Faisol Riza

Waketum PKB

Faisol Reza[1] (lahir 1 Januari 1973) adalah aktivis pejuang reformasi yang sempat diculik, tetapi dikembalikan. Ia adalah keponakan Hasan Aminuddin mantan Bupati Probolinggo.

Faisol Reza
Ketua Komisi VI
DPR RI
Dapil Jawa Timur II
Masa jabatan
30 Oktober 2019 – masih menjabat
PresidenJoko Widodo
Sebelum
Pendahulu
Ir. H. Teguh Juwarno, M.Si.
Pengganti
Petahana
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1973-01-01)1 Januari 1973
Indonesia Probolinggo, Jawa Timur
KebangsaanIndonesia Indonesia
Partai politikPKB
(sebelumnya Partai Rakyat Demokratik)
AlmamaterSekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta
ProfesiPolitisi
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Riwayat Pendidikan

Riwayat Pekerjaan

  • Staff Khusus Kementerian Pemuda dan Olah Raga (2014-2017)
  • Staff Khusus Kementerian Tenaga Kerja Dan Transmigrasi (2009-2014)
  • Part Time Lecturer at UNO (2008)
  • Direktur PT. Now Indonesia (2008)
  • Part Time Lecturer at Humanity Course (2006)
  • PT. Read White Indonesia (2005-2008)
  • Associate Partner Institute di Cultura Kedutaan Besar Italia (2000-2003)
  • Part Time Partner Of KAS (2000)
  • Direktur Yayasan Perspektif Baru (2000)
  • Associate PT. Inter Matrix (2000)

Riwayat Organisasi

  • Ketua Umum Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Tahun 2015-2019
  • Wakil Sekjen DPP PKB DKI Jakarta 2009
  • Ketua DPP LPP DPP PKB Tahun 2009
  • Wakil Ketua DPW PKB DKI Jakarta Tahun 2008-2009
  • Wakil Ketua Ikatan Keluarga Orang Hilang (IKOHI) Tahun 2005
  • Ketua Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) Tahun 1998-1999
  • Anggota PAW DPR RI dari Dapil II Jawa Timur periode 2018-2019[2]
  • Ketua Komisi VI DPR RI periode 2019-2024

Karier Politik

Ia sempat menjadi ketua PRD untuk mempersiapkan keikutsertaan dalam Pemilu. Namun kemudian Faisol Reza bergabung dengan PKB dan sempat menjadi Staf Ahli bagi Muhaimin Iskandar. Ia tercatat menjadi Wasekjen PKB pada tahun 2018. Ia berhasil meraih kursi saat Pemilihan Legislatif 2019 dari Dapil Jawa Timur dan memperoleh 82.777 suara, ia ditunjuk menjadi Ketua Komisi VI DPR.[3] Ia juga sempat terpilih menjadi Ketua Bidang Olahraga, Kesenaian dan Milenial PKB pada tahun 2019[4]

Penculikan dan Penyiksaan

Seiring perburuan oleh Orde Baru terhadap aktivis yang dianggap mengganggu kekuasaan dan dipicu pula oleh peristiwa Ledakan Tanah Tinggi,[5] maka Faisol Reza mulai melarikan diri dari kejaran. Ia sempat bersembunyi di RSCM, tetapi terus dikejar hingga terpojok di lantai dua. Ia dipukul dan ditendang sehingga badannya penuh lebam dan kacamatanya pecah.[6] Ulu hatinya juga dipukul, sehingga tak sanggup berteriak. Matanya ditutup dan dibawa ke suatu tempat dengan todongan pistol di pinggang agar tak berani melawan.[7]

Selanjutnya Faisol Reza dan Raharja Waluyo Jati diinterogasi dengan penyiksaan. Ia mengungkapkan kejamnya penyiksaan tersebut yang meningkat bertahap di setiap pertanyaan:

"Setiap jawaban berhadiah pukulan. Kalau tidak menjawab, dua pukulan. Pertanyaan kelima sudah menggunakan setruman. Tangan diborgol ke kursi. kaki juga (diborgol) ke kaki kursi." [6]

Pertanyaan interogasi yang diajukan berkisar aktivitas mereka di SMID (Solidaritas Mahasiswa untuk Demokrasi) dan PRD (Partai Rakyat Demokratik). Mereka juga ditanya hubungannya dengan jaringan pro demokrasi serta tokoh-tokoh nasional seperti Amien Rais, Megawati Soekarnoputri, dan Sofyan Wanandi.Mereka kemudian menyadari bahwa dikurung dan disiksa bersama Pius Lustrilanang, Desmond J Mahesa, dan Haryanto Taslam. Lalu kemudian bersama Herman Hendrawan, Yani Afri, dan Sonny.[7]

Faisol Reza kemudian dibebaskan dan dikembalikan ke Purbolinggo, ke rumah orangtuanya. Waluyo Djati ke flyover Cipinang dan dibekali tiket dan uang saku untuk pulang. Sementara Herman Hendrawan tak jelas kabarnya.[7]

Menurut pengakuan ibunya yang baru mengetahui penyiksaan ini di kemudian hari, Faisol Reza bersama Waluyo Jati ditidurkan di atas balok es dalam keadaan telanjang dan luka-luka di tubuhnya adalah akibat sundutan rokok. Penyiksaan paling berat adalah disetrum dan digantung terbalik dengan tali.[8]

Penyiksaan ini, walaupun secara fisik telah sembuh, mendatangkan trauma di kemudian hari. Faisol Reza diketahui ketakutan saat duduk di atas kursi. Kakinya selalu dinaikkan. Ia juga ketakutan dan kaget bila ada kucing tiba-tiba lewat. Ia juga tinggal berpindah-pindah setelah dibebaskan, untuk menghindari pengintaian intel.[8]

Tuduhan terhadap Prabowo

Faisol Reza termasuk aktivis korban penculikan yang meyakini keterlibatan Prabowo Subianto. Saat Pemilihan Presiden 2019, ia menyatakan pendapat bahwa Prabowo harusnya berani membantah dan membongkar peristiwa tersebut jika dia memang tidak terlibat dan merasa difitnah.[9]

"Kalau pak Prabowo berniat serius, saya kira sekarang peluangnya sebelum pemilihan 17 April 2019. Kalau merasa selama ini disudutkan dan dijadikan sasaran fitnah bongkar sekalian." [9]

Referensi

  1. ^ RI, Setjen DPR. "Profil Anggota DPR RI - Dewan Perwakilan Rakyat". www.dpr.go.id. Diakses tanggal 15 November 2020. 
  2. ^ Redaksi/Ant (20 Maret 2018). "Bamsoet Lantik 12 Anggota PAW DPR". Warta Ekonomi. Diakses tanggal 15 November 2020. 
  3. ^ Wasekjen PKB Faisol Reza: Pak Jokowi Tahu kalau NU Harus Dijaga. dari situs TribunNews
  4. ^ Struktur DPP PKB Diumumkan, Ada 3 Waketum Dan Kader Muda Jadi Sekjen Baru. dari situs RMOL
  5. ^ Administrator (17 Mei 1999). "Bom Misterius dari Tanahtinggi". Tempo.co. Diakses tanggal 15 November 2020. 
  6. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama merdeka
  7. ^ a b c Kembalinya Aktivis yang Hilang. dari situs era.id
  8. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama suara
  9. ^ a b Faisol Reza: Jika Merasa Difitnah, Prabowo Harus Bongkar Penculikan '98 Sekarang. dari situs beritasatu