan neraka bagi DRACULA , tapi ia tetap tidak puas dengan kondisi dirinya. Secara naluriah ia ingin tetap bersama keluarga dan teman-temannya. Maka tak mengherankan walaupun di Turki mendapat perlakuan yang baik, DRACULA justru tumbuh menjadi pribadi pemberontakan. Ia tak pernah mengikuti perkataan dari para pengasuhnya. Kalau pengasuhnya memintanya pergi ke selatan maka ia akan pergi ke utara.Selain sikap pemberontaknya yang menjadi-jadi, sifat-sifat keji DRACULA juga semakin terasah. DiTurki salah satu acara kegemarannya adalah melihat saat-saat pemancangan kepala manusia yang diadakan di alun-alun kota. Setiap minggu para penjahat kelas berat atau pengkhianat dihukum pancung. Tada saat ini selain dihadiri oleh penjabat kerajaan juga dibanjiri oleh warga Turki. Salah satu orang yang berada di antara kerumunan itu adalah DRACULA.

Ia akan menyaksikan acara tersebut sampai selesai. Bibit-bibit kekejian DRACULA juga tercermin dari kebiasaannya menyunduk binatang. Setiap kali tidak ada kegiatan atau kesepian DRACULA menangkap binatang yang ada di sekitarnya, entah itu kecoak, tikus, laba-laba, burung atau yang lainnya. Binatang yang telah ia tangkap tersebut kemudian ia sunduk seperti penjual sate menyunduk irisan-irisan daging kambing. DRACULA akan sangat puas ketika melihat binatang itumenggelepar-gelepar menunggu ajal. Begitulah kehidupan DRACULA ketika di Turki.

Selepas meninggalkan Turki sifat kebengisan DRACULA justru bertambah menjadi-jadi. Bisa dikatakan masa pemerintahannya merupakan masa-masa teror paling keji dalam sejarah Wallachia. Mulai dari gembel jalanan sampai penjabat istana menjadi korban kekejaman DRACULA.

Sebagain besar korban DRACULA dibunuh dengan cara DISULA.

DISULA DITUSUK MULAI BAGIAN ANUS DENGAN TOMBAK KAYU HINGGA TEMBUS DI KEPALA, TENGGOROKAN, PUNGGUNG ATAU PERUT SETELAH SULA MASUK KEDALAM TUBUH SI KORBAN MAKA SULA TERSEBUT DIPANCANGKAN/DITANCAPKAN KETANAH HINGGGA TUBUH KORBAN TURUN SEDIKIT DEMI SEDIKIT MENGIKUTI BERAT BADAN. PADA SAAT ITU SEPERTI INI TUBUH KORBAN AKAN MENGGELEPAR GELEPAR KARENA RASA SAKIT YANG TAK BISA DIGAMBARKAN DENGAN KATA KATA. DARAH MENGUCUR DERAS DARI LUBANG ANUS DAN MENJADI LAUTAN DARAH.

Pesta penyulaan merupakan acara kegemaran DRACULA. Dalam pesta ini biasanya ia menyula 1.000 sampai 3.000 orang —jumlah terbesar yang pernah tercatat adalah 23.000 orang. Dalam pesta ini DRACULA akan duduk di depan sebuah meja dengan makanan tersaji di depannya. Sambil melihat korban-korban yang disula ia akan menikmati makanan tanpa hirau dengan darah yang menetes atau lolong sekarat korbannya. Setelah beberapa korban telah disula dan dipancangkan di tengah lapangan, DRACULA akan berjalan keliling. Ia akan memperhatikan satu persatu korban-korban yang telah tersula tersebut, dan dia akan sangat puas bila korbannya masih bergerak dan berteriak-teriak.

