Glotokronologi

Revisi sejak 22 Oktober 2022 03.22 oleh Sekotelbiru (bicara | kontrib) (menambah isi artikel)

Glotokronologi (Glottochronology) merupakan salah satu metode untuk menentukan kekerabatan bahasa dalam kajian linguistik historis. Metode glotokronologi berusaha mengadakan pengelompokan dengan lebih mengutamakan perhitungan waktu (time depth) atau perhitungan usia pada bahasa-bahasa kerabat. Dalam hal ini, usia bahasa tidak dihitung secara mutlak dalam suatu tahun tertentu, tetapi dengan menggunakan perhitungan secara umum, misalnya mempergunakan satuan ribuan tahun atau millennium.[1] Penggunaan metode glotokronologi dapat memungkinkan ahli bahasa mengetahui sejak kapan bahasa-bahasa yang diteliti berkerabat.[2]

Dalam penggunaannya, metode glotokronologi tidak dapat dipisahkan dengan teknik leksikostatistik. Keduanya digunakan saling berkaitan, dan tumpang tindih. Untuk menghitung usia bahasa dengan metode glotokronologi membutuhkan presentase cognate yang didapat dari perhitungan menggunakan metode leksikostatistik. Sebaliknya, untuk mengadakan pengelompokan bahasa dengan metode leksikostatistik, juga harus menggunakan perhitungan waktu kronologis dengan metode glotokronologi tersebut.

Rumus Metode Glotokronologi

t = log C/ 2 log r[3]

keterangan:

t: waktu pisah dalam ribuan tahun yang lalu

log: logaritma

C: presentase kekerabatan

r: retensi atau presentase konstan dalam 1000 tahun

Prosedur Penggunaan Metode Glotokronologi dan Leksikostatistik

Terdapat beberapa tahapan analisis kekerabatan bahasa dengan menggunakan metode glotokronologi dan leksikostatistik, yaitu:

  1. Mengumpulkan kosakata dasar dari bahasa yang diteliti, dengan menggunakan daftar kosakata Swadesh.
  2. Menetapkan pasangan-pasangan kosakata yang saling berkerabat. Hal ini dapat dilakukan dengan menyortir terlebih dahulu kosakata-kosakata dari bahasa yang telah diteliti, kemudian menentukan kosakata kerabat. Dalam memutuskan apakah bentuk kosakata dari beberapa bahasa tersebut serumpun, perlu dipertimbangkan seberapa mirip kosakata tersebut, baik dari segi bentuk maupun maknanya. Apabila terdapat kosakata yang cukup mirip, dapat diasumsikan kosakata tersebut berasal dari satu bentuk asli dengan satu makna asli, sehingga dapat dikatakan cognate atau berkerabat.
  3. Menghitung presentase kekerabatan (C)
  4. Menghubungkan hasil perhitungan yang berupa presentase kekerabatan dengan kategori kekerabatan berikut
    • Dialek sebuah bahasa 81-100%
    • Bahasa dalam subrumpun 55-80%
    • Subrumpun dalam rumpun 28-54%
    • Rumpun dari stok 13-27%
    • Stok dari filum 5-12%
  5. Setelah presentase kekerabatan antara kedua bahasa telah diketahui, kemudian hitung masa pisah dengan menggunakan rumus metode glotokronologi.

Referensi

  1. ^ Keraf, Gorys (1984). Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT Gramedia. hlm. 121–122. 
  2. ^ "Leksikostatistik dan Glotokronologi Bahasa Batak: Hubungan Kekerabatan Bahasa Batak Dialek Toba, Simalungun, Mandailing dan Karo". Medan Makna. XI (1): 61–75. 2013. 
  3. ^ Suparman (2018). "Glotokronologi Bahasa Rampi dan Bahasa Wotu". Telaga Bahasa. 6 (1): 496–486.