Prakarsa Transportasi Biji-bijian Laut Hitam

Revisi sejak 8 Desember 2022 13.48 oleh PutraHP (bicara | kontrib)

Prakarsa transportasi biji-bijian Laut Hitam adalah persetujuan antara Rusia dan Ukraina yang dimediasi oleh PBB dan Turki untuk mengurangi dampak krisis pangan global akibat perang antara kedua negara.[1][2] Prakarsa ini berisi kesepakatan yang memungkinkan ekspor makanan komersial dalam jumlah besar dari tiga pelabuhan utama Ukraina di Laut Hitam yaitu Odesa, Chornomorsk, dan Yuzhne melalui Pusat Koordinasi Gabungan atau Joint Coordination Centre (JCC).[3][4]

Prakarsa Keamanan Transportasi Biji-bijian dan Bahan Makanan dari Pelabuhan-pelabuhan Ukraina
Grafik vektor yang menunjukkan negara-negara yang terlibat dan prinsip perjanjian
Berlaku22 Juli 2022 (2022-07-22)—sekarang
LokasiIstanbul, Turki
Penandatangan Ukraina
 Rusia
 Turki
 PBB
SubjekEkspor biji-bijian, bahan makanan, dan pupuk

Pada bulan Juli, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menjadi perantara perjanjian antara Ukraina, Turki, dan Rusia yang memungkinkan Ukraina untuk mengirimkan jutaan ton biji-bijian yang terhenti sejak invasi Rusia ke Ukraina. Pengiriman ini dilakukan melalui perairan internasional Laut Hitam. Prakarsa transportasi ini dibuat untuk membantu negara-negara di seluruh dunia terutama negara dengan pendapatan rendah seperti Kenya, Afganistan, Bangladesh, Yaman, Etiopia, dan Somalia. Sehingga harga bahan makanan bisa kembali turun dan bencana kelaparan di negara-negara di atas dapat dicegah.

Total jumlah negara yang menjadi tujuan pengiriman biji-bijian ini adalah 38 negara dengan kurang lebih 8,6 juta ton kargo yang dibawa oleh lebih dari 380 kapal.

Latar belakang

Ukraina merupakan salah satu produsen biji-bijian untuk kebutuhan dunia yang terbesar. Dari data Departemen Pertanian Amerika Serikat atau USDA (United State Department of Agriculture) per Juli 2022, Ukraina memegang 4,9% pasar dunia untuk gandum, 4,9% untuk pasar dunia jagung, 20,7% pasar dunia untuk biji bunga matahari, dan 5,9% pasar dunia untuk jawawut.[5] Ukraina merupakan negara produsen jagung terbesar ketujuh yaitu sebesar 31,5 juta ton,[6] produsen gandum terbesar kesepuluh yaitu sebesar 20,5 juta ton,[7] produsen biji bunga matahari terbesar kedua yaitu sebesar 10,1 juta ton,[8] dan produsen jawawut terbesar ketujuh yaitu sebesar 6,4 juta ton.[9]

Invasi Rusia menyebabkan tertahannya sekitar 25 ton stok biji-bijian Ukraina baik itu di pelabuhan maupun di ladang akibat blokade yang dilakukan oleh angkatan laut Rusia.[10][11] Blokade yang hanya akan dibuka oleh Rusia apabila pihak Barat mengurangi sanksi terhadap mereka terutama untuk ditutupnya akses ke pelabuhan Uni Eropa.[12] Ketua Asosiasi Biji-bijian Ukraina, Mykola Gorbachov, menyatakan bahwa hanya tersisa sekitar 13-15 ton kapasitas penyimpanan akibat tertahannya pengiriman.[10][11]

Meskipun pengiriman melalui jalur darat yaitu dengan truk dan kereta api serta jalur sungai tetap dilakukan, tetapi kemampuan angkutnya hanya seperenam dari daya muat kapal.[13][14] Kondisi ini menyebabkan kurangnya suplai biji-bijian di pasar dunia karena Ukraina merupakan salah satu eksportir utama. Rusia sebagai eksportir biji-bijian terbesar pun membutuhkan gandum untuk stok pangan selama berperang sehingga memengaruhi jumlah ekspornya. Kurangnya stok di pasar dunia menyebabkan kenaikan harga biji-bijian yang sebelumnya telah mengalami kenaikan akibat dampak Covid-19. Kenaikan harga yang mencapai 30% akan berimbas kepada negara-negara Afrika dan Timur Tengah.[14]

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, António Guterres, menyatakan akan ada sekitar ratusan juta orang di negara berkembang yang terancam kelaparan dari terbatasnya ekspor biji-bijian dari Ukraina.[15] Kelangkaan pangan ini akan menyebabkan 181 juta orang di 41 negara mengalami krisis pangan terutama di wilayah Asia-Pasifik, wilayah Afrika sub-Sahara, wilayah Timur Dekat, dan Afrika Utara.[12][16]

