Kwee Hing Tjiat

Revisi sejak 10 Desember 2022 11.50 oleh Saiful Arvandy (bicara | kontrib) (Merapikan tulisan)

Kwee Hing Tjiat (lahir Surabaya, 1891, wafat Semarang, 27 Juni 1939) adalah seorang jurnalis Melayu-Tionghoa dan mendapat julukan "Sang Naga Jurnalistik Melayu – Tionghoa". Ia melewatkan masa kecil di Surabaya. Pada usia 21 tahun (1913), bersama Lie Biauw Kie, Tjia Tjiep Ling, Tan Tjiang Ling, Liem Thoan Tik, dan Liem Tjhioe Kwie, ia mendirikan mingguan yang pertama terbit di Surabaya bernama Bok Tok.

Kwee Hing Tjiat.

Pada tahun 1914 ia telah menjadi redaktur kepala (hoofdredacteur) mingguan Tjhoen Tjhioe yang dipimpin Tjoa Jan Hie. Pada tahun yang sama ia menjadi redaktur kepala Palita di Yogyakarta. Pada triwulan kedua 1916 ia menjadi redaktur kepala pertama dari kalangan Tionghoa pada harian Sin Po Batavia.

Di usia 26 tahun (1918) ia berangkat ke Eropa dan tinggal di Berlin, untuk urusan perdagangan tembakau pada firma Hoo Tik Thay di Surabaya, namun dunia jurnalistik tidak pernah lepas dari hidupnya. Di Berlin ia menulis buku yang berjudul Dua Kepala Batu. Ia kembali ke Indonesia (waktu itu masih Hindia Belanda) tahun 1923, tetapi sesampainya ia di Pelabuhan Tanjung Priok ia ditolak masuk. Lalu ia berdiam di Shanghai dan menulis untuk berbagai suratkabar di Tiongkok dan di Tanah Jawa.


Mendirikan Matahari di Semarang.

Atas jaminan Oei Tiong Ham Concern Kiam Gwan, Kwee Hing Tjiat pada tahun 1934 diperbolehkan kembali ke Indonesia. Pada 1 Agustus 1934, Kwee Hing Tjiat mendirikan surat kabar Tionghoa Melaju yang ia beri nama Matahari. Ia bekerja bersama dengan pembatu-pembantu awalnya. Mereka ialah Liem Koen Hian, Mr. Ko Kwat Tiong, Kwee Tek Hoaij, Kwee Thiam Tjing, Njonja Tjoa Hin Hoei, Njonja Lim Sam Tjiang, dan Nona Thung Tien.

Kwee Hing Tjiat wafat pukul 19.40, 27 Juni 1939 (pada usia 47 tahun) di Semarang.

Lihat pula

Daftar pustaka

Buku

  • Gardner, Daniel K. (2007). The Four Books: The Basic Teachings of the Later Confucian Tradition. Indianapolis/Cambridge: Hackett Publishing Company. ISBN 978-087-2208-26-1. 
  • Goan, Ang Jan (2009). Memoar Ang Jan Goan, 1894–1984: Tokoh Pers yang Peduli Pembangunan Bangsa. Jakarta: Yayasan Nabil Hasta Mitra. ISBN 978-979-8659-37-9. 
  • Goddard, Dwight (1939). Laotzu's Tao and Wu Wei. Vermont: Library of Alexandria. ISBN 978-146-5577-84-9. 
  • Kahin, George McTurnan (2018). Nationalism and Revolution in Indonesia. New York: Cornell University Press. ISBN 978-150-1731-39-6. 
  • Lee, Lai To (1987). The 1911 Revolution–The Chinese in British and Dutch Southeast Asia. Singapura: Heinemann Asia. ISBN 978-997-1641-12-2. 
  • Lee, Khoon Choy (2013). Golden Dragon and Purple Phoenix: The Chinese and Their Multi-Ethnic Descendants in Southeast Asia. London: World Scientific. ISBN 978-981-4383-44-8. 
  • Salmon, Claudine (1981). Literature in Malay by the Chinese of Indonesia: A Provisional Annotated Bibliography. Paris: Editions de la Maison des Sciences de l'Homme. ISBN 978-083-5705-92-9. 
  • Setiono, Benny Gatot (2008). Tionghoa dalam Pusaran Politik (Mengungkap Fakta Tersembunyi Orang Tionghoa di Indonesia). Jakarta: Transmedia Pustaka. ISBN 978-979-7990-52-7. 
  • Setyautama, Sam (2008). Tokoh-Tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 978-602-4246-61-7. 
  • Suryadinata, Leo (1988). Kebudayaan Minoritas Tionghoa di Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 978-979-4034-22-4. 
  • Suryadinata, Leo (1990). Mencari Identitas Nasional: Dari Tjoe Bou San sampai Yap Thiam Hien. Jakarta: LP3ES. ISBN 978-979-8015-66-3. 
  • Suryadinata, Leo (1996). Sastra Peranakan Tionghoa Indonesia. Jakarta: Grasindo. ISBN 978-979-5538-55-4. 
  • Suryadinata, Leo (2005). Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia 1900–2002. Jakarta: LP3ES. ISBN 978-979-3330-29-7. 
  • Suryadinata, Leo (2010). Etnis Tionghoa dan Nasionalisme Indonesia: Sebuah Bunga Rampai, 1965–2008. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. ISBN 978-979-7095-307. 
  • Suryadinata, Leo (2010). Tokoh Tionghoa dan Identitas Indonesia: Dari Tjoe Bou San Sampai Yap Thiam Hien. Jakarta: Komunitas Bambu. ISBN 978-979-3731-75-9. 
  • Suryadinata, Leo (2012). Southeast Asian Personalities of Chinese Descent: A Biographical Dictionary, Volume I and II. Singapura: Institute of Southeast Asian Studies, Chinese Heritage Center. ISBN 978-981-4345-21-7. 
  • Suryadinata, Leo (2012). Southeast Asian Personalities of Chinese Descent: Glossary and Index Volume 2. Singapura: Institute of Southeast Asian Studies, Chinese Heritage Center. ISBN 978-981-4414-13-5. 
  • Yao, Xinzhong; Yao, Hsin-chung (2000). An Introduction to Confucianism. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 978-052-1644-30-3. 
  • Wibowo, I.; Lan, Thung Ju (2010). Setelah Air Mata Kering: Masyarakat Tionghoa Pasca Peristiwa Mei 1998. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. ISBN 978-979-7094-72-0. 

Periksa

  • Berg, H.J. van den (1954). Asia dan Dunia Sedjak 1500: Sedjarah Umum dalam Bentuk Monograph. Jakarta: J.B. Wolters. 
  • Lan, Nio Joe (1940). Riwajat 40 Taon dari Tiong Hoa Hwee Koan–Batavia (1900–1939). Batavia: Tiong Hoa Hwee Koan. 
  • Lan, Nio Joe (1962). Sastra Indonesia-Tionghoa. Jakarta: Gunung Agung. 
  • Matakin (Majelis Tinggi Agama Konghucu) (1970). Su-Si (Kitab yang Empat). Surakarta: Elizabeth Matakin. 
  • San, Tjoe Bou (1921). Pergerakan Tionghoa di Hindia Olanda dan Mr. P.H. Fromberg Sr. (PDF). Batavia: Drukkerij Sin Po. 
  • Suryadinata, Leo (1984). Dilema Minoritas Tionghoa. Yogyakarta: Grafitipers. 
  • Suryadinata, Leo (1986). Politik Tionghoa Peranakan di Jawa: 1917–1942. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 

Jurnal

Pranala luar