Selain penyulaan, DRACULA mempunyai banyak metode untuk menyiksa korbannya sampai mati. Di antara metode tersebut antara lain mengerat payudara dan merusak organ vital perempuan, merebus hidup-hidup, menarik korban dengan kuda, mencekik serta melemparkan korban sebagai santapan binatang buas. Guna menjalankan metode-metode penyiksaannya tersebut DRACULA mempunyai tempat-tempat khusus yaitu tempat-tempat penyiksaan Dracula

Ruang istana juga mefupakan tempat favorit DRACULA untuk melakukan pcnyiksaan. Sambil menyantap makanan dia akan menyiksa korban-korbannya; entah dengan cara memaku, mencekik atau menguliti. Maka tak jarang kalau lantai istana sering menjadi merah karena genangan darah. Sebagian besar korban penyiksaan DRACULA di ruang istana adalah para bangsawan atau duta-duta kerajaan lain. Korban-korban tersebut sebetulnya ingin bertemu dengan DRACULA , tapi karena merasa tidak senang atau tersinggung maka DRACULA tidak akan segan-segan menyiksa mereka. Akibat kekejaman DRACULA teirsebut penduduk disekitar Wallachia menggambarkannya sebagai TITISAN SETAN YANG HAUS AKAN DARAH. dari sinilah legenda tentang vampir kemungkinan bermula. Dalam perkembangannya mitos bahwa DRACULA adalah vampir itulah yang kemudian berkembang di masyarakat. Masing-masing masyarakat, khususnya di Eropa Timur mengembangkan mitos tersebut sesuai dengan lingkungan mereka berada

Semakin lama mitos-mitos tentang DRACULA berkelindan satu dengan yang lain hingga menutupi fakta yang sebenarnya. Oleh karena itu, tak mengherankan kalau banyak yang tidak mengetahui siapa sebenarnya DRACULA . Padahal, seperti halnya Mehmed II, kisah hidup DRACULA tidak bisa dilepaskan dari periode akhir Perang Salib. Sebagai panglima Salib di Wallachia, DRACULA TELAH MEMBANTAI KURANG LEBIH 300.000 UMAT ISLAM.KORBAN-KORBAN TERSEBUT TELAH DIBANTAI DENGAN CARA YANG KEJI , YAITU DISULA, DIBAKAR HIDUP HIDUP, DIRACUNI DAN BENTUK BENTUK PEYIKSAAN KEJI LAINNYA. PEMBANTAIAN TERHADAP UMAT ISLAM TERSEBUT DILAKUKAN DRACULA SELAIN SEBAGAI PANGLIMA PASUKAN SALIB, JUGA KARENA UPAYA BALAS DENDAMNYA TERHADAP KESULTANAN TURKI OTTOMAN.

Baginya kerajaan tersebut telah merampas masa kecilnya hingga harus tercerabut dari lingkungan dan sanak saudaranya. Dan, upaya untuk menuntut balas itu terbuka ketika ia menjadi penguasa Wallachia. Memang amat disayangkan kekejaman DRACULA itu tak banyak terungkap. Seharusnya kisah hidupnya bisa memberikan cermin bagi generasi saat ini bahwa sebuah TIRAN akan selalu memakan korban dari kalangan rakyatnya sendiri. Sehingga agar hal tersebut tak berulang perlu adanya usaha untuk melawan setiap bibit-bibit TIRAN yang akan muncul.


PANGKAL PERTENTANGAN ANTARA DRACULA DAN MEHMED II

JATUHNYA Konstantinopel dalam genggaman Islam merupakan cita-cita lama yang akhirnya terwujud. Sudah sejak lama para sultan dari berbagai dinasti Islam berusaha untuk menaklukkan Konstantinopel, tapi selalu kandas. Sampai akhirnya pada tahun 1453 M, jembatan antara Eropa dan Asia itu akhirnya bisa jatuh dalam rengkuhan umat Islam. Mehmed II-lah yang telah mewujudkan cita-cita lama itu.

Setelah berhasil menaklukkan Konstantinopel, Mehmed II tidak berpuas diri. la terus berusaha agar wilayah Kesultanan Turki Ottoman semakin meluas. Ekspansi tersebut lebih difokuskan pada daerah-daerah di Eropa Timur, salah satunya adalah Wallachia. Wallachia merupakan kota tua. Sejak kekaisaran Romawi Kuno hingga Perang Salib wilayah ini selalu menjadi rebutan.


