Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia

Organisasi di Indonesia
Revisi sejak 26 Januari 2023 16.34 oleh Onny Nagathan (bicara | kontrib) (Pembenaran ejaan dan tanda baca)

Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) merupakan Organisasi Kemasyarakatan Katolik berbasis mahasiswa yang berfungsi sebagai organisasi pengkaderan, pembinaan dan organisasi perjuangan mahasiswa Katolik (juga bukan Katolik) yang berasaskan Pancasila, dijiwai nilai-nilai kekatolikan, dan semangat kemahasiswaan.

PMKRI secara resmi berdiri pada 25 Mei 1947. Namun, cikal bakal organisasi ini sudah ada jauh sebelumnya yakni saat berdirinya KSV Sanctus Bellarminus, Batavia (didirikan di Jakarta, 10 November 1928), KSV Sanctus Thomas Aquinas Bandung (didirikan di Bandung, 14 Desember 1947), dan KSV Sanctus Lucas Surabaya (didirikan di Surabaya, 12 Desember 1948).

Pengurus Pusat PMKRI ==

Pengurus Pusat PMKRI (PP PMKRI) adalah badan eksekutif PMKRI dilevel nasional yang bertugas mengkoordinir (mengurus) cabang PMKRI berikut calon cabang PMKRI dan kota jajakan PMKRI. Lebih dari itu, PP PMKRI menjadi representasi organisasi dalam hubungan eksternal kekatolikan maupun internal kekatolikan, baik di dalam maupun di luar negeri. Sejatinya, PP PMKRI bukan supra struktur dari DPC PMKRI (Cabang PMKRI), melainkan primus inter pares.

Berikut ini adalah nama-nama pengurus pusat PMKRI, yaitu:[butuh rujukan]

  • 1951: Yogyakarta I, PK.Hardjasudirdja
  • 1952: Surabaya II, Sudyana
  • 1953: Jakarta III, Anton Moeliono
  • 1954: Bandung IV, Wisanto Haryadi
  • 1955: Yogyakarta V, C.Koentoro
  • 1956: Surabaya VI, FX.Surjanto
  • 1957: Jakarta VII, BS. Muljana
  • 1958: Bandung, I BS. Muljana
  • 1959: Semarang VIII /II, A.Hadyana P
  • 1960: Malang III, A.Ben Mboi
  • 1961: Yogyakarta IX/IV, Harry Tjan Silalahi
  • 1962: Surabaya V, Harimurti K
  • 1963: Jakarta VI, Cosmas Batubara
  • 1964: Malang X/VII, Cosmas Batubara
  • 1967: Bandung VIII, Savrinus Suardi
  • 1969: Surabaya XI/IX, Max Johanes Wajong
  • 1971: Surakarta XII/X, Chris Siner Key Timu
  • 1975: Semarang XIII/XI, Chris Siner Key Timu
  • 1977: Malang XIV/XII, Wem Kaunang
  • 1981: Jakarta XIII, Marcus Mali
  • 1985: Jakarta XV/XIV, Paulus Januar
  • 1988: Surabaya XVI/XV, Gaudens Wodar
  • 1990: Ujung Pandang XVII/XVI, Cyrillus I Kerong
  • 1992: Bandung XVIII/XVII, Leonardo Renyut
  • 1994: Medan XIX/XVIII, Antonius Doni
  • 1996: Malang XX/XIX, I Riza Primahendra
  • 1998: Banjarmasin XXI/XX, Ign. Kikin P Tarigan S
  • 2000: Jakarta XXII/XXI, Robert JE. Nalenan
  • 2002: Kupang XXIII /XXII Maria Restu Hapsari, Sekjen Meski Laka Lena
  • 2004: Manado XXIV /XXIII Emmanuel Josafat Tular, Sekjen Ariadi Budiarjo
  • 2006 Jayapura XXV/XXIV Bartolomeus Jematu, Sekjen Mervin S.Komber
  • 2009 Denpasar XXVI/XXV Stefanus Asat Gusma, Sekjen Emanuel Herdiyanto
  • 2011 Pontianak XXVII/XXVI Parlindungan Simarmata, Sekjen Lodovikus Dandung
  • 2013 Surabaya XXVIII/XXVII Lydia Natalia Sartono
  • 2016 Cibubur XXIX/XXVIII Angelius Wake Kago, Sekjen Bernadus Tri Utomo
  • 2018 Palembang XXX/XXIX Juventus Prima Yoris Kago, Sekjen Tomson Sabungan Silalahi
  • 2020 Ambon XXXI/XXX Benidiktus Papa, Sekjen Tri Natalia Urada

Sejarah

Federasi KSV

Katholieke Studenten Vereniging (KSV) sebagai Organisasi Mahasiswa Katolik paling awal telah berdiri di beberapa daerah yaitu, sebagai berikut.

Selanjutnya tahun 1949 dibentuk Federasi KSV yang diketuai oleh Gan Keng Soei (KS Gani) dan Ouw Jong Peng Koen (PK Ojong).

Perserikatan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI Yogyakarta)

Adapun PMKRI Yogyakarta yang pertama kali diketuai oleh Munadjat Danusaputro, didirikan pada tanggal 25 Mei 1947.

Fusi 11 Juni 1950 (Konggres I)

Keinginan Federasi KSV untuk berfusi dengan Perserikatan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia Yogyakarta saat itu, karena pada pertemuan antar KSV di penghujung 1949, dihasilkan keputusan bersama bahwa “….Kita bukan hanya mahasiswa Katolik, tetapi juga mahasiswa Katolik Indonesia ..." Federasi akhirnya mengutus Gan Keng Soei (KS Gani) dan Ouw Jong Peng Koen (PK Ojong) untuk mengadakan pertemuan dengan moderator dan pimpinan PMKRI Yogyakarta.

Setelah mendapat saran dan berkat dari Vikaris Apostolik Batavia yang pro Indonesia, yaitu Mgr. Peter J Willekens SJ, utusan Federasi KSV (kecuali Ouw Jong Peng Koen yang batal hadir karena sakit) bertemu dengan moderator pada tanggal 18 Oktober 1950. Pertemuan dengan Ketua PMKRI Yogyakarta saat itu, yaitu PK Haryasudirja, bersama stafnya berlangsung sehari kemudian. Dalam pertemuan-pertemuan tersebut intinya wakil federasi KSV yaitu Gan Keng Soei mengajak dan membahas keinginan ”Mengapa kita tidak berhimpun saja dalam satu wadah organisasi nasional mahasiswa Katolik Indonesia? Toh selain sebagai mahasiswa Katolik, kita semua adalah mahasiswa Katolik Indonesia. “

Maksud Federasi KSV ini mendapat tanggapan positif moderator dan pimpinan PMKRI Yogyakarta, dari pertemuan itu dihasilkan dua keputusan lain yaitu:

  • Setelah pertemuan tersebut, masing-masing organisasi harus mengadakan kongres untuk membahas rencana fusi.
  • Kongres Gabungan antara Federasi KSV dan PMKRI Yogyakarta akan berlangsung di Yogyakarta tanggal 9 Juni 1951.

Dalam kongres gabungan tanggal 9 Juni 1951, kongres dibuka secara resmi oleh PK Haryasudirja selaku wakil PMKRI Yogyakarta bersama Gan Keng Soei yang mewakili Federasi KSV. Di luar dugaan, Kongres yang semula direncanakan berlangsung hanya sehari, ternyata berjalan alot terutama dalam pembahasan satu topik, yakni penetapan tanggal berdirinya PMKRI.