Selama perang, dalam rangka melindungi Pelabuhan Odesa, Ukraina memasang ranjau di sepanjang pantai Laut Hitam. Hal ini dilakukan karena Odesa merupakan pelabuhan utama Ukraina. Rusia juga diketahui menyebar ranjau di Laut Hitam dekat Ochakiv.[17] Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, menyatakan bahwa Ukraina membutuhkan misi yang jelas dari negara-negara yang dapat mereka percayai untuk melakukan patroli di sepanjang jalur pengiriman biji-bijian. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, juga menegaskan tidak akan mengizinkan kapal-kapal Rusia memasuki pelabuhannya karena mereka tidak lagi memiliki kepercayaan terhadap seterunya itu.[12]

Lini masa

 
Perwakilan empat pihak di meja perundingan di Istanbul

25 April 2022: Sekjen PBB, António Guterres, bertemu dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, di Ankara. Deputi juru bicara Guterres, Farhan Haq, menjelaskan tujuan pertemuan ini adalah untuk membahas upaya mengakhiri perang. Keduanya juga membahas dampak konflik Rusia-Ukraina terhadap isu global dan regional yang berhubungan dengan energi, pangan, dan keuangan.[18][19]

Perjanjian

 
Acara penandatanganan perjanjian di Istanbul, 22 Juli 2022

Penandatanganan prakarsa transportasi biji-bijian laut Hitam dilakukan di Istana Dolmabahçe, Istanbul, Turki, pada tanggal 22 Juli 2022.[20] Pada awalnya, perjanjian ini ditetapkan untuk kurun waktu 120 hari dengan memberikan koridor maritim yang aman untuk ekspor dari Ukraina, khususnya untuk biji-bijian. Tujuan utamanya adalah untuk menenangkan pasar dengan cara menjamin ketersediaan suplai biji-bijian sehingga inflasi harga pangan dapat dikurangi dan dikendalikan.[21][22]

Dalam perjanjian ini disepakati kapal Ukraina akan menjadi pemandu bagi kapal yang akan mengangkut produk pertanian keluar masuk pelabuhan, Rusia menyetujui gencatan senjata selama proses pengiriman, dan PBB bersama Turki menjadi pemeriksa kapal untuk memastikan pihak Rusia tidak menyelundupkan senjata.[23] Meskipun telah terjadi kesepakatan sehubungan dengan ekspor biji-bijian, tetapi perjanjian antara Rusia dan Ukraina tidak terjadi secara langsung. Rusia yang diwakili oleh Menteri Pertahanan Sergey Shoygu terlebih dahulu menandatangani kesepakatan Moskwa dengan pihak Turki dan PBB lalu Ukraina yang diwakili oleh Menteri Infrastruktur Oleksandr Kubrakov menandatangani kesepakatan Kyiv yang identik.[24]

Pusat Koordinasi Gabungan atau Joint Coordination Centre (JCC)

Pusat Koordinasi Gabungan dibentuk di Istanbul dan diresmikan oleh Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Akar, pada tanggal 27 Juli 2022. Pusat koordinasi yang berkantor di Universitas Pertahanan Nasional di Distrik Besiktas, Istanbul, terdiri atas 20 orang perwakilan senior dari Turki, Rusia, Ukraina, dan PBB.[25][26] Dari masing-masing penandatangan perjanjian, terdapat 5 orang perwakilan dengan Turki sebagai tuan rumah dan PBB sebagai sekretarisnya.[22][26]

Pembentukan JCC bertujuan untuk mengawasi dan mengkoordinasi pelaksanaan transportasi biji-bijian. Di lapangan, semua kapal dagang komersial yang akan diberangkatkan diwajibkan untuk mendaftar pada JCC. Hal ini bertujuan agar kapal dapat diawasi dan diinspeksi untuk memastikan pengiriman yang aman. JCC juga mengatur keluar masuk kapal melalui koridor yang telah ditentukan setelah lolos inspeksi.[22][27]

Kapal-kapal barang Ukraina akan membawa kargonya ke perairan internasional Laut Hitam. Selanjutnya kapal-kapal ini akan melewati Selat Bosporus melalui koridor yang telah disepakati sebelumnya. Setelah melewati inspeksi JCC, kapal dari dan menuju Ukraina bergerak tanpa adanya kapal perang militer atau pesawat udara tanpa awak di dalam batas zona yang ditetapkan oleh JCC.[21] Untuk memastikan keamanan kapal dan awaknya, JCC dan Sekretaris Jenderal Organisasi Maritim Internasional atau IMO (International Maritime Organization), Kitack Lim, membentuk Satuan Tugas Darurat.[28] Organisasi maritim internasional

