Sofjan Wanandi (lahir 3 Maret 1941;[3] terlahir dengan nama Liem Bian Khoen) adalah pengusaha Indonesia dan pemilik bisnis Gemala Group (sekarang Santini Group).[3] Ia merupakan adik dari Jusuf Wanandi (Liem Bian Kie) (politisi senior dan pendiri CSIS).[3]

Sofjan Wanandi
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia ke-5
Masa jabatan
2003 – 24 November 2014
PresidenMegawati Soekarnoputri
Susilo Bambang Yudhoyono
Joko Widodo
Informasi pribadi
Lahir3 Maret 1941 (umur 83)
Belanda Sawahlunto, Sumatra Barat, Hindia Belanda
Suami/istriRiantini Wanandi (The Gim Kiauw)
HubunganJusuf Wanandi (Kakak)
AnakEmmanuel Lestarto Wanandi
A Lukito Wanandi
Paulus Witarsa Wanandi
Orang tuaLiem Gim To & Tjoa Gim Jong Nio
AlmamaterUniversitas Indonesia
Kolese Kanisius
PekerjaanPemilik Gemala Group[1]
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Sofjan turut terlibat dalam pergerakan reformasi.[4] Ia telah memiliki banyak pengalamannya dalam bidang ekonomi, birokrasi, dan politik.[5] Ia juga aktif di Kadin dan CSIS juga menjabat sebagai Ketua Komisi Pemulihan Ekonom dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo; 2008–2013).[6][7]

Karier dan Perjalanan Hidup

Sekolah dan dunia aktivis

Sejak kecil, Sofjan telah bersentuhan dengan dunia usaha.[3] Ketika masih duduk di SMP Padang, Sofjan Wanandi sudah menjadi penjaga toko kelontong dan binatu, milik ayahnya sendiri.[3]

Namun, selepas dari SMP (1957), ia ke Jakarta untuk melanjutkan sekolahnya.[3] Ia masuk ke SMA Kanisius Jakarta (lulus 1960).[3] Ia kemudian melanjutkan studi ke Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (tk. V 1965).[3] Ketika menjadi mahasiswa ini, kiprahnya beralih ke dunia aktivis.[3] Ia sempat tinggal di Bandung saat diterima kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran.[7] Namun karena belum lama setelah itu ia diterima di UI, ia memutuskan pindah.[7]

Ketika di Universitas Indonesia, Ia menjadi ketua Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI).[7][8] Ketika pecah insiden G-30-S/PKI, ia terlibat dalam pertengkaran ideologi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Karier aktivismenya ia lanjutkan dengan menjadi ketua KAMI Jaya.[7] Demi perlawanan atas paham komunis, tanpa menghitung untung rugi ia langsung terjun ke lapangan.[7] Sebagai salah seorang Ketua KAMI Jaya, ia memimpin pelbagai aksi hingga akhirnya, dia harus dibui oleh pemerintahan Soekarno.[7] Hanya lima hari dipenjara, ia akhirnya dilepaskan kembali.[7]

Ketika pemerintahan beralih ke presiden Soeharto, ia ikut bergabung dalam Golkar.[3] Sofjan juga dekat dengan Ali Murtopo serta ikut membantu menjadi sekretaris pribadi Soedjono Humardani yang saat itu merupakan orang-orang di lingkaran dalam kekuasaan Soeharto.[3] Karena terlalu sibuk, sebenarnya ia meminta cuti pada Soejono untuk menyelesaikan skripsi.[3] Tetapi ia diminta berhenti kuliah saja dan Sofjan benar-benar berhenti kuliah ketika ia telah berada pada tingkat lima pada 1965.[7] Sofjan menjadi anggota DPR-RI dan termasuk anggota yang termuda saat itu bersama 10 rekan mahasiswa lainnya seperti Cosmas Batubara, Nono Anwar Makarim, Fahmi Idris, Abdul Gafur, David Napitupulu, dan Marie Muhammad.[7]

Pada tahun 1999 ia menjadi Ketua DPUN di bawah kabinet Presiden Abdurahman Wahid.[9]

Kembali berbisnis

Pada akhirnya, ia kembali berkiprah di dalam dunia usaha.[3] Cita-citanya menjadi pengusaha mulai menjadi kenyataan pada 1974 yakni hanya beberapa saat setelah peristiwa Malari 15 Januari 1974.[butuh rujukan] Ia dipercayai Yayasan Kostrad memimpin sejumlah perusahaan.[3] Kala itu ia menjabat Wakil Presiden Direktur PT Dharma Kencana Sakti yang membawahkan PT Garuda Mataram (perakit mobil), PT Mandala Airways, dan PT Dharma Putra Film.[3] Ketika memimpin PT Tri Usaha Bakti, ia terjun ke dalam usaha di bidang industri, perkapalan, asuransi, dan konstruksi.[3]

