Orang Ocu

kelompok etnis di Indonesia

Memohon 5 artikel ini dihapus karena digunakan di banyak debat untuk membantah superioritas Minangkabau. Artikel ini menunjukkan orang Minang asli di Sumbar miskin. Hanya Minang blasteran di daerah rantau yang sukses krn andalkan ekonomi suku lain dan pengaruh genetika suku lain. 5 artikel ini tampar dan permalukan Minang. Ada dugaan pembuatnya sengaja NGERJAIN orang Minang. Seolah ingin membongkar orang Minang asli lemah.


https://wiki-indonesia.club/wiki/Daftar_politikus_terkaya_di_Indonesia (artikel ini tunjukkan Minang miskin).

https://wiki-indonesia.club/wiki/Daftar_provinsi_di_Indonesia_menurut_PDRB (artikel ini tunjukkan Sumbar miskin)

https://wiki-indonesia.club/wiki/Daftar_kota_Indonesia_menurut_gedung_tinggi (Artikel ini tunjukkan Padang miskin)

https://wiki-indonesia.club/wiki/Daftar_rumah_sakit_Muhammadiyah (Artikel ini tujukkan mayoritas RS Muhammadiyah bukan di Sumbar)

https://wiki-indonesia.club/wiki/Daftar_perguruan_tinggi_Muhammadiyah (Artikel ini tunjukkan mayoritas universitas Muhammadiyah bukan di Sumbar)

https://wiki-indonesia.club/wiki/Daftar_provinsi_Indonesia_menurut_simpanan_perbankan Semakin parah ada artikel simpanan bank di provinsi Sumbar kecil


Orang Kampar adalah orang-orang yang menempati Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.[1] Bahasa-bahasa lokal yang digunakan meliputi dialek-dialek lokal dari bahasa Melayu.

Adat dan Budaya

Bahasa

Bahasa Kampar dalam dialektika dikenal sebagai sebuah dialek Melayu Daratan. Dialek tersebut juga memiliki kemiripan dengan dialek Kuantan dan Rokan yang bersebelahan wilayah dengan Kampar.[2]

Kesenian

Alat musik yang biasa dimainkan orang Kampar yaitu Caklempong dan Oguong.

Salah satu lagu daerah orang Kampar yang terkenal berjudul Kutang Barendo. Lagu ini berisi tentang nasihat dari seorang ibu kepada anak yang sedang ditimangnya. Lagu ini juga populer bagi orang Minang dengan lirik yang telah disesuaikan kata-katanya.

Rumah Adat

 
Rumah Lontiok di Kompleks MTQ, Pekanbaru.

Rumah Pelancangan atau rumah Lontiok adalah rumah adat orang Kampar. Lontiok atau Lontik dalam Bahasa Indonesia berarti Lentik. Hal ini dikarenakan bentuk atap yang melengkung lentik. Rumah Lontiok merupakan rumah panggung dan berfungsi sebagai rumah adat dan tempat tinggal. Dibangun dalam satu prosesi panjang yang melibatkan masyarakat luas.

Bentuk rumah Lontiok dikatakan berasal dari bentuk perahu, hal ini tercermin dari sebutan pada bagian-bagian rumah tersebut seperti: bawah, tengah, ujung, pangkal, serta turun, naik. Dinding depan dan belakang dibuat miring keluar dan kaki dinding serta tutup didinding dibuat melengkung sehingga bentuknya menyerupai sebuah perahu yang diletakkan di atas tiang-tiang.

Konstruksi panggung pada rumah Lontiok dipilih untuk menghindari bahaya binatang buas dan banjir. Kolong rumah, biasanya digunakan untuk kandang ternak, wadah penyimpanan perahu, tempat bertukang atau tempat bermain anak-anak, dan gudang kayu untuk persiapan bulan puasa. Pemakaian tangga pada rumah Lontiok memiliki kententuan adat. Jumlah anak tangga ganjil dan menyediakan tempayan air didekatnya untuk mencuci kaki di pangkal tangga. Ketentuan adat juga menyatakan bahwa penghuni perempuan cukup berpakaian sedada tanpa baju (kemban) di dalam rumah atau tidur-tidur dirumah tanpa adanya penyekat/pelindung ruang. Kalau rumah dibangun rendah atau “melekat” di atas tanah, maka keadaan di dalam rumah akan kelihatan dari luar rumah.

Dinding luar rumah Lontik seluruhnya miring keluar, berbeda dengan dinding dalam yang tegak lurus. Balok tumpuan dinding luar depan melengkung keatas, dan kalau disambung dengan ukiran sudut-sudut dinding, kelihatan seperti bentuk perahu. Balok tutup atas dinding juga melengkung meskipun tidak semelengjung balok tumpuan. Lengkungannya mengikuti lengkung sisi bawah bidang atap. Kedua ujung perabung diberi hiasan yang disebut Sulo Bayung. Sedangkan Sayok Lalangan merupakan ornamen pada keempat sudut cucuran atap. Bentuk hiasan beragam, ada yang menyerupai bulan sabit, tanduk kerbau, taji dan sebagainya

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-03. Diakses tanggal 2018-07-03. 
  2. ^ Witrianto dan Arfinal, 2011. Bahasa Ocu: Akulturasi antara Bahasa Minangkabau dengan Bahasa Melayu Riau di Kabupaten Kampar. Seminar Internasional Forum Ilmiah VII FPBS UPI “Pemikiran-pemikiran Inovatif dalam Kajian Bahasa, Sastra, Seni, dan Pembelajarannya” Bandung. 30 November 2011: 1-18. [1]