Ngawi, Ngawi

ibu kota Kabupaten Ngawi, Indonesia

Ngawi (bahasa Jawa: Hanacaraka: ꦔꦮꦶ, Pegon: ڠاوي) adalah ibu kota Kabupaten Ngawi yang sekaligus menjadi pusat pemerintahan dan tulang punggung perekonomian Kabupaten Ngawi. Ngawi juga adalah sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.[3]

Ngawi
Berkas:Tugu Gading Kartonyono.jpg
Tugu gading Kartonyono di simpang empat kartonyono yang menjadi ikon kota Ngawi
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
KabupatenNgawi
Pemerintahan
 • CamatDrs. Subandono
Populasi
 • Total84.923 jiwa
 • Kepadatan1.160/km2 (3,000/sq mi)
Kode pos
63211 - 63218
Kode Kemendagri35.21.09 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS3521110 Edit nilai pada Wikidata
Desa/kelurahan4 kelurahan
12 desa
Peta
PetaKoordinat: 7°24′38″S 111°27′28″E / 7.41056°S 111.45778°E / -7.41056; 111.45778


Berkas:Tugu Gading Kartonyono.jpg
Tugu gading Kartonyono

Makna Kata Ngawi

Ngawi berasal dari kata “AWI” yang artinya bambu yang selanjutnya mendapat tambahan huruf sengau “Ng” menjadi “NGAWI”.[4] Seperti halnya dengan nama-nama di daerah-daerah lain yang banyak sekali nama-nama tempat (desa) yang di kaitkan dengan nama tumbuh-tumbuhan.[4] Seperti Ngawi menunjukkan suatu tempat yang di sekitar pinggir Bengawan Solo dan Bengawan Madiun yang banyak ditumbuhi bambu.[4]

Sejarah Ngawi

Pemandangan Kota Ngawi tahun 1929
Bantaran Sungai Bengawan Solo

Pada zaman dahulu Ngawi berasal dari kata awi/bambu dan sekaligus menunjukkan lokasi Ngawi sebagai desa dipinggir Bengawan Solo.[5] Berdasarkan penelitian benda-benda kuno, menunjukkan bahwa di Ngawi telah berlangsung suatu aktivitas keagamaan sejak pemerintahan Airlangga dan masih tetap bertahan hingga masa akhir Pemerintahan Raja Majapahit.[6]

Hal ini diperkuat dengan beberapa prasasti, antara lain Prasasti Cangu yang merupakan peninggalan Raja Hayamwuruk (Sri Rajasanegara) dari Majapahit yang berangka tahun Saka 1280 (1358) yang menyebutkan bahwa Ngawi merupakan daerah swastantra.[5] Fragmen-fragmen percandian menunjukkan sifat kesiwaan yang erat hubungannya dengan pemujaan Gunung Lawu (Girindra), namun dalam perjalanan selanjutnya terjadi pergeseran oleh pengaruh masuknya Agama Islam serta kebudayaan yang dibawa Bangsa Eropa khususnya Belanda yang cukup lama menguasai pemerintahan di Indonesia.[6]

Peninggalan lain adalah berupa benteng Van den Bosch.[5] Yang sekarang dinamakan benteng Pendem karena benteng tersebut letaknya di bawah tanah yang selanjutnya dipinggiran disekitar benteng ditimbuni tanah sehingga tidak terlihat dari luar.[5] Adapun letaknya di sudut pertemuan di antara 2 sungai Bengawan Solo dan Madiun.[5] Benteng Van Den Bosch dibangun antara tahun 1839-1845 oleh pemerintah Hindia Belanda, dimana pada waktu itu Ngawi mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam bidang transportasi.[5] Dengan peranan yang cukup penting pada masa lalu, sehingga Ngawi dapat bertahan dan berkembang menjadi sebuah kabupaten.[5] Disamping itu, Ngawi sejak zaman prasejarah mempunyai peranan penting dalam lalu lintas (memiliki posisi Geostrategis yang sangat penting.[6]

