Rumah Hijau Denassa

Revisi sejak 25 Desember 2022 02.17 oleh Ariyanto (bicara | kontrib)

Rumah Hijau Denassa (RHD)[1] adalah area konservasi dan edukasi swadaya yang terletak di Jln. Borongtala, Kelurahan Tamallayang, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. RHD juga dikenal sebagai taman ekologi atau area penyelamatan keanekaragaman hayati yang didirikan pada tahun 2007 oleh Darmawan Denassa.[2][3] RHD dikembangkan dengan tagline konservasi, edukasi, harmoni. RHD menyelamatkan keanekaragaman hayati dengan cara yang khas, karena selain menanam kembali tanaman lokal, endemik, dan langka, juga meyelamatkan kisah tentang tanaman-tanaman itu dari persfektif budaya, sosiologi, ekologi Bugis-Makassar dan cerita unik keanekaragaman hayati nusantara. RHD berjarak 19 Km sebelah selatan Sungguminasa, ibukota Kabupaten Gowa atau 31 Km dari pusat Kota Makassar dengan jarak tempuh sekitar 60 menit.

RHD telah menjadi salah satu tujuan ekowisata di Sulawesi Selatan, yang banyak dikunjungi siswa TK hingga mahasiswa bahkan tamu dari puluhan negara sahabat untuk belajar lingkungan hidup, pangan lokal, budaya, tradisi, dan literasi. Dengan kian tingginya minat berbagai pihak belajar dan peduli pada lingkungan dan wisata berkelanjutan,[4] Denassa kemudian mendirikan area konservasi baru yang dikenal dengan nama Kebun Denassa atau Denassa Botanical Garden dengan kegiatan utama konservasi, wisata, dan literasi.[5]

Konservasi

Sulawesi sebagai pulau terbesar di gugusan Wallacea memiliki tingkat endemisitas keaneragaman hayati yang cukup tinggi. Beberapa jenis endemik itu bisa ditemukan di Rumah Hijau Denassa seperti Kayu Hitam Sulawesi atau Eboni (Diospyros celebica), Kayu Kuku (Pericopsis mooniana), Bitti (Vitex cofassus), Uru atau Cempaka Hutan Kasar (Elmerrillia ovalis), beberapa jenis jambu-jambuan (Syzygium). Tanaman endemik di Walacea dan Kalimantan juga menjadi koleksi di RHD seperti Cendana (Santalum album), Ulin (Eusideroxylon zwageri). Terdapat pula tanaman kultural bagi masyarakat Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja seperti Katangka, Karunrung, Baga jenis palma bahan membuat tiang lumbung di Tana Toraja, Landi (Bombax ceiba L.) yang dikenal sebagai pohon madu dalam kultur Mandar, Tarung jenis perdu yang digunakan masyarakat Ammatoa (Kajang) mewarnai benang menjadi hitam.[6]

Selain tumbuhan bebepa jenis hewan endemik hidup dan berkembang di sekitar RHD antara lain Pelanduk Sulawesi (Trichastoma celebense), Kacamata Sulawesi (Zosterops consobrinorum),[7] beberapa jenis serangga, katak, dan lainnya.

Terdapat 17 area konservasi di RHD dengan dikonsep unik dan menarik antara lain Sulawesiana area konservasi yang ditanami tanaman-tanaman dari Sulawesi seperti Tippulu pohon yang digunakan membuat perahu Sandeq di tanah Mandar, Tarra pohon yang digunakan di Toraja memakamkan bayi yang meninggal sebelum giginya tubuh. Area Konservasi Black Spot untuk spesies tanaman yang ada kaitannya dengan hitam seperti Mangga Hitam (Taipa leleng dalam bahasa Makassar), Kayu Hitam, Temu hitam, Pulai Hitam, dan lainnya.