Letaknya memang strategis, persinggahan menuju wilayah-wilayah di Eropa Timur. Selain strategis bagi pangkalan perang, Wallachia merupakan daerah yang subur. SungaiDanube —sungai besar yang membelah Rumania dan Hunggaria— melewati daerah ini,

menebarkan kesuburan sepanjang tahun. Selama Perang Salib, Wallachia menjadi rebutan antara Kerajaan Hunggaria dan Turki Ottoman.
Pada masa Vlad II berkuasa di Wallachia, ia memihak Kerajaan Hunggaria.   . Namun setelah dilengserkan oleh Sigismund dan 

kemudian digantikan oleh John Hunyadi, Vlad II memihak pada Kesultanan Turki Ottoman.Dari sinilah kisah itu bermula.

Sebaga jaminan kestiaan pada kerajaan Turki Ottoman, Vlad II mengirimkan dua anaknya, DRAKULA dan RANDU. Selama di Turki kedua anak tersebut didik secara Islam sesuai dengan tradisi Turki. Selain belajar agama di madrasah mereka juga belajar ketrampilan perang. Seiring dengan bergulirnya waktu, kedua anak tersebut berkembang dengan karakter masing-masing. Dracula—riwayat hidup DRACULA berkembang sebagai pribadi pembangkang dan berperangai keji. Sedangkan RANDU tumbuh menjadi anak yang patuh. Berpuluh-puluh tahun kemudian, tepatnya paska Perang Varna, terjadi konflik antara Vlad II dengan John Hunyadi. Pertentangan ini berujung pada pembunuhan terhadap Vlad II dan Mircea, kakak Dracula. Setelah bapak-anak itu terbunuh, John Hunyadi kemudian menempatkan keluarga Dan II sebagai penguasa Wallachia dengan gelar Vlasdisav. Nah,melihat perubahan politik di Wallachia tersebut maka Sultan Turki mengirim DRACULA pulang ke Wallachia untuk merebut tahta.

DRACULA kembali ke Walachia dengan dikawal ribuan prajurit Turki Ottoman. Sesampainya di ibu kota Wallachia, pertempuran pun pecah. Pasukan Vlasdisav yang menang dalam jumlah tapi kalah dalam semangat bertempur akhirnya bisa dikalahkan oleh pasukan DRACULA. Akhir dari peperangan ini kemudian menempatkan Dracula'sebagai penguasa Wallachia.

Kacang lupa kulitnya, mungkin begitulah peribahasa yang cocok untuk menggambarkan tabiat DRACULA. Setelah berhasil naik tahta DRACULA justru membantai prajurit Turki Ottoman yang telah mendukungnya. Mereka dibunuh dengan cara yang keji, YAITU DISULA.

Peristiwa ini menjadi pangkal pertentangan antara DRACULA dan Mehmed II. Peperangan antara DRACULA dan Mehmed II walaupun tidak sebesar peperangan memperebutkan Konstantinopel, tetapi memakan korban yang tidak sedikit Dan, salah satu yang menarik dari pertempuran ini adalah saat-saat DRACULA menjelang ajal. Peristiwa tersebut tidak banyak diungkap oleh para sejarawan, sehingga hanya segelintir orang yang mengetahuinya.


SALIB DAN TERORISME

BAIK dalam karya fiksi maupun film tentang DRACULA, tidak akan lepas dari dua benda: salib dan bawang putih. Kedua benda ini yang konon kabarnya bisa mengalahkan DRACULA. Jelas kisah ini merupakan sebuah rekayasa untuk menguburkan fakta yang sebenarnya. kematian DRACULA tidak ada hubungannya dengan salib maupun bawah putih. Kematian DRACULA murni karena tebasan pedang pasukan Turki Ottoman.

Lantas kenapa saTIb muncul dalam kisah DRACULA ?

Munculnya salib dalam kisah DRACULA tidak bisa dilepaskan dari sejarah Perang Salib. Benda inilah yang mereka bawa ketika perang dengan kesultanan Islam —peperangan ini kemudian populer dengan Perang Salib. Saat itu salib dipakai sebagai simbol pemersatu umat Kristen. Dan, memang terbukti ampuh. Seluruh umat Kristen yang ada di Eropa bersatu untuk merebut kota sud Yerussalem.

