Ngawi, Ngawi
Ngawi (bahasa Jawa: Hanacaraka: ꦔꦮꦶ, Pegon: ڠاوي) adalah ibu kota Kabupaten Ngawi yang sekaligus menjadi pusat pemerintahan dan tulang punggung perekonomian Kabupaten Ngawi. Ngawi juga adalah sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.[3]
Ngawi | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
| |||||||
Negara | Indonesia | ||||||
Provinsi | Jawa Timur | ||||||
Kabupaten | Ngawi | ||||||
Pemerintahan | |||||||
• Camat | Drs. Subandono | ||||||
Populasi | |||||||
• Total | 84.923 jiwa | ||||||
• Kepadatan | 1.160/km2 (3,000/sq mi) | ||||||
Kode pos | 63211 - 63218 | ||||||
Kode Kemendagri | 35.21.09 | ||||||
Kode BPS | 3521110 | ||||||
Desa/kelurahan | 4 kelurahan 12 desa | ||||||
|
Makna Kata Ngawi
Ngawi berasal dari kata “AWI” yang artinya bambu yang selanjutnya mendapat tambahan huruf sengau “Ng” menjadi “NGAWI”.[4] Seperti halnya dengan nama-nama di daerah-daerah lain yang banyak sekali nama-nama tempat (desa) yang di kaitkan dengan nama tumbuh-tumbuhan.[4] Seperti Ngawi menunjukkan suatu tempat yang di sekitar pinggir Bengawan Solo dan Bengawan Madiun yang banyak ditumbuhi bambu.[4]
Sejarah Ngawi
Pada zaman dahulu Ngawi berasal dari kata awi/bambu dan sekaligus menunjukkan lokasi Ngawi sebagai desa dipinggir Bengawan Solo.[5] Berdasarkan penelitian benda-benda kuno, menunjukkan bahwa di Ngawi telah berlangsung suatu aktivitas keagamaan sejak pemerintahan Airlangga dan masih tetap bertahan hingga masa akhir Pemerintahan Raja Majapahit.[6]
Hal ini diperkuat dengan beberapa prasasti, antara lain Prasasti Cangu yang merupakan peninggalan Raja Hayamwuruk (Sri Rajasanegara) dari Majapahit yang berangka tahun Saka 1280 (1358) yang menyebutkan bahwa Ngawi merupakan daerah swastantra.[5] Fragmen-fragmen percandian menunjukkan sifat kesiwaan yang erat hubungannya dengan pemujaan Gunung Lawu (Girindra), namun dalam perjalanan selanjutnya terjadi pergeseran oleh pengaruh masuknya Agama Islam serta kebudayaan yang dibawa Bangsa Eropa khususnya Belanda yang cukup lama menguasai pemerintahan di Indonesia.[6]
Peninggalan lain adalah berupa benteng Van den Bosch.[5] Yang sekarang dinamakan benteng Pendem karena benteng tersebut letaknya di bawah tanah yang selanjutnya dipinggiran disekitar benteng ditimbuni tanah sehingga tidak terlihat dari luar.[5] Adapun letaknya di sudut pertemuan di antara 2 sungai Bengawan Solo dan Madiun.[5] Benteng Van Den Bosch dibangun antara tahun 1839-1845 oleh pemerintah Hindia Belanda, dimana pada waktu itu Ngawi mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam bidang transportasi.[5] Dengan peranan yang cukup penting pada masa lalu, sehingga Ngawi dapat bertahan dan berkembang menjadi sebuah kabupaten.[5] Disamping itu, Ngawi sejak zaman prasejarah mempunyai peranan penting dalam lalu lintas (memiliki posisi Geostrategis yang sangat penting.[6]
Prasati Canggu yang merupakan sumber data tertua di Ngawi, digunakan sebagai penetapan hari jadi Ngawi, yaitu pada tahun 1280 Saka atau pada tanggal 8 hari Sabtu Legi Bulan Rajab Tahun 1280 Saka, tepatnya pada tanggal 7 Juli 1358 Masehi (berdasarkan perhitungan menurut Lc. Damais) dengan status Ngawi sebagai Daerah Swatantra dan Naditira Pradesa.[6] Sesuai dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Ngawi dalam Surat Keputusannya Nomor 188.170/34/1986 tanggal 31 Desember 1986 tentang Persetujuan Terhadap Usulan Penetapan Hari Jadi Ngawi maka berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Ngawi Nomor 04 Tahun 1987 tanggal 14 Januari 1987, tanggal 7 Juli 1358 Masehi ditetapkan sebagai "Hari Jadi Ngawi".[6]
Geografi
Ngawi terletak di tengah Kabupaten Ngawi yang sekaligus Ngawi bagian kota. Luas wilayah Kecamatan Ngawi adalah 73,22 km2.[7] Secara administrasi wilayah ini terbagi ke dalam 4 Kelurahan dan 12 Desa, 86 Dusun.[8]
Secara geografis Kecamatan Ngawi terletak pada posisi 7°35’–7°48’ Lintang Selatan dan 111°38’–111°50’ Bujur Timur. Kecamatan Ngawi juga terletak dan diapit oleh dua sungai besar, yakni sungai Bengawan Solo dan Bengawan Madiun yang bermuara tepat di bagian utara Kecamatan Ngawi.
