Invasi Indonesia ke Timor Leste
invasi militer tahun 1975
Operasi Seroja adalah invasi Indonesia ke Timor Timur yang dimulai pada tanggal 7 Desember 1975. Dengan persetujuan Amerika Serikat dan desakan Australia,[1] Indonesia melancarkan invasi udara dan laut besar-besaran, dengan banyak menggunakan senjata dan perlengkapan Amerika Serikat.[2] Hasilnya, Timor Timur berintegrasi dan menjadi provinsi Indonesia pada 17 Juli 1976. Timor Timur menjadi negara merdeka pada 2002, sebagai hasil referendum yang diadakan oleh Presiden Indonesia B. J. Habibie di tahun 1999.[3]
Operasi Seroja | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Perang Dingin | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Indonesia | FRETILIN (FALINTIL) | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Presiden Soeharto |
Nicolau Lobato †
Xanana Gusmao | ||||||
Kekuatan | |||||||
35.000 tentara |
2.500 pasukan 7.000 milisi 10.000 reservis Total 20.000 | ||||||
Korban | |||||||
1.000 tewas, terluka dan hilang | 100.000 - 200.000 tewas (kebanyakan penduduk) |
Catatan kaki
- ^ Mike Head (2000-09-18). "Documents reveal that Australia urged Indonesia to invade East Timor in 1975". World Socialist Web Site.
- ^ [1]The National Security Archive
- ^ [2]
Pranala luar
- [3] Indonesian Casualties in East Timor, 1975–1999: Analysis of an Official List.
- Gendercide Watch. Case Study: East Timor (1975-99)
- History of East Timor - Indonesia invades
- USING ATROCITIES: U.S. Responsibility for the SLAUGHTERS IN INDONESIA and EAST TIMOR by Peter Dale Scott, Ph.D.
- War, Genocide, and Resistance in East Timor, 1975–99: Comparative Reflections on Cambodia by Ben Kiernan