Pada saat belum menemui kesepakatan, Kongres Gabungan sempat diskors untuk memberikan kesempatan kepada masing-masing organisasi untuk kembali mengadakan kongres secara terpisah pada tanggal 10 Juni 1951. Akhirnya Kongres Gabungan untuk fusi-pun kembali digelar pada tanggal 11 Juni 1951 dan berhasil menghasilkan 14 keputusan.[1]

Federasi KSV dan PMKRI Yogyakarta berfusi menjadi satu sebagai organisasi nasional mahasiswa katolik bernama ”Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia” yang kemudian disingkat PMKRI. Sebutan perhimpunan ini disepakati sebagai pertimbangan agar organisasi baru ini sudah bersiap-siap untuk mau dan mampu menampung masuk dan menyatunya organisasi-organisasi mahasiswa Katolik lain yang telah berdiri berlandaskan asas dan landasan lain, seperti KSV-KSV di daerah-daerah pendudukan Belanda guna menuju persatuan dan kesatuan Indonesia.

Dasar pedoman (AD/Anggaran Dasar) PMKRI Yogyakarta diterima sebagai AD sementara PMKRI hingga ditetapkannya AD PMKRI yang definitif.

Keputusan-keputusan yang dihasilkan pada waktu itu:

  1. PMKRI didirikan di Yogyakarta pada tanggal 25 Mei 1947.
  2. PMKRI berkedudukan di tempat kedudukan Pengurus Pusat PMKRI.
  3. Empat cabang pertama PMKRI adalah: PMKRI Cabang Yogyakarta, PMKRI Cabang Bandung, PMKRI Cabang Jakarta, dan PMKRI Cabang Surabaya.
  4. Dalam ART setiap Cabang PMKRI harus dicantumkan kalimat,”PMKRI berasal dari Federasi KSV dan PMKRI Yogyakarta yang berfusi tanggal 11 Juni 1951
  5. Santo pelindung PMKRI adalah Sanctus Thomas Aquinas
  6. Semboyan PMKRI adalah “Religio Omnium Scientiarum Anima” yang artinya Agama adalah jiwa segala ilmu pengetahuan.
  7. Baret PMKRI berwarna merah ungu (marun), dengan bol kuning di atasnya.
  8. Kongres fusi ini selanjutnya disebut sebagai Kongres I PMKRI.
  9. Kongres II PMKRI akan dilangsungkan di Surabaya, paling lambat sebelum akhir Desember 1952 dan PMKRI Cabang Surabaya sebagai tuan rumahnya.
  10. Masa kepengurusan PMKRI adalah satu tahun, dengan catatan: untuk periode 1951-1952 berlangsung hingga diselenggarakannya Kongres II PMKRI.
  11. PP PMKRI terpilih segera mendirikan cabang-cabang baru PMKRI diseluruh Indonesia dan mengenai hal ini perlu dikoordinasikan dengan pimpinan Waligereja Indonesia.
  12. PK Haryasudirja secara aklamasi ditetapkan sebagai Ketua Umum PP PMKRI periode 1951-1952.

Dengan keputusan itu, maka kelahiran PMKRI yang ditetapkan pada tanggal 25 Mei 1947 menjadi acuan tempat PMKRI berdiri. PMKRI didirikan di Balai Pertemuan Gereja Katolik Kotabaru Yogyakarta di jalan Margokridonggo (saat ini Jln. Abubakar Ali). Balai pertemuan tersebut sekarang bernama Gedung Widya Mandala.

Penentuan tanggal 25 Mei 1947 yang bertepatan sebagai hari Pantekosta, sebagai hari lahirnya PMKRI, tidak bisa dilepaskan dari jasa Mgr. Albertus Soegijapranata. Atas saran dialah tanggal itu dipilih dan akhirnya disepakati para pendiri PMKRI, setelah sejak Desember 1946 proses penentuan tanggal kelahiran belum menemui hasil. Alasan dia menetapkan tanggal tersebut adalah sebagai simbol turunnya roh ketiga dari Tri Tunggal Maha Kudus yaitu Roh Kudus kepada para mahasiswa katolik untuk berkumpul dan berjuang dengan landasan ajaran agama Katolik, membela, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia.

Referensi

  1. ^ a b "Sejarah Berdiri PMKRI". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-12-31. Diakses tanggal 2011-06-18. 

Pranala luar