Kwee Kek Beng

wartawan Indonesia

Kwee Kek Beng (16 November 1900 – 31 Mei 1975) adalah seorang sastrawan Betawi peranakan Tionghoa, wartawan kenamaan dan pemimpin redaksi surat kabar Sin Po (Jakarta).[1] Ia Memiliki empat orang anak, diantaranya Kwee Hin Goan, yang menjadi Dokter di Belanda & Kwee Hin Houw yang juga menjadi Seorang Jurnalis Di Jerman. Tulisannya banyak mengagungkan nasionalisme negeri leluhurnya, meskipun demikian karya-karyanya yang sangat khas menggambarkan kehidupan masyarakat Betawi. Namun ia bisa akrab bergaul dengan tokoh pergerakan nasional Indonesia. Ia sering kali menggunakan nama samaran "Anak Jakarta atau Garem".

Kek Beng memulai menulis sejak ia duduk di HCK (Hollandsch Chineesche Kweekschool) di Jatinegara, Jakarta. Setelah lulus (1922) ia menjadi guru di Bogor, tetapi tak lama kemudian ia pindah ke surat kabar Bin Seng dan kemudian ke Sin Po. Kariernya terus menanjak sampai ia menjadi pemimpin redaksi surat kabar Sin Po yang pernah menolak tulisannya.

Kek Beng termasuk wartawan peranakan yang dicari-cari Jepang ketika negara ini menduduki Indonesia. Namun ia berhasil menyembunyikan diri di Bandung. Kek Beng akrab bergaul dengan para pemimpin pergerakan nasional terutama dari kalangan Partai Nasional Indonesia. Sebagai pemimpin redaksi ia mengizinkan pamuatan lagu Indonesia Raya dalam surat kabar Sin Po, karena pengarang lagu tersebut (W.R. Supratman) juga wartawan di surat kabar itu. Kek Beng menulis cukup banyak buku, tetapi yang terkenal adalah Doea Poeloe Lima Taon Sebagai Wartawan (1948) tentang pengalamannya sebagai wartawan. Tulisan-tulisan Kwee Kek Beng mirip sketsa, dan sangat kaya dengan ungkapan-ungkapan yang hidup dalam masyarakat Betawi. Di kalangan sastrawan atau wartawan sezamannya, ia dikenal sebagai pelopor "pojok", sebuah rubrik di surat kabar atau majalah yang berisi kritik sosial atas berbagai persoalan aktual yang terjadi di tengah masyarakat. Ia sangat terpelajar. Menulis 6 judul buku. Ia wartawan yang sangat terkenal. Kritik-kritiknya disegani karena ilmiah.

Rujukan

  1. ^ Lie, Ravando (15 Januari 2019). "Kwee Kek Beng, Sang Pendekar Pena dari Batavia". Tirto. Diakses tanggal 08 May 2021. 

