Jubair bin Muth'im

Revisi sejak 30 Oktober 2022 10.32 oleh Fadel islami Fadillah (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Jubair bin Muth'im (bahasa Arab: جبير بن مطعم) adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad. Beliau masuk Islam setelah pada awalnya seorang kafir di Makkah.

Jubair bin Muth'im
LahirMakkah
Meninggal679[1]
Anak
  • Nafi' bin Jubair bin Muth'im
  • Muhammad bin Jubair bin Muth'im
  • Abdullah bin Jubair bin muth'im
  • Ummu Habib binti Jubair bin Muth'im
Orang tua

Biografi

sunting

Beliau termasuk anggota Bani Naufal dari suku Quraisy yang ada di Mekah, beliau adalah anak dari Muth'im bin Adi, tokoh yang merawat Nabi Muhammad selepas perlakuan yang tidak mengenakkan dari para penduduk kota Thaif.[2][3] Jubair bin Muth'im terkenal atas penguasaan beliau terhadap ilmu nasab orang Arab, yang beliau akui dipelajarinya langsung dari sahabat Abu Bakar.[2]

Hingga tahun ke-3 Hijriyah, Jubair masih menjadi tunangan dari putri Abu Bakar, Siti Aisyah. Rencana pernikahan keduanya ini kemudian dibatalkan, tepat setelah wafatnya istri pertama Nabi Muhammad, Siti Khadijah. Karena takut Jubair akan segera masuk islam, Siti Aisyah menikah dengan Nabi Muhammad pada bulan Mei atau Juni tahun 620 M.[3] Pada bulan September 622, Jubair sebelum masuk islam, adalah salah satu dari tokoh kaum musyrikin Makkah yang terlibat dalam komplotan yang berencana untuk membunuh Nabi Muhammad namun kemudian gagal.[2]:221 Pada Pertempuran Uhud Jubair menyuap budaknya yaitu Wahshy ibn Harb dengan dijanjikan kemerdekaan untuk membunuh Hamzah ibn 'Abdul Muthalib karena Hamzah telah membunuh paman Jubair pada perang Badar.[2]:371

Dia memeluk Islam pada periode kira-kira antara Perjanjian Hudaibiah (628) dan Penaklukan Mekah (630) dan kemudian memutuskan untuk hijrah dan menetap di Madinah.[4]:102

Jubair memiliki dua orang putra, yang pertama adalah Nafi',[5] digambarkan sebagai orang yang "produktif dalam menyambung hadis,"[2]:112 dan Muhammad,[6] dianggap sebagai salah satu dari suku Quraisy yang paling terpelajar.[2]:58 Namun, nama panggilan beliau sebagai Abu Abdullah,[4]:291 menunjukkan kemungkinan adanya putra lain bernama Abdullah.

Narasi

sunting

Jubair termasuk dalam rijal Isnad dari beberapa hadits.

Diriwayatkan dari Nafi' bin Jubair bin Muth`im: Ayahku berkata, "Aku mendengar Rasulullah melafalkan surat at-Thur (Q.S:52) dalam shalat Maghrib". Bukhari 1: 12: 732

Diriwayatkan dari Jubair bin Muth`im: Bahwa dia mendengar Nabi SAW bersabda, "Orang yang memutuskan ikatan kekerabatan tidak akan masuk surga." Bukhari 8:73:13

Ibnu Jubair bin Muth'im meriwayatkan dari ayahnya yang berkata: "Mereka mengatakan kepadaku bahwa aku telah berbangga-bangga, sementara saya menunggang seekor keledai, mengenakan jubah, dan saya memerah susu domba. Dan Rasulullah berkata kepadaku: 'Barangsiapa melakukan ini, maka tidak ada al-kibr (kesombongan) padanya". Sahih. Tirmidzi 4: 1: 2001

Diriwayatkan dari sahabat Jubair bin Muth`im : bahwasanya Nabi berbicara tentang tawanan perang Badar dari kaum musyrikin dan bersabda, "Seandainya Al-Muth`im bin 'Adi masih hidup dan menjadi perantara memintakan pengampunan padaku untuk orang-orang jahat ini, aku akan membebaskan mereka demi dia." Bukhari 4: 53: 367

Muhammad bin Jubair bin Muth'im meriwayatkan dari ayahnya bahwa seorang wanita bertanya kepada Rasulullah tentang sesuatu, tetapi beliau menyuruhnya untuk datang pada kesempatan lain, lalu wanita itu berkata: "Bagaimana menurut engkau jika saya datang kepada Anda tetapi tidak menemukan Anda? " dan sepertinya yang ia maksud adalah kemungkinan wafatnya Nabi, maka Nabi bersabda : "Jika kamu tidak menemukanku, maka datanglah ke Abu Bakar." Hadits ini telah diriwayatkan oleh Jubair bin Muth'im melalui silsilah perawi lain [beserta kata-katanya] bahwa seorang wanita datang kepada Rasulullah dan mendiskusikan sesuatu dengannya, dan dia memberi perintah seperti yang kita temukan di atas- sembari menyebutkan narasi periwayatan. Muslim 31: 5878

Referensi

sunting

(Lihat Diskusi)

  1. ^ Narrators
  2. ^ a b c d e f Muhammad ibn Ishaq. Sirat Rasul Allah. Translated by Alfred Guillaume (1955). The Life of Muhammad. Oxford: Oxford University Press.
  3. ^ a b Muhammad ibn Saad. Kitab al-Tabaqat al-Kabir Volume 8. Translated by Aisha Bewley (1995). The Women of Madina. London: Ta-Ha Publishers.
  4. ^ a b Muhammad ibn Jarir al-Tabari. Tarikh al-Rusul wa'l-Muluk. Translated by E. Landau-Tasseron (1998). Volume 39: Biographies of the Prophet's Companions and Their Successors. Albany: State University of New York Press.
  5. ^ "Rijal: narrators of the Muwatta of Imam Muhammad". www.bogvaerker.dk. Diakses tanggal 2020-07-20. 
  6. ^ http://www.hadithblog.com/yahya-related-to-me-from-malik-from-ibn-shihab-from-muhammad-ibn-jubayr-ibn-mutim-that-his-father-said-i-heard-the-messenger-of-allah-may-allah-bless-him-and-grant-him-peace-recite-at-tur-sura-52-in-t/yahya-related-to-me-from-malik-from-ibn-shihab-from-muhammad-ibn-jubayr-ibn-mutim-that-his-father-said-i-heard-the-messenger-of-allah-may-allah-bless-him-and-grant-him-peace-recite-at-tur-sura-52-in-t.html[pranala nonaktif permanen]