Batas Wilayah
Utara | Kecamatan Pitu dan (Kecamatan Margomulyo yang termasuk dalam Kabupaten Bojonegoro) |
Timur | Kecamatan Kasreman dan Kecamatan Pangkur |
Selatan | Kecamatan Geneng dan Kecamatan Paron |
Barat | Kecamatan Paron |
Wilayah Administrasi
Demografi
Agama
Tahun 2022[9] jumlah penduduk kecamatan Ngawi sebanyak 84.923 jiwa, dengan kepadatan 1.160 jiwa/km². Kemudian, persentasi penduduk kecamatan Ngawi berdasarkan agama yang dianut yakni Islam 97,00%, kemudian Kristen 2,90% dimana Protestan 2,02% dan Katolik 0,88%. Sebagian lagi menganut agama Buddha 0,05%, Hindu 0,03% dan lainnya 0,01%.[1]
Bahasa
Bahasa yang sering diucapkan sehari-hari oleh masyarakat Kota Ngawi yaitu bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi. Bahasa Jawa merupakan bahasa yang menjadi bahasa utama yang mendominan di Kota Ngawi.
Suku dan Budaya
Penduduk asli atau suku yang mendiami Kabupaten Ngawi adalah suku Jawa, demikian juga di kecamatan Ngawi. Meski demikian, penduduk dari suku lain pun juga ada yang berdomisili di kecamatan ini, termasuk suku Madura, kemudian suku Bawean, Tengger, Osing, Samin, dan beberapa suku lainnya dari berbagai daerah di Indonesia juga beberapa tinggal di sini.[10]
Transportasi
Angkutan Jalan Raya
Ngawi dilalui oleh Jalan Raya Nasional 15 serta Jalan Raya Nasional 20. Persimpangan jalan raya itu terletak tepat di Kota Ngawi yakni pada simpang empat Kartonyono, sehingga Kota Ngawi dalam perkembangannya dari waktu ke waktu selalu ramai dilintasi berbagai kendaraan. Tidak hanya itu, ada pula jalan antar kecamatan yang saling bersambungan satu sama lain. Jalan antar kecamatan yang dimaksud adalah:
• Jalan Raya Ngawi–Pitu
• Jalan Raya Ngawi–Paron
• Jalan Raya Ngawi–Jogorogo
• Jalan Raya Ngawi–Pangkur
• Jalan Raya Ngawi–Kwadungan
Angkutan Penumpang
Meski Kota Ngawi tidak dilintasi oleh jalur rel kereta api jalur selatan Jawa, namun Ngawi juga punya terminal yang juga digunakan sebagai tempat naik-turunnya penumpang yang akan bepergian dari maupun ke Kecamatan Ngawi Kota. Terminal Kertonegoro juga merupakan satu-satunya terminal yang ada di wilayah Kota Ngawi, sehingga dengan adanya sarana pendukung seperti terminal ini penumpang tidak perlu susah payah untuk mencari bus yang akan ditumpangi nya. Moda transportasi umum yang ada di Terminal Kertonegoro, diantaranya:
• Angkutan Kota/Angkot
• Angkutan Desa/Angdes
• Bus Sedang (Trayek dalam Kabupaten Ngawi/AKDP)
• Big Bus (AKDP/AKAP)
Jalan Tol
Kota Ngawi juga termasuk daerah yang dilintasi Tol Trans Jawa, jalan Tol yang menghubungkan Jakarta dengan Surabaya. Dan masuk lintas segmen Tol Solo–Kertosono. Rincian pembagiannya yaitu di sisi barat ada Tol Solo–Ngawi, sedangkan di sisi timur ada Tol Ngawi–Kertosono, yang sejajar dengan jalur kereta api lintas selatan Jawa. Gerbang Tol Ngawi menjadi akses satu-satunya keluar masuk kendaraan yang akan menuju ke/dari Kota Ngawi.
