Abdullah Syafi'i (GAM)

Panglima Gerakan Aceh Merdeka
Revisi sejak 28 Januari 2023 03.11 oleh Rampagoe (bicara | kontrib)

Perkasa Alam Teungku Abdullah Syafi'i lebih dikenal dengan nama Teungku Lah (12 Oktober 1947 – 22 Januari 2002) adalah tokoh pejuang GAM. Dia pernah menjabat sebagai Panglima Gerakan Aceh Merdeka.

Abdullah Syafi'i
JulukanTeungku Lah
Lahir(1947-10-12)12 Oktober 1947
Indonesia Bireun, Aceh
Meninggal22 Januari 2002(2002-01-22) (umur 54)
Indonesia Pidie Jaya, Aceh
Pengabdian Gerakan Aceh Merdeka
Lama dinas4 Desember 1976 – 8 September 2004
PangkatJendral
KesatuanTentara Negera Aceh (TNA)
Perang/pertempuranPemberontakan di Aceh  
PenghargaanPanglima Tertinggi Seluruh Aceh Sumatra

Teungku Abdullah Syafie atau Teungku Lah adalah Panglima GAM yang sangat karismatik, disegani kawan dan ditakuti lawan. Di kalangan pasukannya Teungku Lah dikenal sangat tegas namun sopan. Ia juga santun dan bersahaja.

Teungku Lah adalah pemimpin sayap militer GAM. Dia pernah menjabat sebagai Panglima GAM Wilayah Pidie, dan terakhir sebagai Panglima Gerakan Aceh Merdeka seluruh Sumatera. Konon, lebih 20 tahun Teungku Lah memimpin gerilyawan GAM di kawasan Bireuen.

Teungku Lah tidak mendapat pendidikan militer di Libya, seperti Arjuna atau Ahmad Kandang. Inilah yang membuatnya tidak begitu suka dengan penggunaan kekerasan dalam berjuang. Kekuatan senjata hanya untuk mempertahankan diri. Hal ini pula yang membuat Teungku Lah sangat dihormati oleh tentara musuh.

Teungku Lah lahir di Desa Matanggeulumpang Dua, Bireuen. Ia hanya sempat bersekolah hingga kelas tiga di Madrasah Aliyah Negeri Peusangan. Keluar dari sekolah tersebut, Teungku Lah memilih belajar agama di sejumlah Pesantren di Aceh. Teungku Lah mulai terlibat GAM pada awal 1980 (ada juga kabar yang menyebutkan, Teungku Lah bergabung dengan GAM sehari setelah Hasan Tiro memproklamirkan GAM di Gunong Halimon).

Sebenarnya, masa muda Teungku Lah termasuk unik. