Kaisar Chenghua

Revisi sejak 30 November 2022 21.46 oleh Arya-Bot (bicara | kontrib) (Putra mahkota dibesarkan secara rahasia: clean up)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Kaisar Chenghua (Hanzi: 成化, 1447-1487) adalah kaisar ke-8 dari Dinasti Ming yang memerintah tahun 1464 sampai 1487. Dia adalah anak sulung Kaisar Zhengtong, terlahir dengan nama Zhu Jianjun, setelah ayahnya kembali naik tahta namanya diubah menjadi Zhu Jianshen (朱见深).

Kaisar Chenghua
Kaisar Tiongkok
Berkuasa28 Februari 1464 - 9 September 1487 (23 tahun, 193 hari)
PendahuluKaisar Tianshun
PenerusKaisar Hongzhi
Pemakaman
KeturunanZhu Youtang, Hongzhi Emperor
Nama lengkap
Marga : Zhu (朱)
Nama : Jianjun (見濬), kemudian disebut Jianshen (見深)[1]
Nama dan tanggal periode
Chénghuà (成化): 27 Januari 1465 – 13 February 1488
Nama anumerta
Kaisar Jitian Ningdao Chengming Renjing Chongwen Suwu Hongde Shengxiao Chun
繼天凝道誠明仁敬崇文肅武宏德聖孝純皇帝
Nama kuil
Ming Xianzong
明憲宗
WangsaDinasti Ming
WangsaHouse
AyahKaisar Zhengtong
IbuPermaisuri Xiao Su

Kehidupan awal

sunting

Ketika berumur dua tahun, ayahnya, Kaisar Zhengtong ditawan oleh Mongol dalam insiden Tumubao. Tahun berikutnya setelah ayahnya kembali ke daratan tengah, tetapi pamannya, Kaisar Jingtai yang menjadi naik tahta untuk mengisi kevakuman kuasa menjadikannya tahanan rumah. Bersama ayahnya, dia turut menjalani masa tahanan ini selama kurang-lebih tujuh tahun. Selama itu dia hidup di bawah bayang-bayang pamannya, gelar putra mahkotanya dicabut dan dialihkan pada anak Jingtai. Tahun 1457, ayahnya kembali merebut tahta dan gelarnya sebagai putra mahkota dipulihkan sehari sebelum kematian pamannya pada tahun yang sama.

Pemerintahan

sunting

Tahun 1464, ayahnya mangkat sehingga dia mewarisi tahta kerajaan dan menamai rezimnya Chenghua, saat itu usianya 17 tahun. Pada awal pemerintahannya dia menjalankan kebijakan-kebijakan positif seperti menurunkan pajak dan memperkuat kerajaannya, tetapi ini hanya sebentar karena tak lama kemudian kekuasaan pemerintahaan jatuh ke tangan para kasim. Untuk memperkuat pemerintahannya Chenghua membentuk agen mata-mata Xi Chang (melengkapi Dong Chang yang telah ada terlebih dulu) yang dikepalai oleh kasim kepercayaannya, Wang Zhi. Organisasi ini mempunyai hak istimewa untuk mengeksekusi siapapun yang mereka anggap sebagai pengkhianat. Wang memonitor segala kegiatan dan perkataan rakyat, dia banyak menganiaya orang-orang tidak berdosa sehingga orang-orang baik dari dalam maupun luar pemerintahan merasa terteror, kebebasan benar-benar dikebiri pada saat itu.

Memang belakangan Xi Chang dibubarkan dan Wang Zhi diasingkan setelah seorang badut istana menyindir Chenghua, tetapi para kasim masih memegang kuasa dan pada abad ke-16 organisasi ini dihidupkan kembali oleh kaisar-kaisar penerusnya. Selain bergantung pada para kasim, Chenghua juga bergantung pada Selir Wan, wanita yang pernah melayaninya ketika kecil dan beusia dua kali umurnya. Setelah naik tahta, dia masih terobsesi pada Wan yang ketika itu berumur 35 tahun dan menganugerahinya gelar guifei (贵妃)/ selir kelas atas. Hubungan mereka melahirkan seorang putra, tetapi bayi itu meninggal tak lama kemudian. Hal ini menjadi awal penderitaan bagi para wanita istana karena untuk mempertahankan posisinya Wan melarang siapapun melahirkan anak bagi kaisar. Mereka yang hamil akan dipaksa untuk melakukan aborsi atau bahkan dibunuh.