Pendidikan
Sekolah Dasar
Secara umum bidang pendidikan di Kota Ngawi masih didominasi oleh sekolah negeri, terutama untuk tingkat dasar. SD Negeri tersebar di semua kelurahan maupun desa melalui program SD Inpres, namun diantara sekolah negeri tersebut ada SD swasta yang jumlahnya sedikit. Jumlah total sekolah dasar negeri maupun swasta di Kota Ngawi mencapai tiga puluh enam gedung.
Sekolah Menengah Pertama
Sementara SMP Negeri di Kecamatan Ngawi didominasi oleh sekolah Swasta, jumlahnya mencapai delapan gedung sekolah. Namun jumlah SMP Negeri di Kota Ngawi angkanya hampir berimbang, yakni dengan enam Sekolah negeri.
Sekolah Menengah Atas/Kejuruan
Satu-satunya sekolah menengah atas di wilayah Kota Ngawi hanyalah SMA Negeri 1, sedangkan SMA Negeri 2 Ngawi meski memakai nama Kecamatan Ngawi kota namun letaknya di Kecamatan Geneng. Sekolah Menengah Atas di Kota Ngawi didominasi oleh sekolah swasta, yakni mencapai tiga gedung. Jumlah keseluruhan sekolah lanjutan atas negeri maupun swasta di Kota Ngawi sebanyak empat gedung. Sekolah Kejuruan di Kota Ngawi jumlahnya dua kali lipat dari Sekolah Menengah Atas. Jumlah gedung sekolah Menengah Kejujuran di Kota Ngawi mencapai delapan gedung, terdiri dari dua sekolah negeri yakni SMKN 1 Ngawi, SMKN 2 Ngawi dan enam sekolah swasta.
Perguruan Tinggi
Kebanyakan siswa di wilayah Kota Ngawi melanjutkan pendidikan tinggi ke luar kota seperti Surabaya, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Jakarta, Bandung, Malang dan Bogor. Mahasiswa dari Kabupaten Ngawi ini tergabung dalam organisasi FORSMAWI INDONESIA. Yang memiliki kegiatan di bidang pendidikan dan sosial. Meskipun begitu terdapat juga perguruan tinggi di Ngawi. Sekolah Tinggi di Ngawi jumlahnya hanya sedikit, hanya enam sekolahan. Diantaranya Universitas Terbuka, Universitas Soerjo, STKIP PGRI NGAWI, STKIP Modern, Akademi Keperawatan (AkPer) dan STAI Ngawi yang kini berganti nama menjadi IAI Ngawi.
Perekonomian
Pasar Modern
Ngawi juga terdapat pusat perbelanjaan mulai dari pusat perbelanjaan modern (mall/supermarket), pusat grosir, dan tradisional. Ngawi memiliki dua pusat perbelanjaan modern yakni Luwes dan Supermarket Tiara. Alfamart, Alfamidi dan Indomaret juga menjamur di daerah ngawi, hampir setiap tempat di Ngawi pasti ada minimarket ini.
Pasar Tradisional dan Pasar Hewan
Disamping itu pula Ngawi mempunyai beberapa pasar tradisonal juga pasar hewan, yakni Pasar Besar Ngawi, Pasar Beran, Pasar Grudo, Pasar Krempyeng (Watualang), Pasar Brangetan atau Ngawi purba dan juga pasar hewan sekaligus pasar loak yang terletak di Desa Kandangan yaitu pasar legi.