Apabila ditilik lebih mendalam sebetulnya perebutan Yerussalem hanyalah alasan yang dicari-cari. Alasan sebenarnya adalah merebut wilayah-wilayah di Timur Tengah dan bagian Eropa lainnya yang kaya. Sebagaimana tercatat dalam sejarah, Perang Salib mulai berlangsung ketika sebagian besar Eropa mengalami kemiskinan yang disebabkan wabah pes. Tentu saja kemiskinan ini harus diatasi. Nah, sebagai jalan keluar haruslah melakukan penjarahan terhadap kerajaan-kerajaan yang kaya. Agar penjarahan ini sukses maka diperlukan pasukan yang besar, sedangkan antara sesama negara-negara Kristen sendin terjadi peperangan, Maka agar mereka bersatu dipilihlah salib sebagai pemersatu. Sekarang sebagai permersatu Barat memang bukan salib lagi melainkan terorisme. Sebagaimana Perang Salib sasaran mereka adalah negara-negara di Timur Tengah. Kalau dulu yang mereka cari adalah emas, sekarang yang mereka can adalah minyak. Negara-negara Barat—terutama Amerika Serikat merupakan pengonsumsi minyak terbesar di dunia. Oleh karena itu, mereka sadar kalau menguras minyak mereka sendiri maka dalam jangka panjang akan kehabisan. Nah, sebagai solusinya mereka perlu mengambil minyak dari negara-negara lain yang kaya minyak. Negara-negara di Timur Tengah yang ditakdirkan oleh sejarah sebagai penghasil utama minyak dunia adalah sasaran mereka. Selepas Perang Dunia II bangsa-bangsa Barat berusaha mendekati pemimpin negara-negara Timur Tengah agar mau tunduk pada kemauan mereka, yaitu menjual minyak dengan


Harga yang murah atau memperbolehkan perusahaan-perusahaan minyak mereka melakukan eksploitasi. Di antara pemimpin negara-negara Timur Tengah ada yang dengan suka rela tunduk pada kemauan Barat dengan imbalan mereka mendapat jatah yang besar, tapi tak sedikit pula yang menolak. Di antara pemimpin Timur Tengah yang terang-terangan menolak adalah Perdana Menteri (PM) Iran, Mohammed '"Mossadegh. Sebagai PM yang dipilih secara demokratis, Mossadegh menuntut agar rakyatnya menikmati rezeki dari minyak mereka. Agar rakyat bisa menikmatinya maka minyak harus mereka kelola sendiri. Sebagai jalan keluarnya perusahaan-perusahaan minyak AS dan Inggris yang ada di Iran haruslah dinasionalisasi. Karena keberanian inilah akhirnya Mossadegh dijatuhkan oleh AS, dan kemudian digantikan oleh boneka AS, Mohammad Reza Pahlevi.

Kini terhadap negara-negara Timur Tengah yang tidak mau tunduk terhadap kemauan Barat, maka mereka akan dicap sebagai pelindung teroris. Irak dan Afghanistan merupakan contoh paling nyata dari strategi Barat untuk menguasai minyak di Timur Tengah. Baik Sadam Husain di Irak maupun pemerintahan Taliban di Afghanistan sama-sama anti Barat. Sikap mereka ini jelas menjadi batu sandungan bagi Barat sehingga perlu dienyahkan. Sebagai pembenaran invasi untuk menguras minyak di negara Timur Tengah, maka terhadap kedua negara tersebut dituduh sebagai pelindung para teroris. Ini semua hanya topeng. Saat ini arogansi yang ditunjukkan oleh Barat memang membawa keuntungan bagi mereka. Sebagian besar negara-negara di Timur Tengah dengan suka rela menyerahkan minyak mereka. Akan tetapi, dalam jangka panjang mereka justru telah melahirkan bibit-bibit perlawanan. Sehingga apa yang telah diprediksikan sejarawan Inggris, Arnold Toynbee, pada tahun limapuluhan, bahwa perang yang sesungguhnya bukan antara komunis melawan kapitalis, melainkan antara kaum Islam dan krsiten.

