Dyah Lembu Tal

Panglima Perang Singosari

Dyah Lembu Tal adalah ibu dari Raden Wijaya, pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Majapahit. Dyah Lembu Tal ialah putri Mahisa Campaka dan cucu dari Mahisa Wong Ateleng putra Ken Dedes dengan Ken Arok, pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Singasari.

Asal-Usul

Menurut naskah Pararaton, Dyah Lembu Tal adalah seorang putri dari Kerajaan Singasari. Disebutkan bahwa, ibu Raden Wijaya bernama Dyah Lembu Tal, putri Mahisa Campaka. Hal ini juga diperkuat pada Prasasti Kudadu dalam kalimat narasinghamūrttisutātmaja. Dyah Lembu Tal dikisahkan sebagai perempuan tangguh yang memiliki keberanian seorang perwira.

Dari penafsiran nama, Dyah Lembu Tal menunjukkan bahwa ia seorang perempuan, di mana Kata Dyah merupakan sebuah gelar kebangsawanan Sunda yang diberikan untuk seorang istri/putri raja. Sama halnya dengan Dyah Pitaloka Citraresmi yang menurut Pararaton hendak dijadikan permaisuri oleh raja Hayam Wuruk.

Berdasarkan naskah Pararaton dan Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara, Dyah Lembu Tal merupakan istri dari Rakeyan Jayadarma putra Prabu Guru Dharmasiksa raja dari Kerajaan Sunda Galuh. Rakeyan Jayadarma tewas akibat diracun oleh seorang bawahannya. Kepergian suaminya membuat Dyah Lembu Tal terjebak dalam situasi konflik suksesi dan harus kembali dari Kerajaan Sunda Galuh ke Singasari bersama putranya, Raden Wijaya.

Dalam prasasti Kudadu, Dyah Lembu Tal dipuja sebagai putri Narasinghamurti (Mahisa Campaka), yang memiliki keberanian seorang perwira, karena mengalami perebutan takhta di Kerajaan Sunda Galuh.

Raden Wijaya sebagai putra dari Rakeyan Jayadarma dan Dyah Lembu Tal seharusnya mewarisi takhta Kerajaan Sunda Galuh. Akibat peristiwa tragis yang menimpa ayahnya, sebaliknya ia mendirikan Kerajaan Majapahit dan mewarisi kekuasaan Kertanegara, raja Singasari terakhir. Hal tersebut juga sejalan dengan berita dalam naskah Nagarakretagama dan prasasti Balawi yang diterbitkan Raden Wijaya pada tahun 1305.

Dalam prasasti Balawi, Raden Wijaya mengaku sebagai bagian Wangsa Rajasa dari garis keturunan ibunya dan sebagai menantu Kertanegara. Sedangkan dari garis keturunan ayahnya ia mengaku sebagi pewaris dari Kerajaan Sunda Galuh.

Referensi

  • Poesponegoro & Notosusanto (ed.). 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka.
  • Slamet Muljana. 2005. Menuju Puncak Kemegahan (terbitan ulang 1965). Yogyakarta: LKIS
  • Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara