Francis Bacon

Revisi sejak 20 Januari 2023 23.04 oleh InternetArchiveBot (bicara | kontrib) (Rescuing 2 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.3)

Francis Bacon (1561–1626) adalah filsuf dan politikus di Kerajaan Inggris.[1] Ia merupakan salah satu tokoh yang menetapkan dasar-dasar empirisme melalui penggunaan metode induktif dalam penemuan-penemuan dengan mengandalkan pengamatan dan percobaan serta menetapkan hasil percobaan hanya dari susunan fakta-fakta.[2] Bacon mengambil peran dalam melakukan pengembangan ilmu.[3] Ia meyakini bahwa kebenaran hanya dapat diperoleh dengan cara berpikir induktif.[4] Bacon juga meyakini bahwa segala jenis pengetahuan dan ilmu bersumber dari filsafat.[5] Ia juga meyakini bahwa filsafat mencakup semua jenis ilmu sebagai bidang kajiannya.[6] Ia merupakan salah satu filsuf di dunia Barat yang tidak menjadikan dogma agama sebagai landasan berpikirnya.[7]

Francis Bacon
Gambar diri Francis Bacon, oleh John Vanderbank (ca. 1731).
Lahir(1561-01-22)22 Januari 1561
Strand, London, Inggris
Meninggal9 April 1626(1626-04-09) (umur 65)
Highgate, London, Inggris
AlmamaterUniversitas Cambridge
KawasanFilosofi Barat
AliranFilosofi Renaisans, Empirisme
Tanda tangan

Bacon menempuh pendidikan tinggi di Universitas Cambridge. Karier pekerjaannya dimulai sebagai diplomat dan kemudian menjadi anggota parlemen. Selain itu, ia pernah bekerja sebagai pengajar tentang Aristoteles di Universitas Paris. Sebelum usianya mencapai 40 tahun, ia mulai menulis tentang filsafat.[8] Bacon menegemukakan manfaat ilmu bagi manusia dengan mengatakan bahwa pengetahuan adalah kekuatan.[9]

Salah satu karya tulis Bacon yang berjudul Novum Organum mencakup pemikirannya mengenai metode induktif.[10] Buku ini ditulis di London pada tahun 1620 dengan metode berpikir yang menggunakan logika fisika induktif murni. Logika yang dikemukakan oleh Bacon berbeda dengan logika Aristoteles yang bersifat deduktif silogistik.[11] Pemikiran filsafat Bacon bersifat praktis dan menjadi dasar bagi metode induksi modern. Selain itu, pemikirannya juga melandasi prosedur ilmiah yang didasarkan kepada penggunaan logika untuk menghasilkan penemuan ilmiah.[12]

Riwayat hidup

 
Bacon, Sylva sylvarum

Bacon lahir di York House, London pada tanggal 22 Januari 1561 pada masa pemerintahan Elizabeth I dari Inggris. Ayahnya bernama Nicholas Bacon yang berstatus sebagai pejabat tinggi di Kerajaan Inggris. Ketika berusia 12 tahun, ia menempuh pendidikan di Trinity College, Universitas Cambridge dan mengkhususkan pembelajaran tentang pemikiran Plato dan Aristoteles. Ia kemudian bekerja sebagai staf untuk duta besar Kerajaan Inggris di Prancis pada tahun 1576. Bacon juga menjadi anggota Parlemen Inggris pada usia 23 tahun.[13]

Pemikiran filsafat

Pengetahuan

Bacon menolak pandangan para pemikir di zamannya yang menganggap bahwa pengetahuan baru tidak lagi diperlukan karena para ilmuwan kuno telah menemukan semua jenis pengetahuan yang hanya perlu dikaji ulang.[14] Sebaliknya, ia berpendapat bahwa peningkatan taraf hidup manusia memerlukan pengetahuan dan ilmu yang baru.[15] Ia meyakini bahwa pengetahuan adalah kekuatan.[16] Melalui pengetahuan, manusia masih dapat memiliki kekuatan untuk mengatur manusia lainnya serta mengelola Bumi. Dalam pandangannya, semua pengetahuan merupakan bagian dari filsafat,[17] sehingga filsafat dapat menjelaskan semua jenis pengetahuan.[18] Ia juga meyakini bahwa pemerolehan pengetahuan yang benar hanya dapat melalui pengalaman yang bersifat fakta serta menggunakan indra.[19] Penelitian ilmiah untuk memperoleh ilmu harus mengabaikan penggunaan prasangka selama kegiatan pengamatan.[20] Selain itu, kemajuan pengetahuan dapat tercapai ketika dilakukan secara baik dan telah melalui proses pengamatan, pemeriksaan, percobaan, pengaturan dan penyusunan.[21]

Metode induktif

Bacon merupakan pelopor penggunaan dan pengembangan metode induktif pada abad ke-17.[22] Metode berpikirnya bertentangan dengan metode berpikir silogistik.[23] Ia juga menjadi pelopor penemuan baru dalam mengembangkan metode induktif.[24] Dalam mengetahui tentang sesuatu, Bacon menggunakan metode induktif. Dalam keyakinannya, kesimpulan umum dapat diperoleh oleh peneliti melalui pengumpulan fakta dengan cara melakukan pengamatan secara langsung. Bacon berpendapat bahwa alam semesta dapat diketahui kebenarannya melalui pengamatan langsung yang bebas dari prasangka apapun.[25] Metode induktif Bacon digunakan untuk mengubah hasil pengamatan yang terlebih dahulu dikumpulkan dan dikalsifikasi untuk kemudian dijadikan sebagai sebuah kesimpulan yang sifatnya umum.[26] Proses pengamatan harus dilakukan secara sistematis dan menghasilkan dalil-dalil umum yang dapat diuji melalui percobaan dengan kondisi yang terkendali.[27] Bacon juga meyakini bahwa metode induktif hanya menghasilkan kesimpulan logis yang diterima oleh akal sehat, sehingga dapat menghindari terjadinya sesat pikir.[28]

Karya tulis ilmiah

Novum Organum

Bacon berpendapat bahwa kebenaran tertutupi oleh berbagai jenis kekeliruan.[29] Novum Organum merupakan salah satu karya tulis ilmiah dari Bacon yang membahas mengenai jenis-jenis kekeliruan. Bacon membagi kekeliruan menjadi kekeliruan akibat pemikiran yang sempit, kesukuan, keterbatasan penguasaan bahasa, dan norma sosial. Kekeliruan akibat pemikiran sempit dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan terhadap hubungan sebab-akibat dari penemuan fakta-fakta. Kekeliruan akibat kesukuan disebabkan oleh adanya pemikiran individu mengenai status diirinya sebagai anggota dari suatu suku, bangsa, dan ras tertentu, yang akhirnya mengurangi kepekaannya terhadap perbedaan budaya. Kekeliruan akibat keterbatasan penguasaan bahasa merupakan kekeliruan yang disebabkan individu tidak memiliki kemampuan yang memadai dalam mengungkapkan suatu kebenaran melalui pemilihan kosakata. Sementara kekeliruan akibat norma sosial disebabkan adanya keadaan individu yang terlalu menganggap dirinya sebagai bagian dari suatu adat atau kebiasaan tertentu.[30] Novum Organum diterbtikan pada tahun 1620 di London.[31] Pembahasan lain di dalam buku ini ialah mengenai usulan Bacon terhadap penggunaan logika induktif. Penggunaan logika induktif ini diusulkannya untuk menggantikan logika tradisional yang dikembangkan oleh Aristoteles.[32]

Instauratio Magna

Instauratio Magna merupakan karya tulis Bacon yang diterbitkan pada tahun 1620. Dalam karyanya ini, Bacon menyampaikan pemikirannya mengenai suatu jenis filsafat alam baru yang dapat menggantikan filsafat klasik dan abad pertengahan. Penggunaan filsafat alam yang baru ini sebagai metode yang tepat agar manusia dapat mendirikan kerajaan manusia di muka Bumi dengan mendayagunakan alam. Pemikiran ini muncul sebagai akibat dari susasana lingkungan sosial di Inggris yang sedang mengalami reformasi agama. Pemicunya adalah terjadinya pertentangan antara Gereja Anglikan dengan kaum Puritan dan Katolik yang menimbulkan persaingan politik di kalangan pejabat istana dan parlemen.[33]