Objek Wisata Kecamatan Ngawi
Benteng Van den Bosch di Kelurahan Pelem, dekat pusat kota, dibangun pemerintahan Belanda pada 1839–1845 dengan nama Fort Van den Bosch. Benteng ini kerap disebut "Benteng Pendem"[11]
Ngawioboro Street
|
Ngawioboro Street merupakan salah satu tempat dimana para pengunjung dapat menikmati indahnya trotoar jalur pedestarian dari perempatan Tugu Gading Kartonyono di sebelah selatan hingga Alun-alun Kota Ngawi di sebelah utara yang dihias sedemikian rupa. Ngawioboro Street mengadopsi gaya Jalan Malioboro yang terletak di Kota Yogyakarta, gaya utama yang diadopsi adalah dimana jalur pedestarian dibuat lebar dan banyak spot menarik sehingga dapat menarik minat para wisatawan. Letak Ngawioboro Street ini di sepanjang Jalan Yos Sudarso sisi barat, sehingga setiap hari lokasi wisata ini tidak pernah sepi pengunjung oleh karena keindahannya.
Taman Candi
|
Taman candi adalah sebuah taman wisata dan bermain yang terletak dekat kali mati atau lekukan dari Bengawan Madiun yang berwujud danau kecil. Taman ini terletak di Dusun Ketanggi Desa Kartoharjo Kecamatan Ngawi Kota. Taman ini juga ramai dikunjungi para wisatawan, wisatawan yang datang di taman ini rata-rata adalah wisatawan lokal maupun luar Ngawi.
Taman Dungus
|
Taman Dungus merupakan taman terbuka hijau dimana terdapat patung petani dengan dua kerbau setinggi 7 meter di tengah taman dan dikelilingi air mancur. Patung tersebut mempunyai arti Ngawi, sebagai salah satu lumbung padi di Jawa Timur dengan masyarakat didominasi bermata pencaharian sebagai petani. Taman ini juga banyak dikunjungi wisatawan, terutama pada saat akhir pekan tiba.
Kuliner Khas Ngawi
Kota Ngawi mempunyai aneka kuliner yang lezat dan memanjakan lidah para pecinta kuliner. Diantaranya adalah Tepo Tahu, pertama kali dibuat oleh Bapak Palio. Tidak hanya Tepo Tahu saja, ada juga Cemue, Nasi Pecel Asli Ngawi yang rasanya berbeda dengan nasi pecel daerah lain. Ada juga Kripik Tempe yang sekarang menjadi "ikon makanan khas Ngawi", karena rasanya yang gurih dan sangat cocok buat teman makan dan camilan. Semua kuliner khas Kota Ngawi lainnya bisa didapatkan di tempat warung terdekat, restoran, pedagang keliling dan angkringan.
Referensi
- ^ a b "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2021" (Visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 27 Agustus 2021.
- ^ "Jumlah Desa, Luas Wilayah dan Jarak Kecamatan ke Ibukota Kabupaten, hal. 35" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2014-09-03. Diakses tanggal 2014-08-27.
- ^ "Kecamatan Ngawi". Diakses tanggal 27 Agustus 2014.
- ^ a b c "Sejarah Ngawi". Diakses tanggal 4 mei 2014.
- ^ a b c d e f g "Profil Kabupaten Ngawi (Sejarah)". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-04. Diakses tanggal 4 mei 2014.
- ^ a b c d e "Sejarah Ngawi (Asal-Usul kota Ngawi)". Diakses tanggal 5 mei 2014.
- ^ "ArcGIS Web Application". gis.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 2022-10-25.
- ^ "Data Dusun, RW dan RT sejumlah kecamatan di Kabupaten Ngawi".
- ^ "ArcGIS Web Application". gis.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 2022-10-20.
- ^ Taufiq, Muhammad. "Mengenal 6 Suku Yang Mendiami Provinsi di jawa Timur". www.jatim.suara.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2021.
- ^ "Wisata di Ngawi".