Sekarang ramalan yang digambarkan Toynbee mulai terbukti. Kaum muda di dunia Islam khususnya Timur Tengah mulai melawan secara terbuka terhadap dominasi Barat, salah satunya adalah serangan 11 September 2001 terhadap WTC dan Pentagon. Amerika Serikat yang digembar-gemborkan sebagai negara adidaya ternyata tak berdaya menghadapi serangan yang begitu terencana dengan rapi itu.

Terhadap fenomena perlawanan generasi muda Islam terhadap Barat, John Perkins memberikan analisa yang menarik. Menurutnya: "Sejak masa Raja Richard The Lion Heart di Inggris hingga masa Presiden Bush, bangsa Arab sudah menemukan dua hal dengan sangat jelas. Pertama, mereka ingin agar bangsa Eropa—dan sekarang Amerika—mennjauh. Kedua, memilih bentuk-bentuk pemerintahan mereka sendiri, yang semakin besar berlandaskan hukum Islam, dan bukan konsep-konsep demokrasi sekuler kita." Kemudian lebih lanjut ia memaparkan: "Orang-orang Timur Tengah tidak pernah memaafkan Eropa yang telah dengan seenaknya memaksakan batas-batas pada tanah milik suku-suku, dan memahkotai 'raja-raja' yang akrab dengan rezim-rezim yang tidak berdekatan dengan mereka.

Kebencian yang berawal pada Abad Pertengahan terus tumbuh selama abad-abad berikutnya. Sebagian besar bangsa Arab sadar bahwa imperium baru pasca PD II, yang dipimpin oleh AS, menyimpan rencana-rencana yang mirip dengan Perang Salib, dan bahwa militer dan perekonomian AS semakin tergantung pada minyak."

Begitulah yang terjadi di dunia saat ini. Kesewenang-wenangan Barat telah melahirkan perlawanan terhadap mereka sendiri. Kini mata generasi muda Islam bisa melihat secara telanjang bagaimana kekayaan mereka dikuras habis, dan kemudian dibawa ke Barat. Pori-pori kulit mereka bisa merasakan penderitaan orang-orang yang berada di sekitar mereka—gelandangan yang melenguh karena ajal menjemput, bayi-bayi yang menjadi korban keganasan Israel, ibu-ibu yang tak mampu menyusui. Semua itu telah mengeraskan tekad dan memacu nadi perlawanan mereka. Lantas apa yang dilekatkan oleh Barat kepada generasi Islam yang berlawan itu? Teroris, fundamentalis, Islam radikal. Itulah cap yang diberikan Barat kepada mereka. Bagi Barat, generasi Islam itu tidak berbeda dengan DRACULA yang selalu haus akan darah. Sehingga, agar DRACULA itu tak membinasakan banyak orang dan dunia menjadi aman, mereka datang dengan membawa senjata dan "salib". Sekarang salib mereka bukan sepertd salib pada Perang Salib, melainkan demokrasi dan HAM. Dengan "salib baru" ini mereka ingin menguasai dunia dan menyingkirkan musuh-musuh mereka.


Apakah makna demokrasi yang dibawa Barat itu? Makna sesungguhnya demokrasi yang ingin dipaksakan Barat adalah kehendak mereka agar seluruh pcnduduk dunia pindah menjadi Kristen . Mungkin ada yang bertanya, "Apa hubungan demokrasi Barat dengan agama Kristen?" Teori apapun itu pasti dilandasi oleh cara pikir perumusnya yang kemudian dikenal dengan filsafat. Demokrasi Barat juga seperti itu. la bukan bangunan tanpa pondasi, dan pondasinya adalah ajaran- ajaran Kristen (atau dikenal dengan Etika Kristen).

