Dewi Sekardadu
Artikel ini perlu dikembangkan agar dapat memenuhi kriteria sebagai entri Wikipedia. Bantulah untuk mengembangkan artikel ini. Jika tidak dikembangkan, artikel ini akan dihapus. |
Dewi Sekardadu adalah toko yang dipercaya masyarakat Gresik sebagai anak dari Raja Blambangan pada abad ke-14 yang diperintah oleh Bhre Pakembangan / Minak Dadali Putih / memiliki nama Raja Menak Sembuyu, yang merupakan putera dari Bhre Wirabhumi salah satu keturunan dari Prabu Hayam Wuruk yang berasal dari Majapahit. Dewi Sekardadu juga dikenal sebagai Raden Ayu Liyung Manoro, Raden Ayu Sumbat Nyowo, dan Raden Ayu Kusworo Dewi. Merupakan ibu kandung dari Raden Paku atau Sunan Giri.[1].[2]
Cerita Rakyat
Pernikahan Dewi Sekardadu
Suatu penyakit pernah melanda Blambangan dan Dewi Sekardadu salah satu dari sekian banyak masyarakat yang terkena penyakit tersebut. Sehingga Raja Menak Sembuyu berusaha untuk menyembuhkan penyakit puterinya dan mengerahkan berbagai usaha mencari obat serta memanggil para dukun dan ahli-ahli pengobatan untuk menyembuhkan Dewi Sekardadu. Namun, usaha yang dilakukan tidak berhasil, Dewi Sekardadu masih belum sembuh dari penyakit. Karena hal itu, Raja Menak Sembuyu mengadakan sayembara dimana jika orang yang berhasil menyembuhkan Dewi Sekardadu jika laki-laki maka akan dinikahkan dengan Dewi Sekardadu dan akan memberikan separuh kekuasaan kerajaan Blambangan serta akan menjadi seorang raja muda. Kabar tersebut segera tersebar ke berbagai penjuru negeri, namun tidak ada yang mengikuti sayembara tersebut.
Patih Blambangan memberi tahu raja bahwa ada seorang petapa di puncak gunung Slangu yang memiliki tingkah laku yang berbeda, tidak menyembah dewa serta ibadahnya berbeda dari masyarakat Blambangan pada masa itu yang menganut agama Hindu. Patih berkeyakinan mungkin saja petapa itu dapat menyembuhkan Dewi Sekardadu. Kemudian Raja Menak Sembuyu mengutus patihnya yang bernama Bajulsengara untuk menemui petapa dan menyampaikan maksud raja untuk meminta pertolongan menyembuhkan Dewi Sekardadu, petapa tersebut bernama Syekh Maulana Ishaq. Syekh Maulana Ishaq menerima permintaan tolong tersebut dan memberikan satu syarat apabila Dewi Sekardadu berhasil sembuh dari penyakitnya, yaitu meminta agar Raja Menak Sembuyu untuk memeluk agama Islam. Raja menyayangi puterinya tersebut menerima syarat yang diberikan oleh Syekh Maulana Ishaq meskipun merasa berat untuk meninggalkan agama yang sudah lama dianutnya.
Syekh Maulana Ishaq memanjatkan doa untuk kesembuhan Dewi Sekardadu dan atas izin Allah Dewi Sekardadu dapat sembuh. Dewi Sekardadu kemudian menikah dengan Syekh Maulana Ishaq, Dewi Sekardadu pun menjadi seorang yang taat menjalankan syariat Islam. Syekh Maulana Ishaq menjadi raja kerajaan Blambangan dengan gelar Prabu Anom dan raja Menak Sembuyu yang beragama Hindu kemudian memeluk agama Islam. Sejak saat itu Syekh Maulana Ishaq dianggap sakti dan kerajaan yang dipimpinnya menjadi makmur serta banyak masyarakat memeluk agama Islam. Pada saat itu pula para pembesar kerajaan mulai khawatir agama Islam mendesak agama Hindu yang sudah lama dianut oleh masyarakat kerajaan Blambangan. Raja Menak Sembuyu tidak benar-benar menerima agama Islam, secara sembunyi masih memegang erat ajaran-ajaran agama Hindu.
Raja Menak Sembuyu memusuhi Syekh Maulana Ishaq sehingga suatu saat Syekh Maulana Ishaq meninggalkan kerajaan Blambangan sendirian dan pada saat yang bersamaan Dewi Sekardadu sedang hamil 7 bulan. Setelah kepergian Syekh Maulana Ishaq wabah penyakit kembali terjadi, sehingga raja beranggapan bahwa wabah tersebut disebabkan oleh bayi yang dikandung oleh Dewi Sekardadu. Sehingga raja berencana untuk membunuh anak Dewi Sekardadu setelah dilahirkan, akan tetapi ketika anak Dewi Sekardadu lahir raja tidak membunuhnya karena merasa kasihan. Raja memasukkan bayi Dewi Sekardadu ke dalam peti kemudian membuangnya ke samudera sebagai upaya untuk menghilangkan wabah penyakit.
Berbeda dari Babad Gresik menurut cerita dari masyarakat Kemantren menyebutkan bahwa Dewi Sekardadu mencari Syekh Maulana Ishaq kemudian menemukannya. Satu bulan setelahnya anak Dewi Sekardadu lahir kemudian diberi nama Raden Paku karena lahir di pantai Sepaku. Dewi Sekardadu memberitahukan niat raja yang hendak membunuh anaknya, kemudian Syekh Maulana Ishaq meminta petunjuk dari Allah. Petunjuk yang diberikan kepada Syekh Maulana Ishaq adalah memasukkan bayi itu ke dalam peti dan menghanyutkannya ke samudera. .[3] Cerita mengenai kehidupan Dewi Sekardadu tidak dapat dipisahkan dengan perjalanan Syekh Maulana Ishaq dan Sunan Giri. Kisah mereka saling terhubung satu sama lain.