Lihat pula

Daftar pustaka

Buku

  • Gardner, Daniel K. (2007). The Four Books: The Basic Teachings of the Later Confucian Tradition. Indianapolis/Cambridge: Hackett Publishing Company. ISBN 978-087-2208-26-1. 
  • Goan, Ang Jan (2009). Memoar Ang Jan Goan, 1894–1984: Tokoh Pers yang Peduli Pembangunan Bangsa. Jakarta: Yayasan Nabil Hasta Mitra. ISBN 978-979-8659-37-9. 
  • Goddard, Dwight (1939). Laotzu's Tao and Wu Wei. Vermont: Library of Alexandria. ISBN 978-146-5577-84-9. 
  • Kahin, George McTurnan (2018). Nationalism and Revolution in Indonesia. New York: Cornell University Press. ISBN 978-150-1731-39-6. 
  • Lee, Lai To (1987). The 1911 Revolution–The Chinese in British and Dutch Southeast Asia. Singapura: Heinemann Asia. ISBN 978-997-1641-12-2. 
  • Lee, Khoon Choy (2013). Golden Dragon and Purple Phoenix: The Chinese and Their Multi-Ethnic Descendants in Southeast Asia. London: World Scientific. ISBN 978-981-4383-44-8. 
  • Salmon, Claudine (1981). Literature in Malay by the Chinese of Indonesia: A Provisional Annotated Bibliography. Paris: Editions de la Maison des Sciences de l'Homme. ISBN 978-083-5705-92-9. 
  • Setiono, Benny Gatot (2008). Tionghoa dalam Pusaran Politik (Mengungkap Fakta Tersembunyi Orang Tionghoa di Indonesia). Jakarta: Transmedia Pustaka. ISBN 978-979-7990-52-7. 
  • Setyautama, Sam (2008). Tokoh-Tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 978-602-4246-61-7. 
  • Suryadinata, Leo (1988). Kebudayaan Minoritas Tionghoa di Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 978-979-4034-22-4. 
  • Suryadinata, Leo (1990). Mencari Identitas Nasional: Dari Tjoe Bou San sampai Yap Thiam Hien. Jakarta: LP3ES. ISBN 978-979-8015-66-3. 
  • Suryadinata, Leo (1996). Sastra Peranakan Tionghoa Indonesia. Jakarta: Grasindo. ISBN 978-979-5538-55-4. 
  • Suryadinata, Leo (2005). Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia 1900–2002. Jakarta: LP3ES. ISBN 978-979-3330-29-7. 
  • Suryadinata, Leo (2010). Etnis Tionghoa dan Nasionalisme Indonesia: Sebuah Bunga Rampai, 1965–2008. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. ISBN 978-979-7095-307. 
  • Suryadinata, Leo (2010). Tokoh Tionghoa dan Identitas Indonesia: Dari Tjoe Bou San Sampai Yap Thiam Hien. Jakarta: Komunitas Bambu. ISBN 978-979-3731-75-9. 
  • Suryadinata, Leo (2012). Southeast Asian Personalities of Chinese Descent: A Biographical Dictionary, Volume I and II. Singapura: Institute of Southeast Asian Studies, Chinese Heritage Center. ISBN 978-981-4345-21-7. 
  • Suryadinata, Leo (2012). Southeast Asian Personalities of Chinese Descent: Glossary and Index Volume 2. Singapura: Institute of Southeast Asian Studies, Chinese Heritage Center. ISBN 978-981-4414-13-5. 
  • Yao, Xinzhong; Yao, Hsin-chung (2000). An Introduction to Confucianism. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 978-052-1644-30-3. 
  • Wibowo, I.; Lan, Thung Ju (2010). Setelah Air Mata Kering: Masyarakat Tionghoa Pasca Peristiwa Mei 1998. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. ISBN 978-979-7094-72-0. 

Periksa

  • Berg, H.J. van den (1954). Asia dan Dunia Sedjak 1500: Sedjarah Umum dalam Bentuk Monograph. Jakarta: J.B. Wolters. 
  • Lan, Nio Joe (1940). Riwajat 40 Taon dari Tiong Hoa Hwee Koan–Batavia (1900–1939). Batavia: Tiong Hoa Hwee Koan. 
  • Lan, Nio Joe (1962). Sastra Indonesia-Tionghoa. Jakarta: Gunung Agung. 
  • Matakin (Majelis Tinggi Agama Konghucu) (1970). Su-Si (Kitab yang Empat). Surakarta: Elizabeth Matakin. 
  • San, Tjoe Bou (1921). Pergerakan Tionghoa di Hindia Olanda dan Mr. P.H. Fromberg Sr. (PDF). Batavia: Drukkerij Sin Po. 
  • Suryadinata, Leo (1984). Dilema Minoritas Tionghoa. Yogyakarta: Grafitipers. 
  • Suryadinata, Leo (1986). Politik Tionghoa Peranakan di Jawa: 1917–1942. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 

Jurnal

Pranala luar