Toko Gunung Agung

perusahaan asal Indonesia
Revisi sejak 19 Desember 2022 00.19 oleh 116.206.14.63 (bicara) (hehe)

Toko Gunung Agung udah ga laku (nama resmi perusahaan PT GA Tiga Belas) merupakan perintis toko buku dan alat tulis di Indonesia. Perusahaan ini mulai didirikan pada tahun 1953 oleh Tjio Wie Tay. Bisa dikatakan, toko buku ini merupakan pengembangan dari bisnis berdagang buku bekas yang sudah dijalani Tjio (kemudian berganti nama menjadi Masagung) sejak tahun 1940-an yang kemudian berkembang menjadi Tay San Kongsie bersama dua rekannya. Belakangan, kongsi itu pecah, dan Tjio bersama Lie Tay San membangun sebuah toko buku baru di daerah Kwitang, bernama Fa. Gunung Agung yang berlokasi di Jalan Kwitang, Jakarta. Tercatat, kantor pusat toko buku ini tidak pernah pindah dari sana hingga sekarang.[1]

PT GA Tiga Belas
Toko Gunung Agung
privat
IndustriToko buku
Didirikan1953
PendiriTjio Wie Tay
Kantor pusat
Jl. Kwitang No. 6, Jakarta
,
Cabang
34
Situs webwww.tokogunungagung.com
Salah satu gerai Toko Gunung Agung di tahun 1954

Bisnis Gunung Agung mulai berkembang ketika perusahaan ini banyak menyelenggarakan pameran buku, dimulai ketika Fa. Gunung Agung mulai beroperasi. Dengan itulah nama usaha Masagung mulai dikenal dan kemudian dipercayakan banyak tokoh penting sebagai penerbit buku mereka. Toko buku Gunung Agung pun membuka cabang di Yogyakarta, Medan, Riau, hingga Papua. Bahkan pada 1965 cabang Toko Gunung Agung dibuka pula di Tokyo. Selain itu, bisnis Toko Gunung Agung kemudian juga merambah ke percetakan, penerbitan, distribusi, hingga impor majalah. Pada akhir 1980-an, Masagung menyerahkan kepemimpinan perusahaan kepada anak-anaknya, sampai saat ini.[1]

Saat ini, Toko Gunung Agung telah memiliki 30 cabang di kota besar Jawa dan Bali dengan luas area penjualan 28.000 meter persegi; 20 cabang diantaranya berada di Jakarta dan sekitarnya. Selain memiliki Toko Gunung Agung, kini PT GA Tiga Belas juga memiliki 4 cabang toko buku dengan merek dagang TGA Bookstore yang berada di Senayan City, Pondok Indah Mall, ANZ Thamrin Nine dan Galaxy Mall. Perbedaan antara Toko Gunung Agung dengan TGA Bookstore adalah dari segi segmen pasar yang dituju: TGA Bookstore lebih membidik pasar kelas menengah ke atas, sehingga barang-barang yang dijual disesuaikan dengan target pasar, khususnya buku-buku impor.

Perusahaan saat ini memiliki 3 anak perusahaan, yaitu PT Perdana Makmur Agung, yang bergerak di bidang ekspor impor dan distribusi, PT Ayu Masagung, yang bergerak di bidang perdagangan valuta asing dan PT Timpani Agung, yang bergerak di dalam bidang penerbitan.

Perusahaan

Awalnya, sejak 1980-an, toko-toko buku Toko Gunung Agung dikelola di bawah PT Toko Gunung Agung Tbk yang didirikan pada tahun 1980, awalnya berbentuk CV bernama Ayumas Jakarta. Nama Toko Gunung Agung kemudian mulai digunakan sebagai nama perusahaan (PT Toko Gunung Agung) pada September 1990.[2] Perusahaan ini kemudian go public di tanggal 6 Januari 1992 dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya (sekarang Bursa Efek Indonesia) dengan kode emiten TKGA.[3][4] Selama bertahun-tahun, Toko Gunung Agung telah menjadi satu-satunya toko buku dan alat tulis di Indonesia yang sudah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia.

Belakangan, PT Toko Gunung Agung Tbk diakuisisi oleh PT Permata Prima Energi dalam rights issue senilai Rp 480 miliar di bulan Maret 2013,[3] dan seluruh aset/bisnis toko bukunya (bersama anak usahanya saat itu PT Ayu Masagung, PT Perdana Makmur Agung, PT Timpani Agung, dan PT Panja Indohightech Komputer) dialihkan ke PT GA Tiga Belas yang kemudian menjadi pengelola baru Toko Gunung Agung sampai saat ini.[5] Berbeda dengan PT Toko Gunung Agung Tbk, status PT GA Tiga Belas adalah perusahaan tertutup.

Sedangkan eks-PT Toko Gunung Agung Tbk berganti nama menjadi PT Permata Prima Sakti Tbk sejak 28 Februari 2013 yang menjadi perusahaan batu bara lewat anak usaha PT Permata Energy Resources.[5][6][7] Namun, kiprah PT Permata Prima Sakti Tbk hanya bertahan 4 tahun sebelum akhirnya delisting dari bursa sejak 15 November 2017 akibat telah disuspensi perdagangannya selama 2 tahun lebih,[8] terhitung sejak 21 Oktober 2014 dan tidak memenuhi kewajibannya di BEI.[9][10]

Penghargaan

  • Superbrands
  • Perusahaan Pelopor (Majalah Swasembada)
  • Perusahaan Legendaris (Majalah Warta Ekonomi)

Outlet Toko Gunung Agung

DKI Jakarta

Outlet TGA Bookstore

DKI Jakarta

Surabaya

Rujukan

Pranala luar