Pengaruh pemikiran

Sistematika ilmu

Bacon memberikan pengaruh yang besar terhadap sistematika ilmu dengan mengaitkan potensi diri manusia dengan objek penyelidikannya. Ia berpendapat bahwa jiwa memiliki tiga kemampuan yang menjadi dasar bagi pengetahuan. Masing-masing ialah ingatan, khayalan dan akal. Ingatan berkaitan dengan pengetahuan yang telah diperiksa dan diselidiki. Khayalan berkaitan dengan pengetahuan tentang keindahan seperti sastra. Semeentara akal bekerja untuk menghasilkan ilmu dan filsafat. Ia kemudian membagi filsafat menjadi tiga bidang persoalan yaitu ketuhanan, kemanusiaan dan kealaman. Ilmu alam ia bagi menjadi bidang teoretis yang meliputi fisika dan metafisika, serta bidang terapan yang meliputi mekanika dan magika.[34]

Empirisme

Bacon merupakan salah seorang pelopor empirisme yang merupakan salah satu aliran filsafat ilmu di dunia Barat.[35] Pemikiran empirisme Bacon berasal dari pemikiran-pemikiran sarjana di dunia Islam. Ia mengembangkan pemikiran-pemikiran tersebut ke dalam karya tulisnya, yaitu Novum Organum. Empirisme yang dikemukakan oleh Bacon kemudian mempengaruhi dunia pendidikan dalam pemerolehan pengetahuan. Ia menghasilkan pemikiran bahwa pemerolehan pengetahuan berdasarkan pengalaman dan bukan berdasarkan akal semata.[36]

Positivisme

Pemikiran Bacon mengenai ilmu pengetahuan termasuk dalam pemikiran positivisme karena menggabungkan fakta dengan kemampuan indra. Bacon membuat rumusan bahwa segala sesuatu dapat diketahui dengan menetapkan pertanyaan pengamatan awal. Kemudian, percobaan hanya dapat dilakukan setelah manusia menghilangkan segala jenis prasangka, keinginan dan kepentingan pribadinya, Pengetahuan yang benar kemudian dapat diperoleh melalui pemikiran induktif. Ilmu yang dihasilkan dari positivisme bersifat bebas nilai dan objektif.[37]

Pendidikan

Bacon memberikan gagasan terhadap pendidikan melalui usaha-usaha dalam menemukan metode baru dengan menggunakan metode induksi. Ia juga memberikan kesadaran mengenai pentingnya ilmu pengetahuan yang berasal dari kenyataan seperti ilmu kebumian, ilmu alam dan ilmu ayat. Bacon juga memperkenalkan penggunaan penggunaan bahasa ibu sebagai bahasa utama dalam pendidikan untuk menggantikan bahasa Latin.[38]

Referensi

  1. ^ Juanda, Anda (2016). Akbar, Reza Oktiana, ed. Aliran-Aliran Filsafat Landasan Kurikulum dan Pembelajaran (PDF). Bandung: CV. Confident. hlm. 98. ISBN 978-602-0834-27-6. 
  2. ^ Aprita, S., dan Adhitya, R. (2020). Nurachma, Shara, ed. Filsafat Hukum (PDF). Depok: Rajawali Pers. hlm. 168. ISBN 978-623-231-448-1. 
  3. ^ Sudirman, Antonius (2007). Hati Nurani Hakim dan Putusannya: Suatu Pendekatan dari Perspektif Ilmu Hukum Perilaku (Behavioral Jurisprudence) Kasus Hakim Bismar Siregar (PDF). PT. Citra Aditya Bakti. hlm. ix. 
  4. ^ Sujalu, A. P., dkk. (2021). Ilmu Alamiah Dasar (PDF). Sleman: Zahir Publishing. hlm. 72. ISBN 978-623-6995-56-3. 
  5. ^ Kristiawan, Muhammad (2016). Hendri, L., dan Juharmen, ed. Filsafat Pendidikan: The Choice Is Yours (PDF). Yogyakarta: Penerbit Valia Pustaka Jogjakarta. hlm. 2. ISBN 978-602-71540-8-7. 
  6. ^ Poesoko, Herowati (2018). Sahetapy, Wilma Laura, ed. Ilmu Hukum dalam Perspektif Filsafat Ilmu (PDF). Yogyakarta: LaksBang PRESSindo. hlm. 6. ISBN 978-602-5452-13-0. 
  7. ^ Harwanto, Edi Ribut (2021). "Implementasi Ketaatan Hukum Ta'dib Akal dan Nilai Profetis dalam Melahirkan Adab Al-Alim Fil Darsihi pada Lebaga Pendidikan Dasar dan Perguruan Tinggi di Indonesia" (PDF). SNPPM-3 (Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) Tahun 2021: 26. ISBN 978-623-90328-7-6. 
  8. ^ Ibrahim, Duski (2017). Filsafat Ilmu: Dari Penumpang Asing untuk Para Tamu (PDF). Palembang: NoerFikri. hlm. 116. ISBN 978-602-6318-97-8. 
  9. ^ Atmadja, I. D. G., dan Budiartha, I. N. P. (2018). Teori-Teori Hukum (PDF). Malang: Setara Press. hlm. 90. 
  10. ^ Tumanggor, R. O., dan Sudaryanto, C. (2017). Sudibyo, Ganjar, ed. Pengantar Filsafat untuk Psikologi (PDF). Sleman: PT Kanisius. hlm. 118. ISBN 978-979-21-5457-3. 
  11. ^ Pane, M. D., dan Situmean, S. M. T. (2018). Asas-Asas Berpikir Logika dalam Hukum (PDF). Bandung: Penerbit Cakra. hlm. 6. ISBN 978-602-73235-2-0. 
  12. ^ Syarif, Edwin (2013). "Pergulatan Sains dan Agama" (PDF). Refleksi. 13 (5): 650. 
  13. ^ Setianingsih, Yeni (2019). "Induktivisme-Empirisisme Francis Bacon dan Relevansinya Bagi Ilmu-Ilmu Keagamaan". Indonesian Journal of Islamic Theology and Philosophy. 1 (2): 160–161. ISSN 2686-4304. 
  14. ^ Wattimena, Reza A. A. (2011). Penelitian Ilmiah dan Martabat Manusia (PDF). Jakarta: PT Evolitera. hlm. 22. ISBN 978-602-9097-15-3. 
  15. ^ Sudiantara, Yosephus (2020). Filsafat Ilmu Pengetahuan: Bagian pertama, Inti Filsafat Ilmu Pengetahuan (PDF). Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata. hlm. 127–128. ISBN 978-623-7635-46-8. 
  16. ^ Kirom, Syahrul (2011). "Filsafat Ilmu dan Arah Pengembangan Pancasila: Relevansinya dalam Mengatasi persoalan Kebangsaan". Jurnal Filsafat. 21 (2): 102. 
  17. ^ Sesady, Muliati (2019). Wahid, Abdul, ed. Pengantar Filsafat (PDF). Bantul: TrustMedia Publishing. hlm. 16. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-12-24. Diakses tanggal 2021-12-25. 
  18. ^ Nawawi, Nurnaningsih (2017). Tokoh Filsuf dan Era Keemasan Filsafat Edisi Revisi (PDF). Makassar: Pusaka Almaida. hlm. 6. ISBN 978-602-6253-53-8. 
  19. ^ Sesady, Muliati (2019). Wahid, Abdul, ed. Pengantar Filsafat (PDF). Bantul: TrustMedia Publishing. hlm. 120. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-12-24. Diakses tanggal 2021-12-25. 
  20. ^ Bustami, M. R., Nasruddin, E., dan Mudzakkir, M. (2020). Metodologi Penelitian Islam: Mengupas Strategi dan Filsafat di Sebalik Paradigma Induktif, Deduktif, Retroduktif dan Abduktif (PDF). Penang: Centre fo Policy Research and International Studies (CenPRIS) Universiti Sains Malaysia. hlm. 32–33. ISBN 978-967-10805-2-8. 
