Nagekeo The Heart of Flores
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Oktober 2022. |
"Nagekeo The Heart of Flores" adalah sebuah slogan dari Kabupaten Nagekeo di Pulau Flores, NTT, Indonesia. Slogan ini dipakai sebagai sebuah nama lain dari kabupaten Nagekeo.[1][2][3][4]
Kabupaten Nagekeo sebagai daerah yang sedang berkembang memiliki potensi yang sangat kuat untuk dioptimalisasi menjadi komoditi unggulan daerah yang mampu bersaing di kawasan daratan pulau Flores bahkan sampai dengan luar daerah. Terlebih dalam potensi kepariwisataan, kabupaten Nagekeo memiliki posisi strategis dalam aspek geografi dan geologi atau disebut sebagai Geostrategis, yang berpengaruh pada kondisi geografis yang sangat berkorelasi dengan bentang alam, budaya, adat-istiadat dan perilaku masyarakat yang dapat dirangkum dalam istilah Trilogi Potensi Pariwisata. Oleh karena itu, aspek-aspek yang menjadi kelebihan atau kekuatan kabupaten Nagekeo didaratan pulau Flores menjadi strategi untuk menangkap peluang yang ada dan berkembang.
Salah satunya adalah dengan mengoptimalkan peluang pola perjalanan wisata Flores atau Flores Overland Tourism Maps yang menjadi fokus dari fungsi koordinasi Sadan Pelaksana Otoritas Pariwisata Labuan Bajo Flores, sekaligus memiliki peluang menjadi daerah yang siap menjadi "Rejuvenation" atau peremajaan destinasi pariwisata berkelanjutan berbasis kawasan untuk menjadi wisata alternatif menuju daerah tujuan wisata unggulan. Sehingga melalui sektor pariwisata maka sektor lain akan terdongkrak dan memberikan dampak peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pendapatan asli daerah.
Oleh karena alasan yang sudah diuraikan, maka pemilihan Slogan sebagai identitas kabupaten Nagekeo adalah "Nagekeo The Heart of Flores".Dapat dimaknai bahwa kabupaten Nagekeo dalam posisi strategis berada di tengah-tengah pulau Flores yang menjadi inti atau pusat, dan slogan tersebut bagi masyarakat Nagekeo adalah perwujudan dari rasa memiliki atau perhatian, kebanggaan oleh setiap lapisan, suku, agama, dan pluralisme. Bagi stakeholder eksternal kabupaten Nagekeo memberikan rasa aman bagi pengunjung atau pendatang dengan berbagai macam motivasi seperti perjalanan seperti tugas dinas, berwisata, bisnis hingga investor, dan sebagai kawasan yang menjadi bagian dari Pulau Flores yang sedang berkembang dengan segala potensinya, Nagekeo mampu berkolaborasi antar lintas daerah. Dalam konteks pariwisata Nagekeo ingin menawarkan dan menyajikan yang terbaik dengan sifatnya yang Borderless, maka konsep pembangunan pariwisata di Nagekeo adalah pariwisata berkelanjutan yang berdaya saing dan berdaya sanding.
Pemilihan slogan "Nagekeo The Heart of Flores" diharapkan dapat diterima oleh masyarakat Nagekeo khususnya dan masyarakat luas pada umumnya dengan maksud membangun daerah dan membangun pulau Flores serta Provinsi Nusa Tenggara Timur yang akan turut serta mengharumkan nama bangsa Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Slogan yang dipilih akan disempurnakan oleh Logo atau ldentitas yang telah melalui proses kreatif, orisinil yang mengedepankan aspek artistik, esensi, eye catching, marhetable. Terdiri dari elemen Logo, pemilihan warna, jenis huruf serta komposisi desain sehingga Logo dan tagline adalah satu kesatuan utuh yang tidak terpisahkan wujud dari visi misi pembangunan daerah untuk aspek pariwisata sebagai sektor strategis dan prime mover sektor lain. Sehingga melalui identitas dalam bentuk Logo dan slogan ini dapat mengintepretasikan secara apik dan bertanggung jawab untuk untuk memberikan brand positioning sebagai proses awal City Branding kabupaten Nagekeo.
