Misi Kristen untuk orang Batak

Revisi sejak 6 Desember 2022 16.43 oleh Mfikriansori (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Misi Kristen untuk orang Batak atau Batak Mission, adalah salah satu gerakan yang mengupayakan penginjilan di Tanah Batak.[1] Nommensen adalah seorang penginjil yang berprestasi dalam penginjilan di Batak.[1] Atas usaha penginjil lainnya, agama Kristen mulai tersebar luas di Tanah Batak.[1] Salah satu sarana yang menunjang usaha penginjilan yang diberdayakan oleh para misionaris yang menginjili di Tanah Batak adalah dengan menggunakan jalur pendidikan.[1] Batak Mission mendirikan banyak sekolah dan menetapkan asas kesatuan Gereja dengan Sekolah.[1]

Ludwig Ingwer Nommensen

Di Bidang Kegerejaan dan Kehidupan Rohani

sunting

Batak Mission menjadikan gereja dan sekolah menjadi satu.[1] Kesatuan ini tidak hanya menyangkut segi organisasi tetapi juga rohani. Pengetahuan dan nilai-nilai yang diberikan sejalan dengan ajaran gereja sehingga tidak terjadi perpecahan diri dari para murid, hal ini berdampak bagi segala segi.

Pertambahan anggota Gereja[1]

sunting

Melalui Sekolah injil disebarkan. Banyak anggota murid sekolah yang awalnya belum kristen sekarang menjadi kristen. Setelah mereka lulus sekolah mereka melanjutkan menyebarkan injil ke lingkungan keluarga mereka. Hal ini membantu penambahan anggota gereja.

Pembinaan watak dan kerohanian warga gereja

sunting

Batak mission tidak ingin bila kekristenan orang Batak hanya bersifat nominal dan dangkal saja.[1] Mereka ingin supaya orang Batak itu sungguh menghayati pendidikan. Demi cita-cita tersebut maka Batak mission menanamkan suatu metode dalam pendidikannya. Pertama memberikan porsi pendidikan religius yang lebih banyak. Kedua menerapkan disiplin yang ketat dengan menerapakan pembinaan dan gemblengan. Usaha Batak mission memang berat dan susah mengukur keberhasilannya tetapi beberapa indikator saat itu menilai dampak positif dari usaha ini dalam kehidupan warga gereja atau masyarakat kristen Batak. Buktinya masyarakat batak yang dulunya jorok dan tidak sopan mulai berubah bersih dan bertata sopan dan lagi muncul semangat penginjilan dari masyarakat Batak itu sendiri.

Pengadaan pengerja Gereja

sunting

Dengan pendidikan, Batak mission menciptakan tenaga bantuan dari pribumi untuk gereja. Dengan ini perkembangan kekristenan menjadi lebih baik karena orang pribumi sudah mulai bisa mandiri mengurus gereja.[1]

Kemandirian membiayai

sunting

Melalui pendidikan, masyarakat Tapanuli diajak untuk sadar akan kebutuhan pembiayaan dalam penginjilan. Mereka diajak untuk mau menyumbangkan dana kepada gereja melalui pembinaan. Atas usahanya Batak Mission telah berhasil membuat masyarakat Tapanuli tersebut mampu membiayai gereja mereka.[1]

Di Bidang Sosial-ekonomi

sunting

Para zending batak mission berulang kali menandaskan bahwa tujuan utama kedatangan mereka adalah memberitakan Injil untuk memberi landasan kerohanian baru bagi orang Batak, dan mendirikan Gereja Batak yang mandiri. Sekalipun demikian tidak dapat dimungkiri bahwa usaha pendidikan yang dilakukan Batak mission pastilah memengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi di Tapanuli. Berikut dampak dari bidang sosial-ekonomi:[1]

Peningkatan status sosial

sunting

Pada dasarnya tradisi Batak menganggap bahwa semua orang adalah keturuanan raja. Walaupun demikian tetap saja dalam lingkungan masyarakat Batak saat itu, masyarakat terbagi dalam sebuah golongan sosial. Melalui pendidikan, Batak mission menciptakan sebuah generasi baru yang berpendidikan yang mulai menghilangkan golongan-golongan sosial dalam masyarakat.[1]

Peningkatan kesejahteraan ekonomis

sunting

Dengan pendidikan, Batak mission menciptakan lulusan yang siap kerja. Mereka dapat menjadi pegawai pemerintah. Hal ini membuat peningkatan pada kesejahteraan ekonomi.[1]

Peningkatan status dan peranan kaum wanita

sunting

Batak mission telah memberi kesempatan kepada wanita Tapanuli untuk menerima pendidikan. Hal ini menyebabkan wanita memiliki ilmu yang sama dengan para pria. Pendidikan telah membuat wanita semakin dihormati. Para wanita ini menjadi cerdas dan siap untuk bekerja seperti pria.[1]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n (Inggris) Jan S. Aritonang. Sejarah Pendidikan Kristen. 1988.Jakarta: BPK Gunung Mulia . Hal. 382-393.