  21. ^ Sativa (2011). "Empirisme, Sebuah Pendekatan Penelitian Arsitektural". Inersia. 7 (2): 117. 
  22. ^ Adinda S., Anastasia Jessica (2013). "Banalitas Intelektual dalam Dunia Pendidikan Perguruan Tinggi: Sutau Kajian Filsafat Ilmu" (PDF). Areté. 2 (2): 166. 
  23. ^ Hasanah, Hasyim (2015). "Cara Kerja Ilmu Empiris: Sebuah Upaya Merenungkan Sistematisasi Metodologi Induktif dan Implikasinya bagi Keilmuan Dakwah". At-Taqaddum. 7 (1): 3. 
  24. ^ Tumanggor, R. O., dan Suharyanto, C. (2021). Setyowati, C. Erni, ed. Logika: Ilmu Berpikir Kritis (PDF). Sleman: PT Kanisius. hlm. 28. ISBN 978-979-21-6287-5. 
  25. ^ Soelaiman, Darwis A. (2019). Putra, Rahmad Syah, ed. Filsafat Ilmu Pengetahuan: Perspektif Barat dan Islam (PDF). Banda Aceh: Penerbit Bandar Publishing. hlm. 67–68. ISBN 978-623-7499-37-4. 
  26. ^ Pakpahan, M., dkk. (2021). Watrianthos, Ronal, ed. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan (PDF). hlm. 39. ISBN 978-623-6840-73-3. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-12-28. Diakses tanggal 2021-12-28. 
  27. ^ Walidin, W., Saifullah, dan Tabrani (2015). Masbur, ed. Metodologi Penelitian Kualitatif & Grounded Theory (PDF). Banda Aceh: FTK Ar-Raniry Press. hlm. 21. ISBN 978-602-18962-8-0. 
  28. ^ Nadeak, Bernadetha (2020). Oppusunggu, Syarif, ed. Perilaku Berpikir Kritis: Berdasarkan Penelitian pada Universitas Kristen Indonesia (PDF). Jakarta: Rivita Oppustaka Translitera. hlm. 8. ISBN 978-623-91186-3-1. 
  29. ^ Wattimena, Reza A.A (2015). Koratno, Y. Dwi, ed. Bahagia, Kenapa Tidak? (PDF). Ypgyakarta: Maharsa. hlm. 157. ISBN 978-602-08931-1-2. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2022-03-05. Diakses tanggal 2021-12-25. 
  30. ^ Suaedi (2016). Januarini, Nia, ed. Pengantar Filsafat Ilmu (PDF). Bogor: PT Penerbit IPB Press. hlm. 109. ISBN 978-979-493-888-1. 
  31. ^ Rohman, A., dan Rukiyati (2014). Lamsuri, Mohamad, ed. Epistemologi dan Logika: Filsafat untuk Pengembangan Pendidikan (PDF). Sleman: Aswaja Pressindo. hlm. 43. ISBN 978-602-18653-6-1. 
  32. ^ Lubis, Nur A. Fadhil (2015). Pengantar Filsafat Ilmu (PDF). Medan: Perdana Publishing. hlm. 19. ISBN 978-602-6970-02-2. 
  33. ^ Supelli, Karlina. "Sains Sebagai Keselamatan Dalam Pandangan Francis Bacon". Diskursus. 14 (1): 103–104. 
  34. ^ Muslih, Mohammad (2016). Filsafat Ilmu: Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan (PDF). Yogyakarta: LESFI. hlm. 102–103. ISBN 978-979-567-044-5. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-12-08. Diakses tanggal 2021-12-28. 
  35. ^ Machmud, A., Yuliawati, T., dan Adirestuty, F. (2019). Ekonomi, Keuangan, dan Bisnis Islam: Solusi Keadilan dan Kesejahteraan (PDF) (edisi ke-2). Jakarta: Salemba Diniyah. hlm. 3. ISBN 978-602-1144-14-5. 
  36. ^ Pengantar Pendidikan. Malang: Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang. 2015. hlm. 93. ISBN 978-979-796-360-6. 
  37. ^ Hidayat, R., dan Patras, Y. E. (2015). BICARA-PENDIDIKAN-(YUYUN-DAN-TIM).pdf Berani Bicara Pendidikan: The Findings of Educational Research Periksa nilai |url= (bantuan) (PDF). Lembaga Penelitian dan Pengembangan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pakuan. hlm. 20. ISBN 978-602-70002-1-6. 
  38. ^ Mahmudi, K., Hutama, F. S., dan Wardoyo, A. A. (2019). Media Pembelajaran Berbasis GAR (Graphic Augmented Reality) (PDF). Jember: UPT Percetakan & Penerbitan Universitas Jember. hlm. 126. ISBN 978-623-7226-68-0. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-12-28. Diakses tanggal 2021-12-28. 

Pranala luar