Logo dan Slogan Nagekeo The Heart of Flores sehingga bukan hanya menjadi hiasan visual namun cerminan budaya dan nilai masyarakat Nagekeo yang sudah memiliki nilai-nilai luhur oleh pendahulunya seperti beberapa ungkapan "To'o Jogho Wagha Sama" atau Gotong Royong, "Kia Zi'a Tabhe Pawe" atau cinta kasih, "Pese Tenu" atau nasihat dan "Wua Mesu" atau belas kasihan, sehingga setiap elemen masyarakat akan dapat berkolaborasi dalam spirit yang sama menuju "Nagekeo The Heart of Flores" demi tujuan yang mulia yaitu kesejahteraan masyarakat kabupaten Nagekeo.
Elemen Grafis
Elemen grafis diambil dari unsur visual logogram yakni berangkat dari unsur bentuk Peo (Lambang kabupaten Nagekeo yang berasal dari sebuah kayu bercabang pada tengah kampung di Nagekeo lambang persatuan suku) yang telah di stilasi menjadi bentuk yang sedemikian rupa. Elemen grafis ini terbentuk dari bentuk garis-garis yang dinamis yang diambil dari representasi masyarakat Nagekeo yang ramah (friendly),dengan pengambilan visual savana dan bukit yang menjadi pembeda kabupaten lain, sedangkan warna kuning dan magenta diambil karena sebuah ciri khas dari warna tenun Nagekeo. Lengkungan warna biru yang dihasilkan dari visual pantai yang telah di stilasi supaya menjadi bentuk elemen yang menarik serta simple. Bentuk lengkungan yang dinamis melambangkan semangat untuk menuju pariwisata berkelanjutan. visual lengkungan berwarna biru juga menyimbolkan keindahan panorama pantai menjadi salah satu ikonik Nagekeo terdapat sebuah pantai yang sangat indah dengan hamparan Laut dan pemandangan alamnya. Keberadaan elemen grafis ini digunakan sebagai dekorasi suatu layout dan dibuat untuk elemen estetika untuk mempertahankan konsistensi branding secara visual. Penempatan visual elemen grafis bebas bisa mengarah ke kanan atau pun ke kiri sesuai kebutuhan dalam desain.
Topografi
Secara Topografi slogan "Nagekeo The Heart of Flores" ini dipakai karena Kabupaten Nagekeo berada di tengah pulau Flores.
Budaya
Selain topografi "The Heart of Flores" juga menggambarkan keunikan dan kekayaan budaya yang ada di Kabupaten Nagekeo. Ada 3 budaya yakni Nage, Mbay, dan Ma'u dengan bahasa daerah tersendiri. Ada kekayaan tenunan seperti tenun ikat Hoba Nage dengan ciri khas warna hitam dan merah bata, lalu ada tenun Telo Poi dengan dominan warna ungu, serta tenun songket Dhowik Mbay dengan warna hitam dan motif warna kuning yang dominan. Kakayaan budaya lain yakni masih adanya rumah adat tradisonal yang masih terpelihara dengan baik di kampung-kampung tradisional seperti kampung Tutubhada, Nunungongo, Boamara, Rendu Ola, Kawa, Ola Lape, Mbare, dan Ola Dhawe.[5] Bukan hanya rumah adat segala ritual adat masih terus dilakukan dengan baik hingga kini. Selain itu ada Ritual Tinju adat "Etu" yang selalu digelar setiap tahun pada setiap kampung di kabupaten Nagekeo.[6]
Kekayaan Alam
