Teori konvergensi simbolik

Revisi sejak 12 Desember 2022 10.50 oleh Xyalalaaalax (bicara | kontrib) (Menambahkan Template)

Teori konvergensi simbolik (bahasa Inggris: Symbolic Convergence Theory) berfokus terhadap perilaku anggota kelompok. Teori ini memiliki pemahaman bahwa interaksi yang dilakukan oleh manusia pada suatu kelompok tertentu meiliki kohesivitas dan penguatan kesadaran dalam suatu kelompok. Teori ini diilhami dari hasil riset yang dilakukan oleh Robert Bales mengenai komunikasi dalam kelompok -kelompok kecil yang kemudian dikenal dengan istilah Fantasy Theme. Kemudian Ernest Bormann meminjam meminjam gagasan tersebut untuk direplikasi kedalam tindakan retoris masyarakat dalam skala yang lebih luas dari sekedar proses komunikasi kelompok kecil. Fungsi dari teori ini adalah untuk menganalisa interaksi yang terjadi di dalam skala kelompok kecil. Dalam hal ini dapat berupa kelompok sosial, kelompok tugas maupun kelompok dalam suatu pergaulan. [1]

Istilah - istilah penting

Fantasy theme ( tema fantasi) menjadi hal harus dimengerti dalam memahami teori ini. Tema fantasi dapat diartikan sebagai isi pesan yang didramatisasi sehingga memicu rantai fantasi. Dramatisasi pesan dapat disampaikan dalam bentuk permainan kata, cerita ataupun lelucon yang dilakukan secara spontanitas. Kemudian hal yang perlu dipahami adalah Fantasy chain (rantai fantasi), melalui rantai fantasi ini pesan yang didramatisasi diharapkan mendaptakan tanggapan dari partisipan yang mengikuti kominikasi tersebut, dengan demikian akan terciptanya rantai intensitas interaksi dari kedua pihak yang terkait. Tipe fantasi (Fantasy Type) merupakan kerangka narasi yang terkait dengan pertanyaan atau masalah tertentu. Interaksi yang sudah tercipta dalam waktu yang lama akan tercipta simbol simbolis yang akan dipahami secara bersama. Rhetorical Visions (Visi retoris) pada tahap ini tema - tema fantasi telah berkembang melebar keluar dari kelompok yang mengembngkan fantasi tersebut. Dengan adanya perkembangan maka tema fantasi ini akan terbentuk rhetorical community (komunitas retoris).[2]

Asumsi dasar

Terdapat tiga aspek yang membentuk teori konvergensi simbolik yang pertama, penemuan dan penataan bentuk dan pola komunikasi yang terjadi secara berulang - ulang sehingga memunculkan kesadaran bersama kelompok secara evolutif, lalu yang kedua adalah adanya kecenderungan yang dinamis dalam sistem komunikasi yang menjawab alasan dari munculnya kesadaran dalam suatu kelompok. Kemudian yang ketiga adalah faktor - faktor yang menerangkan alasan keterlibatan orang - orang terlibat dalam tindakan berbagai fantasi. Selain ketiga aspek tersebut, terdapat juga asumsi lainnya. Yang pertama dengan adanya komunikasi yang tercipta akan mengakibatkan terbentuknya realistis melalui pengaitan kata - kata yang bersumber dari pengalaman atau pengetahuan yang diperoleh. Kemudian yang kedua realitas bersama yang didapatkan dari penyatuan simbolik dapat dimaknai secara individu. Dengan demikian realita pada teori ini dapat di susun narasi sehingga dapat dipercayai oleh orang - orang yang terdapat pada kelompok tertentu.[3]

Interaksi simbolik

Pada dasarnya esensi dari interaksi simbolik ini merupakan suatu aktivitas yang menjadi ciri khas pada manusia yang didapatkan melalui komunikasi yang dilakukan oleh manusia, baik komunikasi secara langsung ataupun secara idak langsung yang dilakukan melalui pergantian simbol - simbol yang memiliki makna tertentu. Melalui perspektif ini hal yang ditonjolkan adalah usaha untuk memahami perilaku - perilaku manusia yang dinilai dari sudut pandang subjeknya. Perspektif ini melihat proses manusia dalam berinterasi harus mempertimbngkan perasaan manusia lainnya sebagai lawan interaksinya. Pada dasarya perspektif yang digunakan pada interaksi simbolik ini menggunakan premis - premis tertentu yang dipahami oleh semua anggota kelompoknya. [4]

Referensi

  1. ^ Camelia, Dina. "" TEORI KONVERGENSI SIMBOLIK " (KOMUNIKASI KELOMPOK)". 
  2. ^ Suryadi, Israwati (2010/10). "TEORI KONVERGENSI SIMBOLIK" (PDF). JURNAL ACADEMICA Fisip Untad. 02 (02): 426 – 437. 
  3. ^ Oro, Epifanius Putra; Andung, Petrus Ana; Liliweri, Yohanes K. N. (2020-07-15). "Konvergensi Simbolik Dalam Membangun Kohesivitas Kelompok". Jurnal Communio : Jurnal Jurusan Ilmu Komunikasi (dalam bahasa Inggris). 9 (1): 1507–1522. doi:10.35508/jikom.v9i1.2286. ISSN 2745-5769. 
  4. ^ F. . Elsakina, Raissa (2016/10). "KONVERGENSI SIMBOLIK DALAM KOMUNIKASI KELOMPOK KOMUNITAS STAND UP INDO PEKANBARU" (PDF). JOM FISIP. 03 (02): 1–14.  line feed character di |title= pada posisi 47 (bantuan);