Museum Seni Keramik Tanteri
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Oktober 2022. |
Museum Seni Keramik Tanteri adalah sebuah museum yang terletak di Banjar Simpangan, Desa Pejaten, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Fungsi khusus dari Museum Seni Keramik Tanteri adalah untuk mengoleksi dan memamerkan beragam jenis gerabah dan keramik dari berbagai daerah di Indonesia. Sebagian besar koleksi berasal dari Desa Pejaten. Pendirian museum diadakan pada tanggal 30 Mei 2011. Lokasinya di Kabupaten Tabanan, Bali. Pengelolanya adalah Yayasan Tanteri. Nama ‘Tanteri’ diambil dari nama kepala desa bernama I Made Tanteri yang mengembangkan kerajinan keramik di Desa Pejaten. Tokoh lain yang berperan dalam pengembangan tersebut yaitu I Wayan Kerta, Mangku Kuturan, I Made Durya dan Hester Tjebbes. Keramik yang dikoleksi dibuat melalui pembakaran dengan suhu yang tinggi. Titik koordinatnya di: 8°34’34.4” Lintang Selatan dan 115°06’24.7” Bujur Timur. Akses ke museum melalui arah Bandar Udara Ngurah Rai sejauh 28 kilometer.[1]
Didirikan | 20 Mei 2011 |
---|---|
Lokasi | Banjar Simpangan, Desa Pejaten, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali - Indonesia |
Situs web | www.museumtanteribali.com museum.kemdikbud.go.id |
Pendiri
suntingMuseum Seni Keramik Tanteri didirikan oleh I Made Tanteri dan kawan-kawannya. Ia dahulu menjabat sebagai Kepala Desa Pejaten. Selama hidupnya, ia memberikan perhatian terhadap keramik Pejaten dan mengembangkannya selama 29 tahun menjabat sebagai kepala desa. Ia mendapatkan penghargaan Upakarti pada tahun 1986 dari Presiden Indonesia. Tokoh lain yang membantu pendirian museum ini adalah Hester Tjebbes. Ia adalah seorang seniman dan konsultan keramik dari Belanda. Tjebbes merupakan tokoh yang memperkenalkan teknik pembakaran suhu tinggi dalam pembuatan keramik. Museum ini berawal dari unit pelatihan dan pengembangan keramik yang dikelola oleh Tanteri dan Tjebbes pada tahun 1985. Dana penyelenggaraan diberikan oleh HIVOS Dutch Foundation.[2]
Jadwal kunjungan
suntingMuseum ini dibuka baik untuk anggota dan umum, setiap hari terkecuali hari besar nasional dan hari libur tertentu seperti Galungan, Kuningan, dan Thanksgiving. Harga tiket masuknya pun beragam, tergantung usia dan keanggotaan. Gratis bagi anak-anak di bawah usia 12 tahun.
Hari | Jam Operasi |
---|---|
Senin | 08:00:00 - 17:00:00 WITA |
Selasa | 08:00:00 - 17:00:00 WITA |
Rabu | 08:00:00 - 17:00:00 WITA |
Kamis | 08:00:00 - 17:00:00 WITA |
Jumat | 08:00:00 - 17:00:00 WITA |
Sabtu | 12:00:00 - 17:00:00 WITA |
Minggu | 12:00:00 - 17:00:00 WITA |
Hari Libur Nasional/Tertentu | Tutup |
Referensi
sunting- ^ Rusmiyati, dkk. (2018). Katalog Museum Indonesia Jilid II (PDF). Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. hlm. 262–263. ISBN 978-979-8250-67-5.
- ^ "Tanteri Museum Of Ceramic Art". www.iheritage.id. Diakses tanggal 10 Juli 2021.