Wati9507
Krisis identitas dan krisis moral adalah dua hal yang berbeda tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keduanya merupakan bagian dari krisis multidimensional. Keduanya harus mampu dipahami dalam konsep yang paling mendasar antara moralitas dan identitas itu sendiri
Perkembangan pesat teknologi dan kemajuan globalisasi melahirkan generasi yang instan. Masyarakat cenderung terbatasi dalam melakukan interaksi dengan lingkungan sekitar karena dininabobokkan oleh perkembangan teknologi. Sehingga sangat sulit sekali bagi manusia untuk dapat
mengidentifikasi diri dengan komunitas di lingkungan sekitarnya. Kemajuan teknologi semacam melahirkan sebuah budaya baru di mana mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.
Hal tersebut merupakan perspektif dari sisi moralitas.
Dari sisi identitas, kecenderungan manusia dalam suatu negara mengonsumsi berbagai produk dari negara-negara maju. Hal ini bertendensi bagi masyarakat untuk mempraktikkan budaya atau gaya hidup negara-negara maju, di mana dapat kita saksikan bersama secara realitas generasi bangsa kita hari ini yang sudah kecanduan budaya-budaya luar.
Walaupun secara harfiah realitas menurut Albert Eisten adalah ilusi, tetapi sifatnya memaksa. Tidak heran hari ini generasi kita hampir melupakan dan tidak mampu mengenali identitas dari bangsanya sendiri. Krisis identitas ini yang merupakan bentuk kewaspadaan yang harus mampu untuk dapat ditinjau kembali.
Menurut Durkheim dalam Lukes 1972, nilai- nilai, norma-norma, dan keyakinan- keyakinan yang merupakan bagian dari moralitas dimiliki secara bersama oleh setiap anggota suatu masyarakat. Intensitas menunjukkan sejauh mana moralitas atau kesadaran kolektif itu memiliki kekuatan untuk mengarahkan pikiran, sikap, dan tindakan
seseorang. Determinateness menunjukkan tingkat kejelasan setiap komponen yang merupakan bagian moralitas. Wati9507 (bicara) 17 Desember 2022 03.14 (UTC)