Pulau Sanane

pulau di Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sulawesi Selatan

Pulau Sanane adalah salah satu pulau yang berada di gugusan Kepulauan Spermonde dan secara administratif masuk pada wilayah Desa Mattaro Adae, Kecamatan Liukang Tupabbiring, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Sulawesi Selatan, Indonesia. Pulau Sanane memiliki wilayah seluas 58.351,8884175 m2.[1] Pulau ini merupakan bagian dari Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dengan dasar hukum penetapannya melalui Surat Keputusan Bupati Pangkajene dan Kepulauan Nomor 290 Tahun 2015 yang diterbitkan pada tanggal 2 Maret 2015.

Sanane
NegaraIndonesia
Gugus kepulauanSpermonde
ProvinsiSulawesi Selatan
KabupatenPangkajene dan Kepulauan
Luas58.351,8884175 m²
Peta
Nomor 14 menunjukkan lokasi Pulau Sanane

Pulau Sanane merupakan satu-satunya pulau yang ada di Desa Mattaro Adae. Sebelumnya Pulau Sanane termasuk dalam wilayah administratif Desa Mattiro Bone. Penduduk yang berdiam di pulau yang luasnya 3,45 km² (termasuk wilayah perairan). Penduduk Pulau Sanane didominasi oleh Suku Bugis dan Suku Makassar. Dalam berkomunikasi warga pulau menggunakan Bahasa Bugis, Bahasa Makassar, dan Bahasa Indonesia. Desa Mattaro Adae termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Liukang Tuppabiring Kabupaten Pangkep dengan pusat pemerintahan desa berada di Pulau Sanane. Sarana pemerintahan desa berupa kantor desa terdapat di pulau ini untuk menunjang kinerja pelayanan desa yang dijalankan oleh aparat pemerintah desa.[2]

Demografi

Pulau Sanane memiliki penduduk sekitar 1.198 jiwa yang terdiri dari 597 laki-laki dan 601 perempuan (Coremap II Kabupaten Pangkep 2007).

Ekosistem dan sumberdaya hayati

Desa Mattaro Adae hanya memiliki satu buah pulau yang dihuni penduduk, yakni Pulau Sanane. Tipe terumbu fringing reef mengelilingi dasar laut dangkal yang menyebar dari utara hingga sisi barat, kecuali sisi tumur yang jarang ditumbuhi karang. Karang mati yang telah ditutupi algae cukup tinggi mencapai maksimum 56 persen. Sementara karang hidup hanya mencapai 16 % atau tergolong rusak.

Genera karang yang dominan pada zona ini adalah Porites, Montipora, Mellipora, dan Platygyra. Karang mati ditumbuhi alga (dead coral with algae) juga sangat mudah ditemukan di setiap titik. Karang keras didimonasi antara lain oleh Montipora, Acropora, Porites dan Goniastrea. Kehadiran Acanthaster plancii di sekitar terumbu karang Pulau Sanane relatif sedikit, kerang-kerangan seperti kima (Tridacna) masih mudah ditemukan. Sementara sumberdaya terumbu karang yang bernilai ekonomis sudah mulai berkurang.

Binatang laut berbahaya, seperti bulu babi (diademasitosum) ditemukan cukup banyak yang mengkonsumsi algae di sekitar daerah padang lamun. Walaupun kelimpahannya tidak terlalu banyak, kehadiran ikan karang ekonomis, seperti ikan ekor kuning (Caesionidae), ikan kerapu sunu (Lutjanidae) masih mudah ditemukan di lokasi slope. Untuk kelompok ikan indikator Chaetodontidae dan kelompok ikan mayor Pomacentridae dalam jumlah yang lebih banyak berasosiasi erat dengan ekosistem terumbu karang.

Aktivitas pengelolaan sumberdaya

Mayoritas mata pencaharian penduduk Pulau Sanane adalah nelayan purse seine, selain itu adapula nelayan pancing ikan, pa'rawe (nelayan dengan alat tangkap rawai) dan pa'puka' (nelayan dengan alat tangkap pukat) dan nelayan cumi-cumi. Alat penangkapan yang umum digunakan adalah gae', pancing, jaring, dan lain-lain.

Bagi nelayan yang menggunakan alat tangkap berupa rengge', perairan sekitar Pulau Kapoposang (1 mil dari Pulau Kapoposang), Pulau Langkai dan Pulau Gondong Bali merupakan pilihan lokasi penangkapan. Jika penangkapan ikan dilakukan di lokasi yang relatif dekat, maka biasanya setelah melakukan penangkapan ikan, para nelayan akan kembali ke Pulau Sanane untuk beristirahat atau memperbaiki alat tangkap. Namun bila lokasi penangkapan relatif jauh maka nelayan secara berkelompok lebih memilih untuk tinggal sementara di pulau selama beberapa waktu, terutama ketika masa musim Timur (antara bulan Juni dan Oktober). Jika musim Barat tiba, mereka memilih untuk menuju ke perairan Sulawesi Tenggara, seperti di Kabaena dan Buton.

Pada bulan purnama, nelayan yang menggunakan alat tangkap rengge', tidak pergi menangkap ikan. Hal ini karena pada saat tersebut perolehan tangkapan mereka sanga sedikit. Masa tersebut digunakan untuk beristirahat dan memperbaiki jaring yang rusak. Penentuan penempatan jaring didasarkan pada arah dan kecepatan arus, seperti yang dilakukan oleh nelayan pa'rengge lainnya. Seperti kebiasaan “baca pisang” yang dilakukan oleh parengge di pulau sekitarnya, nelayan parengge di Pulau Sanane juga melakukan ritual yang sama. Pada bulan purnama, nelayan menangkap cumi-cumi menggunakan pancing cumi yang disebut doang-doang. Doang-doang tersebut terbuat dari bahan plastik dan bermata kail banyak yang terbuat dari besi. Lokasi penangkapan berada di perairan sekitar pulau.

Sarana dan prasarana

Sarana pendidikan yang terdapat di Desa Mattaro Adae berupa sebuah SD Negeri. Sekolah ini dimanfaatkan oleh warga untuk menyekolahkan anaknya. Namun fasilitas pendidikan yang jenjangnya lebih tinggi seperti SMP tidak terdapat di Pulau Sanane. Warga yang ingin menyekolahkan anaknya ke jenjang lebih tinggi biasanya mengirimkan anaknya ke SMP yang terdapat di Pulau Balang Lompo atau di Pangkajene.

Layanan kesehatan terhadap warga yang membutuhkannya dipenuhi oleh keberadaan sebuah Pustu dengan kondisi yang sangat terbatas. Hal ini menyebabkan warga memilih untuk berobat pada fasilitas kesehatan yang terdapat di Pangkajene atau Kota Makassar, terlebih apabila penyakit yang mereka derita tidak dapat ditangani oleh tenaga medis setempat. Kebutuhan listrik warga dipenuhi oleh keberadaan mesin generator. Mesin generator berbahan bakar solar tersebut menyuplai listrik ke rumah-rumah warga melalui jaringan kabel listrik.

Referensi

  1. ^ Abdul Haris Farid, Suhardjono, dan Dwi Wulan Titik Andari. Laporan Penelitian: Penguasaan dan Pemilikan atas Tanah Pulau-Pulau Kecil di Propinsi Sulawesi Selatan. Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional Yogyakarta, 2013. Hlm. 1–53.
  2. ^ Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, Ditjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (2012). "Direktori Pulau-Pulau Kecil Indonesia". www.ppk-kp3k.kkp.go.id. Diakses tanggal 27 September 2022.