Referensi

  1. ^ "Lebih Banyak Kapal Bermuatan Jagung Tinggalkan Pelabuhan Ukraina". VOA Indonesia. 5 Oktober 2022. Diakses tanggal 1 Desember 2022. 
  2. ^ Maharani, Esthi (27 Oktober 2022). "Turki Berupaya Perpanjang Kesepakatan Gandum Ukraina". Republika Online. Diakses tanggal 1 Desember 2022. 
  3. ^ "Black Sea Grain Initiative | Joint Coordination Centre". United Nations. Diakses tanggal 1 Desember 2022. 
  4. ^ "Joint Coordination Centre opens in Istanbul to facilitate safe export of commercial foodstuffs and fertilizers from Ukrainian ports". reliefweb.int. 27 Juli 2022. Diakses tanggal 1 Desember 2022. 
  5. ^ "Ukraine Agricultural Production and Trade". USDA Foreign Agricultural Service. Juli 2022. Diakses tanggal 7 Desember 2022. 
  6. ^ "Corn Explorer". USDA Foreign Agriculture Service. November 2022. Diakses tanggal 7 Desember 2022. 
  7. ^ "Wheat Explorer". USDA Foreign Agriculture Service. November 2022. Diakses tanggal 7 Desember 2022. 
  8. ^ "Sunflowerseed Explorer". USDA Foreign Agriculture Service. November 2022. Diakses tanggal 7 Desember 2022. 
  9. ^ "Barley Explorer". USDA Foreign Agriculture Service. November 2022. Diakses tanggal 7 Desember 2022. 
  10. ^ a b "Ukraine's new crop may be left unharvested: UGA President Gorbachov". Latifundist.com. 9 Juni 2022. Diakses tanggal 7 Desember 2022. 
  11. ^ a b Angel, Maytaal (8 Juni 2022). "Ukraine's grain crop at risk as silos still half full due to stalled exports". Reuters. Diakses tanggal 7 Desember 2022. 
  12. ^ a b c Seddon, Max; Wheatly, Jonathan; Rathbone, John Paul (8 Juni 2022). "UN warns of hunger risk as talks stall over Ukraine grain blockade". Financial Times. Diakses tanggal 7 Desember 2022. 
  13. ^ "Why wheat and threat of global famine are weapons in Russia's war with Ukraine". News24 Business. 5 Juli 2022. Diakses tanggal 7 Desember 2022. 
  14. ^ a b Kenshanahan, Agaton; Latif, Abdul (16 Juni 2022). Anggi, Kusumadewi; Muslimah, Salmah, ed. "Kala Gandum Terimbas Perang Rusia-Ukraina (1)". Kumparan. Diakses tanggal 7 Desember 2022. 
  15. ^ "Lack of Grain Exports Driving Global Hunger to Famine Levels, as War in Ukraine Continues, Speakers Warn Security Council". press.un.org. 19 Mei 2022. Diakses tanggal 8 Desember 2022. 
  16. ^ "The Importance of Ukraine and the Russian Federation for Global Agriculture Markets and the Risks Associated with the War in Ukraine" (PDF). UN Food and Agriculture Organization. 10 Juni 2022. Diakses tanggal 8 Desember 2022. 
  17. ^ Nugrahani, Andara Wulan (24 Juni 2022). Prabawati, Garudea, ed. "AS: Angkatan Laut Rusia Diperintahkan Pasang Ranjau di Pelabuhan Laut Hitam Ukraina". Tribunnews.com. Diakses tanggal 7 Desember 2022. 
  18. ^ "Sekjen PBB dan Presiden Turki Berjanji Upayakan Perdamaian di Ukraina". Wartabuana. 26 April 2022. Diakses tanggal 8 Desember 2022. 
  19. ^ "UN chief, Turkish president promise to work for peace in Ukraine". english.news.cn. 26 April 2022. Diakses tanggal 8 Desember 2022. 
  20. ^ Arbar, Thea Fathanah (7 Juli 2022). "4 Fakta Baru Perang Rusia Ukraina: Dunia Batal Kiamat Pangan?". CNBC Indonesia. Diakses tanggal 8 Desember 2022. 
  21. ^ a b "Black Sea Grain Initiative, Black Sea Deal". BYJUS. Diakses tanggal 8 Desember 2022. 
  22. ^ a b c "Black Sea Grain Initiative | FAQ". United Nations. Diakses tanggal 8 Desember 2022. 
  23. ^ Bunga, Aliyya (22 Juli 2022). Irwinsyah, Fachrul, ed. "Rusia, Ukraina, Turki, dan PBB Akan Tandatangani Kesepakatan soal Ekspor Gandum". kumparan. Diakses tanggal 8 Desember 2022. 
  24. ^ "Ukraina dan Rusia Tandatangani Kesepakatan Ekspor Gandum Melalui Laut Hitam — Nusakini". Nusakini. 23 Juli 2022. Diakses tanggal 8 Desember 2022. 
  25. ^ "Grain coordination centre set to launch in Istanbul". TRT World. 26 Juli 2022. Diakses tanggal 8 Desember 2022. 
  26. ^ a b Sinaga, Yuni Arisandy, ed. (28 Juli 2022). "Turki resmikan pusat koordinasi gabungan pengiriman gandum Ukraina". Antara News. Diakses tanggal 8 Desember 2022. 
  27. ^ "Black Sea Grain Initiative Joint Coordination Centre". United Nations. Diakses tanggal 8 Desember 2022. 
  28. ^ "Maritime Security and Safety in the Black Sea and Sea of Azov". www.imo.org. Diakses tanggal 8 Desember 2022.