Hasnan Singodimayan

Budayawan dan sastrawan yang berasal dari Purwoharjo, Banyuwangi, Indonesia
Revisi sejak 29 November 2022 20.05 oleh Arya-Bot (bicara | kontrib) (clean up)


Hasnan Singodimayan (17 Oktober 1931 – 13 September 2022) adalah budayawan dan sastrawan yang berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur. Ia merupakan suami dari Sayu Masunah, bapak dari 5 bersaudara, dan teman dari Aekanu Hariyono.

Hasnan Singodimayan
Lahir17 Oktober 1931 (umur 93)
Indonesia Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia
Meninggal13 September 2022(2022-09-13) (umur 90)
Indonesia Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia
PekerjaanBudayawan, Sastrawan
Suami/istriSayu Masunah
AnakBuyung Pramunsyie
Bujang Pratiko
Bonang Prasunan
Sofan Soffa
Capung Prihatini

Kehidupan dan Keluarga

Hasnan yang lahir di Banyuwangi, 17 Oktober 1931 dulunya adalah petugas teknis di Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Banyuwangi. Ia juga merupakan alumni dari Pondok Gontor yang lulus pada tahun 1955. Memiliki istri bernama Sayu Masunah. Pernikahannya tersebut dikaruniai lima orang anak.[1]

Karier Di Bidang Sastra dan Budaya

Pada tahun 1973, ia membuat sebuah cerita pendek (cerpen) yang berjudul Lailatul Qadar yang meraih Juara III dalam perlombaan cerpen yang diadakan Dewan Kesenian Surabaya. Runner up pada perlombaan puisi yang diselenggarakan oleh BBC London pada tahun 1980. Ia juga pernah menjadi pemenang penulisan kisah bertema kepahlawanan yang dihelat oleh Angkatan 45 pusat dan karyanya diterbitkan oleh Balai Pustaka. Selain itu ia pernah menjadi penulis rubrik novelet di surat kabar Bali Post dan menulis sandiwara radio berbahasa Using (bahasa lokal Banyuwangi). Ia juga menerbitkan buku berjudul Kerudung Santet Gandrung.[2]

Dalam berbagai pertemuan penting, Hasnan sering kali diposisikan sebagai pemangku kebudayaan Using yang representatif. Mulai dari seminar kebudayaan Jawa Timur oleh Universitas Jember dan Dewan Kesenian Jawa Timur, seminar yang diselenggarakan oleh Direktorat Nilai Budaya, Seni dan Film, serta beberapa pertemuan yang diselenggarakan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN).

Ia pernah aktif dalam Himpunan Seni Budaya Islam (HSBI) pada periode 1960 hingga 1965, menjadi anggota Seksi Sastra dan Seni Islam Dewan Kesenian Blambangan (DKB) pada tahun 1980 hingga 1995, dan Penasehat Dewan Kesenian Blambangan (1995 hingga kini). Selain itu ia juga menjadi Koordinator Badan Koordinasi Kesenian dan Kepariwisataan Blambangan (BK3) serta anggota Aliansi Masyarakat Adat Nusantara sebagai wakil masyarakat adat Using.[3]

Referensi