Prasati Canggu yang merupakan sumber data tertua di Ngawi, digunakan sebagai penetapan hari jadi Ngawi, yaitu pada tahun 1280 Saka atau pada tanggal 8 hari Sabtu Legi Bulan Rajab Tahun 1280 Saka, tepatnya pada tanggal 7 Juli 1358 Masehi (berdasarkan perhitungan menurut Lc. Damais) dengan status Ngawi sebagai Daerah Swatantra dan Naditira Pradesa.[6] Sesuai dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Ngawi dalam Surat Keputusannya Nomor 188.170/34/1986 tanggal 31 Desember 1986 tentang Persetujuan Terhadap Usulan Penetapan Hari Jadi Ngawi maka berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Ngawi Nomor 04 Tahun 1987 tanggal 14 Januari 1987, tanggal 7 Juli 1358 Masehi ditetapkan sebagai "Hari Jadi Ngawi".[6]

Geografi

Ngawi terletak di tengah Kabupaten Ngawi yang sekaligus Ngawi bagian kota. Luas wilayah Kecamatan Ngawi adalah 73,22 km2.[7] Secara administrasi wilayah ini terbagi ke dalam 4 Kelurahan dan 12 Desa, 86 Dusun.[8]

Secara geografis Kecamatan Ngawi terletak pada posisi 7°35’–7°48’ Lintang Selatan dan 111°38’–111°50’ Bujur Timur. Kecamatan Ngawi juga terletak dan diapit oleh dua sungai besar, yakni sungai Bengawan Solo dan Bengawan Madiun yang bermuara tepat di bagian utara Kecamatan Ngawi.

Batas Wilayah

Utara Kecamatan Pitu dan (Kecamatan Margomulyo yang termasuk dalam Kabupaten Bojonegoro)
Timur Kecamatan Kasreman dan Kecamatan Pangkur
Selatan Kecamatan Geneng dan Kecamatan Paron
Barat Kecamatan Paron

Wilayah Administrasi

Kelurahan

  1. Kelurahan Margomulyo
  2. Kelurahan Karangtengah
  3. Kelurahan Pelem
  4. Kelurahan Ketanggi

Desa

  1. Desa Jururejo
  2. Desa Grudo
  3. Desa Watualang
  4. Desa Karangasri
  5. Desa Kartoharjo
  6. Desa Kandangan
  7. Desa Mangunharjo
  8. Desa Karangtengah Prandon
  9. Desa Ngawi
  10. Desa Kerek
  11. Desa Banyu Urip
  12. Desa Beran

Demografi

Agama

Tahun 2022[9] jumlah penduduk kecamatan Ngawi sebanyak 84.923 jiwa, dengan kepadatan 1.160 jiwa/km². Kemudian, persentasi penduduk kecamatan Ngawi berdasarkan agama yang dianut yakni Islam 97,00%, kemudian Kristen 2,90% dimana Protestan 2,02% dan Katolik 0,88%. Sebagian lagi menganut agama Buddha 0,05%, Hindu 0,03% dan lainnya 0,01%.[1]

Bahasa

Bahasa yang sering diucapkan sehari-hari oleh masyarakat Kota Ngawi yaitu bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi. Bahasa Jawa merupakan bahasa yang menjadi bahasa utama yang mendominan di Kota Ngawi.

Objek Wisata Kecamatan Ngawi

 
Pintu gerbang benteng Van Den Bosch (pendem)
 
Benteng van den bosch (pendem)
Berkas:Ngawioboro Street (Siang).jpg
Ngawioboro Street Yos Sudarso (Siang hari)
Berkas:Ngawioboro Street Siang hari.jpg
Ngawioboro Street Yos Sudarso (Siang hari)
Berkas:Ngawioboro Street Malam hari 2.jpg
Ngawioboro Street Yos Sudarso (Malam hari)
Berkas:Ngawioboro Street Malam hari.jpg
Ngawioboro Street Yos Sudarso (Malam hari)


Benteng Van den Bosch di Kelurahan Pelem, dekat pusat kota, dibangun pemerintahan Belanda pada 1839–1845 dengan nama Fort Van den Bosch. Benteng ini kerap disebut "Benteng Pendem".[10]

