Kecerdasan sosial

Revisi sejak 26 Januari 2023 04.31 oleh Arya-Bot (bicara | kontrib) (Referensi: clean up)

Kecerdasan sosial adalah kemampuan untuk secara efektif menavigasi dan bernegosiasi dalam interaksi dan lingkungan sosial.[1] Menurut ilmuwan data Ross Honeywill, kecerdasan sosial adalah gabungan dari kesadaran diri dan kesadaran sosial, evolusi keyakinan sosial dan sikap, serta kapasitas dan kemampuan mengelola perubahan sosial yang kompleks.[2] Psikolog Nicholas Humphrey percaya bahwa kecerdasan sosial, bukan kecerdasan kuantitatif, yang mendefinisikan manusia.

Berkas:Graphic-designers-meeting.jpg
Diskusi grup yang membutuhkan interaksi, komunikasi, dan negosiasi merupakan implementasi langsung dari kecerdasan sosial.

Definisi pertama kecerdasan sosial oleh Edward Thorndike pada tahun 1920 adalah "kemampuan untuk memahami dan mengelola laki-laki dan perempuan dan anak perempuan, untuk bertindak bijaksana dalam hubungan manusia".[3] Hal ini setara dengan kecerdasan interpersonal, salah satu jenis kecerdasan yang diidentifikasi dalam teori kecerdasan majemuk Howard Gardner, dan terkait erat dengan teori pikiran.[2] Menurut Sean Foleno, kecerdasan sosial adalah kemampuan seseorang untuk memahami lingkungannya secara optimal dan bereaksi dengan tepat untuk sukses secara sosial.[2]

Aspek kecerdasan sosial

Terdapat lima aspek kecerdasan sosial.[4] Pertama, aspek kesadaran situasional. Aspek ini mengukur bagaimana individu memahami dan peka terhadap kebutuhan, hak, serta perasaan dari orang lain. Kedua, aspek kemampuan membawa diri yang meliputi penampilan fisik, cara bersikap, serta bahasa tubuh dari individu. Lalu yang ketiga adalah aspek autencitiy, yaitu bagaimana cara berbicara dan bersikap kepada orang lain yang menunjukkan ketulusan atau keaslian dari pribadi individu yang sesungguhnya.

Keempat, aspek clarity. Aspek ini mengukur bagaimana kemampuan individu dalam berkomunikasi dengan jelas, sehingga orang lain dapat mengerti maksud dari ide atau gagasan yang disampaikan. Selain itu, aspek ini juga mengukur bagaimana kemampuan individu untuk mempersuasi orang lain agar dapat menerima gagasan yang disampaikan. Kemudian aspek yang terakhir adalah empati, yaitu kemampuan individu untuk memahami dan mengerti perasaan orang lain.

Referensi

  1. ^ Honeywill, Ross 2015, The Man Problem: destructive masculinity in Western culture, Palgrave Macmillan, New York.
  2. ^ a b c Ganaie, M.Y (2015). "A Study of Social Intelligence & Academic Achievement of College Students of District Srinagar, J&K, Indi" (PDF). Journal of American Science. 
  3. ^ Thorndike, E.L. (1920). Intelligence and its use. Harper's Magazine, 140, 227-235.,
  4. ^ Soejanto, Laily Tiarani; Soekarman, F. I. (2015-11-24). "Tingkat Kecerdasan Sosial Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kanjuruhan Malang". JKI (Jurnal Konseling Indonesia) (dalam bahasa Inggris). 1 (1): 14–22. doi:10.21067/jki.v1i1.852. ISSN 2476-8901.