Krisis energi global 2021–2022

krisis dunia akibat kekurangan pasokan energi
Revisi sejak 11 Desember 2022 14.31 oleh PutraHP (bicara | kontrib)

Krisis energi global 2021–2022 adalah gangguan atau kekurangan pada penyediaan pasokan sumber daya energi. Kondisi ini diawali dari ketidakcukupan persediaan dan kenaikan harga bahan bakar yang terjadi setelah pandemi Covid-19 dan diperburuk oleh invasi Rusia terhadap Ukraina pada Februari 2022.[1]

Harga gas fosil di Eropa dan Amerika Serikat tahun 2018-Juli 2022
  National Balancing Point (NBP) harga gas fosil Inggris
  Title Transfer Facility (TTF) harga gas fosil Eropa
  Henry Hub harga gas fosil Amerika Serikat

Krisis ini terjadi akibat pemulihan ekonomi yang bersifat masif setelah pandemi, kondisi cuaca berupa musim panas di sebagian besar belahan bumi bagian utara, dan pengurangan kiriman gas dari Rusia ke Uni Eropa.[1][2]

Penyebab

Pandemi Covid-19

Mata rantai pertama terjadinya krisis energi global 2021-2022 adalah pandemi Covid-19 di awal tahun 2019. Karantina wilayah dan pembatasan perjalanan menyebabkan penurunan aktivitas industri dan ekonomi yang berdampak pada harga bahan bakar di pasar dunia.[3]

Pada tahun 2020, penurunan aktivitas industri dan kapasitas ekonomi serta diberlakukannya karantina wilayah di berbagai negara di seluruh dunia menyebabkan penurunan investasi di bidang energi. Tercatat penurunan secara umum sebesar 20% jika dibandingkan tahun 2019, dengan penurunan di Cina 12%, Amerika Serikat 25%, dan Uni Eropa 17%. Masih di tahun yang sama, Terjadi juga penurunan investasi di sektor industri minyak dan gas hingga sebesar 32,4% jika dibandingkan tahun 2019. Kondisi ini disebabkan oleh perlambatan ekonomi, penurunan aktivtas industri dan pendapatan akibat rendahnya harga. Investasi sektor listrik juga turun sebesar 10.4% dibandingkan tahun 2019 akibat karantina wilayah.[4]

Penurunan investasi di sektor industri dan sektor terkait, menyebabkan penurunan harga minyak di sekitar bulan Februari hingga Maret 2020 akibat menurunnya aktivitas transportasi dan terbatasnya cadangan di negara-negara penghasil minyak.[5] Di berbagai negara Eropa seperti Jerman dan Inggris, harga listrik selama masa karantina wilayah juga mengalami penurunan akibat menurunnya permintaan sehubungan ditutupnya berbagai sentra bisnis dan industri.[6] Penelitian analisis kuantitatif yang dilakukan oleh Zonghan Li dan kawan-kawan memperkirakan terdapat sekitar 1,62% penurunan konsumsi listrik di Jerman dan lima negara bagian Amerika Serikat (California, Texas, Florida, New York, dan Tennessee) akibat pandemi Covid-19.[7] Negara Eropa, Afrika, Amerika Utara, Amerika selatan, dan Oseania (Australia, Melanesia, Mikronesia, Polinesia) mengalami fluktuasi harga minyak yang signifikan hanya dalam kurun waktu 3 bulan di kisaran 11-39%.[8]

Pembatasan mobilisasi akibat pandemi di seluruh dunia menyebabkan penurunan angka penjualan kendaraan bermotor roda empat. International Energy Agency (IEA) mencatat penurunan ini hingga 50-80% di India, Amerika Serikat, dan Tiongkok.[9] Menyusul diumumkannya Covid-19 sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) pada bulan Maret 2020, harga karbon di Uni Eropa mengalami penurunan hingga 20-30%.[10]

Referensi

  1. ^ a b "Global Energy Crisis". IEA (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 1 Desember 2022. 
  2. ^ Aldila, Nindya (23 Mei 2022). "Krisis Energi Global Semakin Parah, Beberapa Negara Terancam Pemadaman Listrik". Bisnis.com. Diakses tanggal 1 Desember 2022. 
  3. ^ Kuzemko, Caroline; Bradshaw, Michael; Bridge, Gavin; Goldthau, Andreas; Jewell, Jessica; Overland, Indra; Scholten, Daniel; Van de Graaf, Thijs; Westphal, Kirsten (1 Oktober 2020). "Covid-19 and the politics of sustainable energy transitions". Energy Research & Social Science. 68: 101685. doi:10.1016/j.erss.2020.101685. ISSN 2214-6296. 
  4. ^ "World Energy Investment 2020 – Analysis". IEA. Diakses tanggal 11 Desember 2022. 
  5. ^ "Covid-19 – Topics". IEA. Diakses tanggal 11 Desember 2022. 
  6. ^ Halbrügge, Stephanie; Schott, Paul; Weibelzahl, Martin; Buhl, Hans Ulrich; Fridgen, Gilbert; Schöpf, Michael (1 Maret 2021). "How did the German and other European electricity systems react to the COVID-19 pandemic?". Applied Energy. 285: 116370. doi:10.1016/j.apenergy.2020.116370. ISSN 0306-2619. 
  7. ^ Li, Zonghan; Ye, Hongkai; Liao, Najia; Wang, Ruoxi; Qiu, Yang; Wang, Yumo (September 2022). "Impact of COVID-19 on electricity energy consumption: A quantitative analysis on electricity". International Journal of Electrical Power & Energy Systems. 140: 108084. doi:10.1016/j.ijepes.2022.108084. ISSN 0142-0615. 
  8. ^ Christopoulos, Apostolos G.; Kalantonis, Petros; Katsampoxakis, Ioannis; Vergos, Konstantinos (11 Oktober 2021). "COVID-19 and the Energy Price Volatility". Energies. 14 (20): 6496. doi:10.3390/en14206496. ISSN 1996-1073. 
  9. ^ "Oil – Global Energy Review 2020 – Analysis". IEA. Diakses tanggal 11 Desember 2022. 
  10. ^ Steffen, Bjarne; Egli, Florian; Pahle, Michael; Schmidt, Tobias S. (17 Juni 2020). "Navigating the Clean Energy Transition in the COVID-19 Crisis". Joule. 4 (6): 1137–1141. doi:10.1016/j.joule.2020.04.011. ISSN 2542-4351.