Dari segi kekayaan alamnya, pada bagian selatan kabupaten Nagekeo, sangat subur berkat gunung berapi Ebulobo.[7] Ada perkebunan cengkeh pada warga sekitar pegunungan sekitar kecamatan Mauponggo dan Keo Tengah [8]. Ada pula tanaman rempah lain seperti Pala, Vanili, Kakao untuk menghasilkan coklat serta kelapa yang melimpah. Dibagian utara kaya akan beras karena persawahan irigasi di Mbay dengan luas mencapai 3000 hektar untuk saluran irigasi Mbay Kanan.[9][10][11] Di Mbay juga penghasil sayuran yang juga biasa didistribusikan ke beberapa kabupaten tetangga. Bagian utara juga menjadi penghasil ternak seperti domba,sapi dan kambing serta kerbau. Dari segi alam ada hamparan hutan bakau di bagian utara yang menjadi habitat burung dengan berbagai jenis diantaranya tempat migrasi burung Pelikan Australia dan Gagang Bayam Timur [12][13][14][15][16]
Sejarah
Dari segi sejarah, kekayaan lain dan keunikan lain sehingga disebut "The Heart of Flores" adanya fosil stegodon atau gajah purba berumur 700 ribu tahun lalu dan hewan purba lain seperti burung purba seperti bangau yang ditemukan di desa Nagerawe, kecamatan Boawae yang termasuk daerah cekungan So'a dimana pada cekungan ini tepatnya di Natamenge juga ditemukan fosil manusia purba 700 ribu tahun lalu.[17][18] Selain itu pada masa penjajahan Jepang terdapat peninggalan bersejarah seperti bandar udara yang diberikan nama oleh Jepang yakni Surabaya 2. Terdapat juga bunker atau gua-gua jepang yang terapat di kota Mbay serta bekas kapal-kapal jepang yang karam di perairan utara dan selatan.[19]
Refrensi
- ^ https://mediaindonesia.com/nusantara/452345/bupati-luncurkan-nagekeo-the-heart-of-flores
- ^ https://travel.kompas.com/read/2021/12/12/190700327/nagekeo-the-heart-of-flores-upaya-promosi-wisata-nagekeo-ntt-ke-mata-dunia-?page=all
- ^ https://kupang.antaranews.com/berita/70349/pemkab-luncurkan-slogan-pariwisata-nagekeo-the-heart-of-flores
- ^ https://travel.kompas.com/read/2021/12/31/173015127/lagu-tema-the-heart-of-flores-kencangkan-promosi-wisata-nagekeo?page=all
- ^ https://mediaindonesia.com/nusantara/275813/roh-nenek-moyang-menjaga-kampung-kawa-tetap-lestari
- ^ https://mediaindonesia.com/nusantara/243615/etu-tinju-beringas-simbol-laki-laki-flores
- ^ https://m.metrotvnews.com/play/NLMCRG9J-menikmati-keindahan-flores-dari-puncak-gunung-ebulobo
- ^ https://m.metrotvnews.com/play/NLMCRG9J-menikmati-keindahan-flores-dari-puncak-gunung-ebulobo
- ^ https://mediaindonesia.com/nusantara/354851/pupr-siapkan-rp17-miliar-untuk-pembangunan-irigasi-mbay-kiri
- ^ https://www.metrotvnews.com/play/k8oC9zwG-menikmati-kesegaran-udara-dengan-bersepeda-di-nagekeo-ntt
- ^ https://travel.kompas.com/read/2021/12/18/085343527/parade-sepeda-di-nagekeo-promosi-wisata-baru-ntt?page=all
- ^ https://mediaindonesia.com/humaniora/242679/burung-migran-dan-pesona-keindahan-pantai-nagelewa
- ^ https://www.metrotvnews.com/play/Ky6C6gEZ-melihat-burung-pelikan-australia-di-nagekeo
- ^ https://mediaindonesia.com/nusantara/268703/menikmati-burung-pelikan-australia-di-nagekeo.html
- ^ https://www.metrotvnews.com/play/NOlCaapW-pesona-savana-dan-hutan-bakau-nagekeo
- ^ https://www.antaranews.com/berita/813342/ratusan-hektare-hutan-bakau-di-nagekeo-terancam-punah
- ^ https://mediaindonesia.com/nusantara/440199/fosil-gajah-purba-berusia-700-ribu-tahun-ditemukan-di-nagekeo-flores#:~:text=FOSIL%20gajah%20purba%20atau%20stegodon,lokal%20dalam%204%20hari%20penggalian.
- ^ https://makassar.antaranews.com/berita/35060/surabaya-ii-jadi-bandara-utama-wilayah-flores
- ^ https://www.mongabay.co.id/2019/11/17/melihat-bunker-persembunyian-tentara-jepang-di-mbay-kenapa-tidak-terawat/