Ngawioboro Street

Ngawioboro Street merupakan salah satu tempat dimana para pengunjung dapat menikmati indahnya trotoar jalur pedestarian yang dihias sedemikian rupa. Ngawioboro Street mengadopsi gaya Jalan Malioboro yang terletak di Kota Yogyakarta, gaya utama yang diadopsi adalah dimana jalur pedestarian dibuat lebar dan banyak spot menarik sehingga dapat menarik para wisatawan. Letak Ngawioboro Street ini di sepanjang Jalan Yos Sudarso sisi barat, sehingga setiap hari lokasi wisata ini tidak pernah sepi pengunjung oleh karena keindahannya

merupakan salah satu tempat dimana para pengunjung dapat menikmati indahnya trotoar jalur pedestarian yang dihias sedemikian rupa. Ngawioboro Street mengadopsi gaya Jalan Malioboro yang terletak di Kota Yogyakarta, gaya utama yang diadopsi adalah dimana jalur pedestarian dibuat lebar dan banyak spot menarik sehingga dapat menarik para wisatawan. Letak Ngawioboro Street ini di sepanjang Jalan Yos Sudarso sisi barat, sehingga setiap hari lokasi wisata ini tidak pernah sepi pengunjung oleh karena keindahannya

merupakan salah satu tempat dimana para pengunjung dapat menikmati indahnya trotoar jalur pedestarian yang dihias sedemikian rupa. Ngawioboro Street mengadopsi gaya Jalan Malioboro yang terletak di Kota Yogyakarta, gaya utama yang diadopsi adalah dimana jalur pedestarian dibuat lebar dan banyak spot menarik sehingga dapat menarik para wisatawan. Letak Ngawioboro Street ini di sepanjang Jalan Yos Sudarso sisi barat, sehingga setiap hari lokasi wisata ini tidak pernah sepi pengunjung oleh karena keindahannya


Ngawioboro Street merupakan salah satu tempat dimana para pengunjung dapat menikmati indahnya trotoar jalur pedestarian yang dihias sedemikian rupa. Ngawioboro Street mengadopsi gaya Jalan Malioboro yang terletak di Kota Yogyakarta, gaya utama yang diadopsi adalah dimana jalur pedestarian dibuat lebar dan banyak spot menarik sehingga dapat menarik para wisatawan. Letak Ngawioboro Street ini di sepanjang Jalan Yos Sudarso sisi barat, sehingga setiap hari lokasi wisata ini tidak pernah sepi pengunjung oleh karena keindahannya

Kuliner Khas Ngawi

Kota Ngawi mempunyai aneka kuliner yang lezat dan memanjakan lidah para pecinta kuliner. Diantaranya adalah Tepo Tahu, pertama kali dibuat oleh Bapak Palio. Tidak hanya Tepo Tahu saja, ada juga Cemue, Nasi Pecel Asli Ngawi yang rasanya berbeda dengan nasi pecel daerah lain. Ada juga Kripik Tempe yang sekarang menjadi "ikon makanan khas Ngawi", karena rasanya yang gurih dan sangat cocok buat teman makan dan camilan. Semua kuliner khas Kota Ngawi lainnya bisa didapatkan di tempat warung terdekat, restoran, pedagang keliling dan angkringan.

Referensi

  1. ^ a b "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2021" (Visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 27 Agustus 2021. 
  2. ^ "Jumlah Desa, Luas Wilayah dan Jarak Kecamatan ke Ibukota Kabupaten, hal. 35" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2014-09-03. Diakses tanggal 2014-08-27. 
  3. ^ "Kecamatan Ngawi". Diakses tanggal 27 Agustus 2014. 
  4. ^ a b c "Sejarah Ngawi". Diakses tanggal 4 mei 2014. 
  5. ^ a b c d e f g "Profil Kabupaten Ngawi (Sejarah)". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-04. Diakses tanggal 4 mei 2014. 
  6. ^ a b c d e "Sejarah Ngawi (Asal-Usul kota Ngawi)". Diakses tanggal 5 mei 2014. 
  7. ^ "ArcGIS Web Application". gis.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 2022-10-25. 
  8. ^ "Data Dusun, RW dan RT sejumlah kecamatan di Kabupaten Ngawi". 
  9. ^ "ArcGIS Web Application". gis.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 2022-10-20. 
  10. ^ "Tempat wisata di Ngawi". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-05. Diakses tanggal 5 mei 2014. 

Lihat Pula