Wanita Segala Zaman

film Indonesia tahun 1979
Revisi sejak 26 November 2022 09.51 oleh Arya-Bot (bicara | kontrib) (Pranala luar: clean up)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Wanita Segala Zaman adalah film Indonesia tahun 1979 yang merupakan debut pertama Lidya Kandou di dunia perfilman. Film yang disutradarai oleh Hasmanan dibintangi pula oleh Roy Marten, Marini, Yati Octavia dan Rae Sita

Wanita Segala Zaman
SutradaraHasmanan
ProduserSabirin Kasdani
Ditulis olehArifin C. Noer
PemeranMarini
Roy Marten
Rae Sita
Yati Octavia
Rudy Salam
Lydia Kandou
Kusno Sudjarwadi
Pitrajaya Burnama
A. Khalik Noor Nasution
Rasyid Subadi
Tatiek Suwarno
Cassim Abbas
Penata musikIdris Sardi
SinematograferAdrian Susanto
PenyuntingE. Mukhsin Hamzah
DistributorPT. Rapi Film, Asosiasi Importir Film Eropa-Amerika
Tanggal rilis
1979
Durasi89 menit
NegaraIndonesia

Sinopsis

sunting

Asih (Marini) pembantu yang sudah 13 tahun ikut keluarga Kusuma (Kusno Sudjarwadi)yang mempunyai tiga orang anak, Budi (Roy Marten), Indra (Rudy Salam) dan Ani (Lydia Kandou), sedangkan istrinya sudah lama meninggal. Posisi asih disini adalah hampir sebagai ibu rumah tangga untuk semuanya, kecuali mungkin sebagai istri, suatu hal yang diimpikan Asih sendiri. Ia tempat mengadu Ani, ia selalu mengingatkan Budi yang seniman dan dibenci ayahnya, dan memijat Kusuma kalau diperlukan. Kusuma menganakemaskan Indra yang diharap akan jadi penerus usahannya. Tanpa sepengetahuan ayahnya, Indra sendiri adalah orang yang sebenarnya sukar dipercaya, suka ke klab malam dan suka mempermainkan perempuan, bahkan berusaha memperkosa pacarnya sendiri, Lia (Yati octavia). Lia ini lalu dengan enak pindah cinta pada Budi, dan seolah tidak ada soal pada Indra. Budi yang dibenci ayahnya, berwatak baik. Masalah keluarga bertambah saat Kusuma kawin dengan Ema (Rae Sita). Indra memacari ibu tirinya. Budi yang mengingatkan ayahnya diusir. Kisah kemudian dengan tajam berbelok menjadi kisah kriminal. Ema ingin menguasai seluruh harta Kusuma. Kusuma memasang jebakan, pura-pura diculik. Maka terbongkarlah niat jahat Ema yang belum mau mengalah. Ia masih membawa sebuah pistol dan sempat menembak Indra.Asih kembali menjadi penyelamat. Dengan pisau dapur ia menusuk Ema dari belakang. akibatnya sang pahlawan masuk penjara. Begitu mudah ia dipersalahkan. "(referensi JB Kristanto, katalog film Indonesia 1926-1995, PT Grafiasri Mukti,Jakarta, 1995 hal 205)

Referensi

sunting

Pranala luar

sunting