Herry Lentho

Revisi sejak 29 November 2022 23.12 oleh Arya-Bot (bicara | kontrib) (Referensi: clean up)


Heri Prasetyo (atau lebih dikenal dengan nama Heri Lentho, lahir 13 Mei 1967) adalah seniman berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal melalui karya-karyanya berupa koreografi. Dia telah menciptakan banyak karya yang dipentaskan di berbagai kota di Indonesia. Heri Lentho merupakan salah satu penerima penghargaan dari Kementerian Pariwisata Republik Indonesia untuk katagori kreator seni pertunjukan, pada tahun 2014.[1][2][3]

Latar belakang

Heri Lentho atau Heri Prasetyo lahir di Malang, Jawa Timur, 13 Mei 1967. Mengenal tari pada usia 15 tahun sejak bergabung dengan wayang orang Madyo Taruno Budaya, Malang. Di sana ia belajar tari topeng gaya Malang. Memperdalam tari di Jurusan Seni Tari IKIP Surabaya, lulus tahun 1991. Selain menjadi penata tari, ia adalah penggagas Festival Cak Durasim, Surabaya Full Music, dan Festival Budaya Jawa Timur. Sebagai koreografer, Heri Lentho cukup produktif. Sejak tahun 1990 hingga 2003, setiap tahun ia melahirkan karyanya. Pada tahun 1990, karya berjudul Lentho dipentaskan di Gedung Cak Durassim pada acara Sasata Kasira. Selain karena kepalanya pelontos (gundul), judul tarian inilah yang akhirnya melahirkan sebutan yang lebih dikenal, Heri Lentho dan dipakai sampai sekarang. Pada tahun yang sama ia kembali melahirkan karya Kedok, dipentaskan di STSI Denpasar, pada acara Festival Seni Masa Kini. Selanjutnya, dari tahun ke tahun, Heri Lentho selalu melahirkan karya-karya koreografi yang selalu ditunggu oleh para seniman di kancah seni tari Indonesia.[4][5]

Karya

  • Lentho (1990)
  • Kedok (1990)
  • Wadam (1991)
  • Mak Dheg (1993)
  • Sawunggaling (1994)
  • Coretan Dinding (1994)
  • Setelah Pukul 21.30 WIB (1995)
  • Dwi Oknum (1995)
  • Panca Doooor (1997)
  • Satu Orang Satu Pohon (1997)
  • Nurani Putih
  • Kursi dan Cawik (1999)
  • Mumet (2000)
  • Sang Congkak (2001)
  • Skenario Sunat (2002)
  • Poli-Tikus (2003)
  • Sarang Tikus (2004)
  • Suara Padi (2006)
  • Opera Candrakirana (2007)
  • Kuwung Wetan (2007)
  • Tong Kosong Kosong Bunyinya (2007)
  • Tong Kosong (2007)
  • Jawa Timur Menang (2007)
  • Bedaya Candrakirana (2008)
  • Sekar Santri (2008)
  • Rai Gedheg dan Kuwung Wetan (2008)
  • Sinbad Advanture (2008)
  • Panji Remeng (2008)
  • Spirit of the Heroes (2008)
  • Rai Gedheg (2008)
  • Bedayan Orde Antri (2008)

Referensi