Donorojo, Jepara
Donorojo adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kecamatan ini merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Keling sesuai peraturan daerah kabupaten Jepara Nomor 17 tahun 2007 tentang Pembentukan kecamatan Pakis Aji dan Kecamatan Donorojo serta penataan Kecamatan Mlonggo dan Kecamatan Keling. Kecamatan Donorojo terdiri dari delapan desa yaitu: Bandungharjo, Banyumanis, Blingoh, Clering, Jugo, Sumberejo, Tulakan, dan Ujungwatu.
Donorojo | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Tengah | ||||
Kabupaten | Jepara | ||||
Pemerintahan | |||||
• Camat | - | ||||
Populasi | |||||
• Total | 55,388 jiwa (2.015)[1] jiwa | ||||
Kode Kemendagri | 33.20.16 | ||||
Kode BPS | 3320111 | ||||
Luas | 109,0 km² | ||||
Kepadatan | 510 jiwa/km² | ||||
Desa/kelurahan | 8 desa | ||||
|
Etimologi
Donorojo memiliki dua versi asal usul nama dan artinya, yaitu:
- Versi pertama:
Nama Donorojo berasal dari nama sebuah gunung di wilayah Kecamatan Donorojo, gunung tersebut memiliki keunikan karena gunung tersebut berdiri sendiri, tidak berderet/berjejer membentuk barisan pegunungan.
- Versi Kedua:
Kata Donorojo sendiri bermakna Dono (pemberian), Rojo (raja atau ratu). Karena daerah tersebut pada masa pemerintahan Ratu Wilhemina, Ratu Belanda untuk membangun Rumah Sakit Kusta dan Gereja tempat perawatan serta peribadatan penderita kusta seluruh Hindia Belanda. Untuk membangun gereja dengan ciri arstitektur Belanda, kaca warna-warni yang menghiasi bangunan gereja ini pun didatangkan langsung dari Negeri Belanda. Desain pengaturan ruang di dalam gereja ini pun khusus. Ada pemisahan antara penderita kusta dan para karyawan serta penduduk sekitar.
Penduduk
Agama
Warga Donorojo beragama Islam, Kristen, dan sisanya mempertahankan tradisi Kejawen yang dikenal dengan istilah abangan. Warga yang beragama Kristen Protestan adalah hasil pelayanan Zending Belanda (Doopgezind Zending Vereneeging (DZV)yang sekarang tergabung dalam Klasis Utara Sinode GITJ di samping denominasi yang lain, yaitu: JKI, Gereja Pantekosta, Advent, Gereja Bethel dan lain-lain.
Suku
Penduduk Donorojo 90% berasal dari Suku Jawa, 4% berasal dari etnis Tionghoa dan 6% keturunan Portugis .
Bahasa
Meskipun Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi, umumnya sebagian besar masyarakat Donorojo menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa Jawa Dialek Jeporonan.
Pariwisata
- Candi Sima, di Desa Blingoh
- Benteng Portugis, di Desa Banyumanis
- Pulau Mandalika, di Desa Ujungwatu
- Pantai Guamanik Pecatu, di Desa Ujungwatu
- Goa Tritip, di Desa Ujungwatu
- Goa Tratak, di Desa Blingoh
- Air Terjun Jurang Manten, di Desa Blingoh
- Air Terjun Undak Manuk, di Desa Blingoh
- Danau Blingoh, di Desa Blingoh
- Taman Pertapaan Sonder, di Desa Tulakan Dukuh Sonder
- Gunung Genuk, di Desa Clering
- Air Terjun Grenjengan, di Desa Banyumanis
- Air Terjun Karang Nongko, di Desa Banyumanis
- Pantai Metawar, di Ujungwatu
- Pantai Mulyorejo, di Bandungharjo
- Pantai Ketepeng, di Bandungharjo
- Bendung Elim, di Dukuh Jerukrejo, Desa Banyumanis
- Puncak Gunung Genuk,di Dukuh Guwo, Desa Blingoh
Potensi
- Pertanian jeruk keprok,[2] di Desa Tulakan
- Pertanian semangka, di Desa Banyumanis
- Pertanian [kapuk randu]
Olahraga
Kecamatan Donorojo belum ada klub sepak bola yang berkiprah di ajang bergengsi di Jepara yaitu Yazztea Jepara League, untuk mengharumkan nama Kecamatan Donorojo.
Catatan kaki
Pranala luar