Edukasi

RHD digagas salah satunya untuk dijadikan sebagai kawasan edukasi, untuk mengajarkan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup pada semua kalangan. Didahului dengan adanya Perpustakaan Denassa[8] yang berdiri tahun 1997, RHD mendorong kecintaan warga dan tamu pada buku dan gemar membaca. Tahun 2009 mulai dilaksanan diskusi warga, kemudian dilaksanakan kegiatan rutin bernama Diskusi Tematik yang mengundang para champion lokal berbagi kisah membanggakan mereka melakukan perubahan di kampung atau daerahnya, pada warga yang diundang. Pada tahun 2011 dilaksanakan Outing Class[9] dengan mengajak peserta didik pada sekolah mitra The Gowa Center (TGC) belajar konstekstual dengan memanfaatkan potensi disekitar mereka sebagai sumber dan media ajar yang menyenangkan. Outing Class[10] kemudian berkembang menjadi kegiatan yang melibatkan lebih banyak sekolah dan pihak serta dilaksanakan ke berbagai kecamatan di Gowa hingga kabupaten lain di Sulsel, Sulbar, dan Sumut seperti Bulukumba, Sinjai, Polewali Mandar, Deli Serdang, dll. Pada tahun 2011 pula RHD membuka Kelas Komunitas,[11] dengan fokus mengajak anak usia pra sekolah (PAUD/TK) hingga siswa SMA habit antre, tertib, jujur, literat, melestarikan permainan tradisional, interaksi positif, gotong royong, mengenal dan mencitai lingkungan. Tahun 2014 dibuka English Forest School, pada 2016 dibentuk Kampung Literasi Borongtala.[12] Kegiatan-kegiatan RHD ini terus berlangsung hingga hari ini dan telah direplikasi berbagai pihak. Pelajar, mahasiswa, dan komunitas juga datang meneliti untuk tugas mata pelajaran, mata kuliah, proposal, skripsi, dan tesis.[13]

Sarana Edukasi

RHD dilengkapi dengan sarana dan fasilitas edukasi diantaranya dua pelataran (Mappasomba dan Karannuang)[14] area interaksi untuk diskusi outdor, permainan tradisional, berkemah, kelas memasak (cooking class), dan belajar kelas komunitas serta English Forest School. Perpustakaan Denassa, Taman Baca Denassa[15], dan Balla Rate (rumah panggung) untuk beragam kegiatan merupakan sarana yang dibuat untuk mendukung kegiatan edukasi di RHD.

Referensi

  1. ^ Saturi, Sapariah (2013-08-10). "Belajar Mencintai Alam dari Rumah Hijau Denassa". Mongabay.co.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-12-24. 
  2. ^ Times, I. D. N.; Muin, Ashrawi. "Cerita Pendiri Rumah Hijau Denassa Menjaga Keanekaragaman Hayati di Sulsel". IDN Times. Diakses tanggal 2022-12-24. 
  3. ^ Safitri, Yessi. "Mengenal Darmawan Denassa, Pendiri Rumah Hijau Denassa di Gowa". Radio Idola Semarang. Diakses tanggal 2022-12-24. 
  4. ^ "Rumah Hijau Denassa Jadi Percontohan Penyelamatan Lingkungan di Sulsel". Republika Online. 2022-03-02. Diakses tanggal 2022-12-24. 
  5. ^ Bugispos.com. "Sumanga"na, Outing Class SD Negeri Borong di Kebun Denassa". Bugispos.com. Diakses tanggal 2022-12-24. 
  6. ^ Home; Terkini; News, Top; Terpopuler; Nusantara; Nasional; Hukum; Politik; Daerah. "Rumah Hijau Denassa Kumpulkan 350 Jenis Tanaman". Antara News Makassar. Diakses tanggal 2022-12-24. 
  7. ^ "Burung Pote | Rumah Hijau Denassa | Konservasi, Edukasi, Harmoni". Diakses tanggal 2022-12-24. 
  8. ^ "Perpustakaan Denassa Gowa Dapat Penghargaan Gubernur". Tribun-timur.com. Diakses tanggal 2022-12-24. 
  9. ^ "Outing Class | Rumah Hijau Denassa | Konservasi, Edukasi, Harmoni". Diakses tanggal 2022-12-24. 
  10. ^ Masri, Asmega. "RUMAH HIJAU DENASSA, I AM IN LOVE". Gurusiana. Diakses tanggal 2022-12-24. 
  11. ^ "Rumah Hijau Dennassa Buka Kelas Komunitas". Tribun-timur.com. Diakses tanggal 2022-12-24. 
  12. ^ dhyni (2016-12-13). "Sekda Launching Kampung Literasi di Gowa -" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-12-25. 
  13. ^ Mutmainnah, Mutmainnah (2020). "Peran Rumah Hijau Denassa (RHD) sebagai Penunjang Proses Belajar Masyarakat di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa" (dalam bahasa Inggris). Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. 
  14. ^ Redaksi (2020-11-01). "Rasa memiliki di Rumah Hijau Denassa • Klik Hijau". Klik Hijau. Diakses tanggal 2022-12-24. 
  15. ^ "Kisah Inspiratif dari Hutan Kecil di TBM Denassa" Hal 54/82. Perintisan & Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat. Diterbitkan Kementran Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI, Desember 2021. ISBN: 978-602-358-693-6

Pranala luar