Ajaran Kristen yang kemudian diberi baju demokrasi inilah yang kemudian disebarkan ke seluruh negara. Mereka akan memaksa semua negara menerima konsep demokrasi tersebut. Padahal masyarakat di dunia ini mempunyai konsep demokrasinya sendiri-sendiri. Suku Indian, Busmen, Dayak, Aborigin, pemeluk agama Budha, Hindu, Islam, Konghuchu, memiliki demokrasi sendiri. Akan tetapi, demokrasi-demokrasi tersebut tidak diakui oleh Barat. Selain demokrasi mereka maka akan dianggap ketinggalan zaman dan tidak menghormati HAM, sehingga harus ditinggalkan. Apabila suatu negara tetap ngotot tidak mau menerapkan demokrasi Barat maka akan diperangi dengan berbagai alasan—mulai dari alasan diktator, pelindung teroris, pro komunis yang sebetulnya hanya dicari-cari. Kalau pada masa Perang Salib agama Kristen disebarkan lewat pedang, saat ini, ketika penyebaran agama itu dibungkus dengan demokrasi maka penyebaran itu dilakukan lewat utang dan senjata.

Jadi, jangan anggap bahwa penyebaran agama hanya lewat kotbah-kotbah para pendeta. Lewat konsep-konsep seperti demokrasi agama pun ditebarkan ke seluruh dunia. Inilah yang sebetulnya perlu diwaspadai karena caranya begitu halus. Karena begitu halusnya maka banyak yang tidak menyadari. Akibatnya, konsep demokrasi Barat diterima dengan mentah-mentah dan dianggap sebagai kebenaran tunggal.

Sikap menerima mentah-mentah segala sesuatu yang berasal dari Barat sungguh disayangkan. Sikap seperti ini menyebabkan sebuah pribadi menjadi tak mandiri. Kalau pribadi manusianya tidak mandiri maka bisa dipastikan bangsanya tumbuh menjadi bangsa yang tersandera. Oleh karena itu, tiba saatnya mengakhiri sikap dan sifat yang suka menerima segala sesuatu dari Barat.


Buku : Sultan Mehmed II Sang Pembantai Dracula

Penulis Orhan Basarab ISBN 978-979-15994-7-4


Reference

Babinger, Franz (1992). Mehmed the Conqueror and His Time.

         Princeton   University   Press.   ISBN   978-
         0691010786.

Baynes, N.H., The Byzantine Empire.

Ceajna, Hyphatia, Dracula, Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib, Navila, Cet II, 2007.

Columbia Encyclopedia, 6th Edition, article on "Matthias Corvinus,"

        NY: Columbia University Press, 2000.

Czaplica, M.A.and St. L.B. Moss, Byzantium: An ltroduction to

         East Roman Civilisation. 

Florescu,RaduR.;McNally, Raymond T. (1989). Dracula: Prince

        of Many Faces. Little Brown and Company. ISBN
        0-316-28655-9.

______ McNally, Raymond T. (1994). In Search of Dracula.

      Houghton Mifflin. ISBN 0-395-65783-0.

Hitti, K Philip, Sejarah Arab, Serambi.

Hopkins, Martha E. Three articles:

        Magyars Arrive in Transylvania, Origins of Wallachia 
        and Moldavia and The Ottoman Invasions, 
        Federal Research Division, Library of Congress Country Studies, 1999.

Perkins, John, Pengakuan Bandit Ekonomi, Ufuk, 2007

Porter, Ray. The Historical Dracula, Vlad III, report for LISTSERV FAQ

       "Vampyres List," Georgetown University, April, 1992.

Stoker, Bram, Dracula. NJ: Unicorn Publishing, 1985.

Treptow, Kurt W (2000). Vlad III Dracula:

        The Life and Times of the Historical Dracula.
        Center for Romanian Stud¬ies. ISBN 973-98392-2-3.

Sumber foto:

http://en.wiki-indonesia.club/wiki/Byzantine_Empire http://en.wiki-indonesia.club/wiki/Byzantine-Ottoman_wars http://www.w3.org/1999/xhtml http://en.wiki-indonesia.club/wiki/Janissary http://en.wiki-indonesia.club/wiki/Fall_of_Constantinople http://www.romaniatourism.coni