Connie Rahakundini Bakrie

Revisi sejak 28 November 2022 12.33 oleh Arya-Bot (bicara | kontrib) (clean up)

Dr. Connie Rahakundini Bakrie, M.Si (lahir 3 November 1964) adalah seorang akademisi, penulis, pengamat bidang militer dan pertahanan keamanan berdarah Gorontalo, berkebangsaan Indonesia.

Connie Rahakundini Bakrie
Lahir3 November 1964 (umur 60)
KebangsaanIndonesia
AlmamaterUniversitas Indonesia
PekerjaanAnalis Pertahanan, Militer dan Intelijen
Suami/istriDjaja Suparman (cerai tahun 2014)
AnakAudindra, Samantha Azzaria Wahab, Aurelle Allesandra Merkava
Orang tua
  • Dr. Bakrie Arbie (bapak) Nyi Raden Sekarningsih Ardiwinata (ibu)

Ayah Connie merupakan seorang ahli Nuklir yang berasal dari Gorontalo, Sulawesi dan Ibunya yang juga seorang penulis dan fotografer kenamaan berasal dari Tasikmalaya, Jawa Barat.

Kehidupan Pribadi dan Keluarga

Connie Rahakundini Bakrie lahir di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 3 November 1964.[1] Connie kemudian menikah dengan Djaja Suparman dan dikaruniai tiga orang anak, yaitu Audindra, Samantha Deandra Azzaria, dan Aurelle Alessandra Merkava.

Darah Gorontalo yang dimilikinya berasal dari Ayahnya, Dr. Bakrie Arbie, seorang pakar Nuklir Indonesia.[2] Selain itu, darah Sunda yang ia miliki juga berasal dari ibunya, Nyi Raden Sekarningsih Ardiwinata atau yang akrab disapa Ibu Ani Bakri Arbie.[3]

Riwayat Pendidikan

Connie menyelesaikan Studi S3 di Universitas Indonesia selain menempuh pendidikan di APCSS Asia Pasific Centre for Security Studies, Hawaii - Fu Xi Kang war Academy, ROC - Chevening Executive Programme for Democracy and Security di Birmingham University, UK.

Ia berkesempatan menjadi Senior Research Fellow di The INSS Institute of National Security Studies di Tel Aviv Israel dalam rangka menyelesaikan penelitian desertasinya[4]. Connie adalah Visiting Lecturer di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara dan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut.

Connie juga rutin mengajar pada Sekolah Diplomat Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Sesparlu dan Disparlu) serta beberapa Universitas yang berada di dalam dan luar negeri.

Buah Pemikiran

Pemikiran dan Pandangannya masuk dalam proses Perumusan kebijakan di DPR Komisi 1 dan DPRD, KEMENKOPOLHUKAM, KEMHAN, KEMLU, WANTANAS, LEMHANAS, WANTIMPRES dan Badan Intelijen Negara serta lainnya.[5]

Connie dikenal sebagai Analis Pertahanan, Militer dan Intelejen serta penulis dari dua Buku penting terkait Militer Indonesia dan Pertahanan Negara (Defending Indonesia, 2009 dan Pembangunan Kekuatan & Postur Ideal TNI 2007). Ia meluncurkan Autobiography Pemikiran dan Hidupnya dalam dalam buku Aku adalah Peluru yang ditulis oleh Sastrawan Bara Pattyradja.(2019)[6]

Connie kerap menyampaikan paparan pemikiran di pentas pertemuan Internasional antara lain pada National Defense University (NDU), Washington D.C. Global Security Meeting di Bratislava, Slovakia, ASEM-EU Regional Security Architecture Meetings, Centre for Security Policy (CCSP), Switzerland. Ia juga pernah tampil di The Delhi Dialogue Meetings, International Slocs Meetings, Milsatcom International Meetings serta di House of Lords, Foreign Commission Offce, Departement Of Defense & Secret Intelligence Service (M16) United Kingdom.

Ia menjadi salah satu dari 22 orang Future Leaders yang terpilih oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT), Boston. USA, di Ideas Batch III. Bersama-sama Ambassador Hasyim Djalal dan Laksamana Kent Sondakh ia duduk sebagai Board of Trustee dan President di Indonesia Institute For Maritime Studies (IIMS) selain juga menjadi Dewan Pembina di National Air Space and Power Centre of Indonesia (NAPSCI) serta bersama dengan Laksda (Purn) Rosihan Arsyad duduk mewakili Indonesia di Sea Lanes of Communication (SLOC) International Group. Selain juga duduk sebagai Dewan Pengawas Industri Pertahanan Swasta Nasional.

Sebagai Opinion Leaders di Media Massa, Pandangan Connie banyak bergerak pada isu: Pembangunan Kekuatan dan Postur dari Tentara Nasional Indonesia yang bervisi Outard Looking Defence, Maritime & Airspace Regional Security Architecture dan pentingnya menjaga, memanfaatkan SLOC/T (Sea Lanes of Communication/Trades), Strategic Aspects dalam Historical laut Cina Selatan dan Indian Ocean Security Issues.

Terkini pandangan Connie mengedepankan Profesionalitas dan Perubahan Struktur serta Doktrin TNI masa depan untuk menimbangi Democratic Policing Polri dengan menggunakan System Thinking Visi Poros Matitime dunia terhadap Poros Dirgantara dan Poros Permukaan Dunia, mencakup Air defence (ADIZ) & Asean Maritime Identification Zone (AMIZ) yang harus terbangun Indonesia dan Negara Asean dalam menghadapi tantangan Pertahanan Keamanan Abad 21 Kedepan.

Referensi

  1. ^ "Connie Rahakundini Bakrie". Prisma Resource Center. Diakses tanggal 23 Mei 2019. 
  2. ^ https://hargo.co.id/berita/gorontalo-potensi-kembangkan-nuklir/
  3. ^ http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Ani_Sekarningsih
  4. ^ "Connie Rahakundini Bakrie, Dulu Pengamat, Kini Pebisnis Persenjataan". rmol.co. Diakses tanggal 2019-05-23. [pranala nonaktif permanen]
  5. ^ "Connie Rahakundi Bakrie, Presiden Indonesia Institute for Maritime Studies: Tingkatkan Keamanan Kawasan". Republika Online. 2016-04-19. Diakses tanggal 2019-05-23. 
  6. ^ "INDOPOS". indopos.co.id (dalam bahasa Indonesian). 2019-02-22. Diakses tanggal 2019-05-23.