Selama masa pemerintahannya kolaborasi antara para kasim dan Selir Wan membusukkan tubuh pemerintahan dan korupsi merajarela. Selir Wan menempatkan keponakannya, Wan An dalam kabinet sebagai mata-mata yang mengawasi tindak-tanduk para pejabat. Sebuah pantun satire yang populer saat itu yang berbunyi, “Ketiga kanselir agung adalah boneka kertas, keenam mentri adalah patung tanah liat.” Tiga kanselir agung merujuk pada Liu Ji, Liu Xu dan Wan An yang tidak memiliki kemampuan apapun selain membual dan menjilat, enam mentri tidak lebih dari sekelompok penjilat yang hanya bisa manggut pada Selir Wan dan para kasim. Chenghua yang dungu dan tukang main wanita sering mengabaikan tugasnya sebagai kaisar sehingga para mentrinya sulit menemuinya. Dia juga seorang yang boros, menghambur-hamburkan uang tanpa terkendali, dia hampir menghabiskan cadangan emas yang telah dikumpulkan para pendahulunya.

Chenghua cenderung memfavoritkan seseorang lebih berdasarkan subjektivitas daripada berdasarkan kemampuan. Hal ini menyebabkan degradasi dalam pemerintahan dan membuka celah bagi para pejabat korup untuk berkuasa. Pada masanya sering terjadi pemberontakan petani di seluruh negri yang semuanya berhasil ditumpas dengan kejam. Hal positif selama rezimnya hanya kemajuan dalam bidang budaya oleh Hu Junren dan Chen Baisha yang mendominasi panggung akademis.

Putra mahkota dibesarkan secara rahasia

sunting
 
Lukisan pada masa Dinasti Song 960–1279) induk ayam dan anaknya, dengan tulisan pada bagian atas oleh Kaisar Chenghua menjelaskan kekagumannya akan karya ini.

Setelah anak yang dilahirkan Selir Wan meninggal, dia melarang para wanita kerajaan melahirkan anak bagi kaisar. Ketika Chenghua menghamili seorang dayang bermarga Ji, Wan memerintahkannya untuk menggugurkan kandungannya, tetapi Ji malah diam-diam melahirkan anak itu dan membesarkannya secara diam-diam di bagian terpencil lingkungan istana. Enam tahun kemudian, Chenghua sedang mengeluh pada seorang kasimnya, dia mengatakan dirinya sangat sedih karena belum mempunya seorang putra pun padahal usianya makin tua. Sang kasim belakangan mengungkapkan rahasia ini, bahwa Chenghua sebenarnya memiliki seorang anak yang dibesarkan secara rahasia. Mendengar hal ini Chenghua sangat gembira, dia segera mencari anak itu dan menemukannya. Keesokan harinya berita ini langsung diumumkan pada seluruh pejabatnya. Dayang Ji langsung diangkat sebagai selir.

Selir Wan sangat murka mendengar kabar ini dan dia segera menyusun rencana untuk melenyapkan anak itu. Korban pertamanya adalah Ji yang mati secara misterius. Zhang Min, kasim yang turut membesarkan anak itu juga ditemukan mati bunuh diri dengan menelan emas. Melihat pangeran kecil ini dihantui bahaya, ibu suri mengambil tanggung jawab merawatnya. Di depan ibu suri, Wan tidak berani bertindak gegabah namun niatnya untuk membunuh pangeran itu belum sirna. Suatu hari Wan mengundang sang pangeran untuk mengunjunginya, sebelum berangkat ibu suri berpesan padanya agar tidak memakan apapun yang ditawarkan Wan padanya. Pangeran itu menuruti nasihat neneknya, dia beralasan sudah kenyang. Ketika Wan menawarkannya semangkuk sup, dia berkata bahwa takut ada racun di sup itu. Mendengar ini dengan marah Wan menghentakkan kakinya ke lantai dan menjerit, “Bagaimana mungkin seorang anak kecil berkata demikian padaku ? Aku yakin suatu hari nanti dia akan membunuhku !”. Tidak lama kemudian Wan meninggal dalam kemarahannya.

Kematian

sunting

Kematian Wan pada tahun 1487 merupakan pukulan berat bagi Chenghua. Dia merasa sangat berduka sehingga tidak menghadiri rapat selama seminggu. Tak lama kemudian dia pun meninggal bulan September tahun itu. Sang pangeran yang dibesarkan secara rahasia itu menggantikannya naik tahta sebagai Kaisar Hongzhi yang berhasil mengembalikan kejayaan dinastinya selama masa pemerintahannya.

Referensi

sunting
  1. ^ Nama aslinya Jianjun berganti menjadi Jianshen pada tahun 1457 ketika ayahnya kembali menjabat sebagai Kaisar Tianshun.

Lihat pula

sunting

Sumber

sunting

Cheng Qinhua, Tales of the Forbidden City, Bejing: Foreign Languages Press, 1997.

Kaisar Chenghua
Didahului oleh:
Kaisar Zhengtong
(Tianshun)
Kaisar Tiongkok
(Dinasti Ming)
1464-1487
Diteruskan oleh:
Kaisar Hongzhi