Kemudian, berawal dari PT Pakarti Yoga, Sofjan merintis bisnisnya di Grup Gemala.[7] Perusahan yang ia rintis ini mendapatkan modal Dengan surat tanah rumah ayahnya dan gedung CSIS.[butuh rujukan] Gedung CSIS sendiri ia gadaikan setelah mendapatkan lampu hijau dari Ali Murtopo.[7] Berkat kerja kerasnya Grup Gemala (hingga 2008) telah mempekerjakan lebih dari 15 ribu tenaga kerja telah berkiprah di mancanegara (Australia dan Kanada).[7] Membawahi beberapa perusahaan besar seperti asuransi Wahana Tata, pabrik aki PT Yuasa Battery Indonesia, pabrik farmasi, dan lainnya.[7]

Ketua Apindo

Di usia yang tidak muda lagi, hanya jabatan komisaris yang dia sandang.[7] Operasional perusahaan telah diserahkan kepada anak-anak laki-lakinya.[butuh rujukan] Yakni, Lestarto, Lukito, dan Witarsa yang namanya diberi oleh almarhum Kapolri Jenderal (purn) Hoegeng Imam Santoso.[7]

Pada akhir 2008, ia menjadi orang nomor satu dalam lingkungan pengusaha di Indonesia.[7] Sofjan terpilih sebagai ketua umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Apindo yang terpilih dalam Munas VIII di Hotel Borobudur, 27-29 Maret 2008.[butuh rujukan] Sofjan memimpin Apindo untuk periode 2008-2013.[7] Ini adalah kali kedua ia memimpin Apindo setelah pada periode sebelumnya ia juga terpilih[10] Sebagai ketua Apindo, Sofjan berusaha menjembatani perbedaan itu dengan memelopori terjadinya kesepakatan bipartit antara pekerja dan pengusaha.[7] Kesepakatan itu intinya harus bisa memberikan solusi sehingga perselisihan di antara keduanya terlebih dahulu diselesaikan lewat perundingan tanpa melibatkan pihak luar.[11]

Salah satu dasar yang diletakkan Sofjan, pertentangan kelas yang menjadi dasar pemikiran dalam menjelaskan hubungan antara buruh dengan pengusaha dinilai tidak lagi relevan.[7] Sofjan menilai bahwa pengusaha harus melihat buruh sebagai partner.[butuh rujukan] Dengan paradigma itu, Apindo memosisikan peran serta fungsinya sebagai salah satu lembaga yang bertanggung jawab untuk menarik investasi padat karya di Indonesia.[7]

Pada 1 November 2014, Sofjan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Ketua Umum, karena ia ditunjuk sebagai Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Jusuf Kalla, Posisi Sofjan setelah mundur adalah di Dewan Pertimbangan Apindo. Untuk sementara ditunjuk Hariyadi Sukamdani sebagai Ketua Umum, dan Suryadi Sasmita sebagai Sekretaris Umum Apindo.[12][13]

Penghargaan

Pada 13 Agustus 2019, Ia menerima Bintang Mahaputera Nararya yang disematkan oleh Joko Widodo.[14]

Referensi

  1. ^ investing.businessweek.com. Sofjan Wanandi
  2. ^ "Sofjan Wanandi". lifepal. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-11-27. Diakses tanggal 2020-11-05. 
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p Sofjan Wanandi. Pusat Data dan Analisis Tempo.
  4. ^ (Inggris) Suryadinata, L., Arifin, E.N. and Ananta, A., 2003. Indonesia's population: Ethnicity and religion in a changing political landscape (No. 1). Institute of Southeast Asian Studies.
  5. ^ (Indonesia) Tempo Online. Diakses 13 April 2020. http://www.tempo.co.id/ang/min/02/25/nas4.htm Diarsipkan 2011-07-15 di Wayback Machine. Wawancara Sofyan Wanandi]
  6. ^ (Indonesia)Setyautama, Sam. 2008. Tokoh-tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN : 978-979-9101-25-9. Hal. 192-193
  7. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u apindo.or.id. Lebih Dekat dengan Sofjan Wanandi, Ketua Umum Apindo (2008-2013) Diarsipkan 2010-01-25 di Wayback Machine.. (diakses 5 Mei 2010)
  8. ^ (Inggris) Suryadinata, L. ed., 1997. Ethnic Chinese as Southeast Asians. Institute of Southeast Asian Studies.
  9. ^ (Inggris) Suryadinata, L., 2002. Elections and politics in Indonesia. Institute of Southeast Asian Studies.
  10. ^ http://www.tokohindonesia.com. Sofjan Wanandi Diarsipkan 2003-12-28 di Wayback Machine.
  11. ^ "Tak mungkin serahkan nasib Kepada pemerintah". Majalah TEMPO, 13 April 2008.
  12. ^ Artikel:"Masuk Pemerintahan, Sofjan Wanandi Perpisahan dengan Apindo" di detik.com
  13. ^ Artikel:"Sofjan Wanandi Mundur dari Ketua Umum Apindo " di detik.com
  14. ^ "Presiden Jokowi Anugerahkan Tanda Kehormatan bagi 29 Tokoh". Presiden RI. 2019-08-15. Diakses tanggal 2021-11-29.