Injourney
Artikel ini perlu dikembangkan agar dapat memenuhi kriteria sebagai entri Wikipedia. Bantulah untuk mengembangkan artikel ini. Jika tidak dikembangkan, artikel ini akan dihapus. |
PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero), atau biasa disingkat menjadi Aviata dan berbisnis sebagai InJourney, adalah sebuah badan usaha milik negara Indonesia yang pada bulan Oktober 2021 resmi ditunjuk oleh pemerintah sebagai induk holding BUMN yang bergerak di bidang aviasi dan pariwisata.[1][2]
InJourney | |
Sebelumnya | PT Survai Udara Penas (Persero) |
Perusahaan perseroan (Persero) | |
Industri | Penerbangan & pariwisata |
Kantor pusat | Jakarta, Indonesia |
Wilayah operasi | Indonesia |
Tokoh kunci | Dony Oskaria[1] (Direktur Utama) Triawan Munaf[1] (Komisaris Utama) |
Pemilik | Pemerintah Indonesia |
Anak usaha | PT Angkasa Pura I PT Angkasa Pura II PT Hotel Indonesia Natour PT Sarinah PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko PT Pengembangan Pariwisata Indonesia |
Situs web | injourney |
Sejarah
Perusahaan ini sebelumnya bernama PT Survai Udara Penas (Persero), dengan sejarah yang merentang sejak akhir dekade 1950-an.
1959–2020
Perusahaan ini memulai sejarahnya dengan nama "Yayasan Lembaga Aerial Survey" pada tanggal 24 Desember 1959. Yayasan tersebut kemudian dilebur ke dalam "Perusahaan Negara Aerial Survey" (Penas) yang didirikan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 197 Tahun 1961.[3]
Penas bergerak di bidang pemetaan, pemotretan, dan survei dari udara. Untuk menjalankan bisnisnya, hingga tahun 1968, Penas menggunakan dua unit North American B-25 Mitchell yang dipinjamkan oleh TNI Angkatan Udara. Kemudian Penas menggunakan tiga unit C-130 Hercules yang juga dipinjamkan oleh TNI-AU. Pada awal dekade 1970-an, Penas mulai membeli pesawat terbang sendiri, yakni Cessna 402, Douglas C-47 Skytrain, Douglas DC-6, dan Dornier Do-28.[4] Pada tahun 1974, status perusahaan umum bagi Penas dikukuhkan kembali.[5] Pada awal dekade 1980-an, Penas kembali membeli Beechcraft Super King Air dan Beechcraft Queen Air.[4] Pada tahun 1991, status Penas resmi diubah menjadi persero.[6] Penas kemudian mulai menyewakan pesawat terbangnya jika tidak sedang dipakai. Pada dekade 1990-an, Penas mengalami kemunduran, karena munculnya jasa pemotretan udara via satelit yang hasilnya tidak berbeda jauh dengan pemotretan udara via pesawat terbang.[4]
2021–sekarang
Pada tanggal 1 Juli 2021, melalui Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 2021, Pemerintah Indonesia resmi mengubah nama Penas menjadi Aviasi Pariwisata Indonesia, sebagai bagian dari persiapan untuk membentuk holding BUMN yang bergerak di bidang aviasi dan pariwisata.[7] Pada tanggal 6 Oktober 2021, Pemerintah Indonesia resmi menunjuk perusahaan ini sebagai induk holding BUMN bidang aviasi dan pariwisata, yang beranggotakan Angkasa Pura I, Angkasa Pura II, Hotel Indonesia Natour, Sarinah, dan Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko.[2]
Pada bulan Januari 2023, pemerintah Indonesia menyerahkan mayoritas saham Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) ke perusahaan ini.[8]
Referensi
- ^ a b c Anwar, Muhammad Choirul (2021-10-05). Anwar, Muhammad Choirul, ed. "Mengenal PT Aviasi Pariwisata Indonesia, Induk Holding BUMN Pariwisata". Kompas.com. Kompas.com. Diakses tanggal 6 Oktober 2021.
- ^ a b "Peraturan Pemerintah nomor 104 tahun 2021" (PDF). Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Diakses tanggal 12 Oktober 2021.
- ^ "Peraturan Pemerintah nomor 197 tahun 1961". bpk.go.id. BPK RI. Diakses tanggal 8 Juli 2021.
- ^ a b c Sumbodo, Sudiro. "PENAS : Dari Survei Udara sampai Produksi Film". AviaHistoria. Diakses tanggal 6 Oktober 2021.
- ^ "Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 1974". bpk.go.id. BPK RI. Diakses tanggal 8 Juli 2021.
- ^ "Peraturan Pemerintah nomor 48 tahun 1991". bpk.go.id. BPK RI. Diakses tanggal 8 Juli 2021.
- ^ "Aviation and Tourism Holding Company: A New Dawn". Katadata (dalam bahasa Inggris). Katadata. 8 Juli 2021. Diakses tanggal 8 Juli 2021.
- ^ "Peraturan Pemerintah nomor 3 tahun 2033" (PDF). Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Diakses tanggal 24 Januari 2023.
Pranala luar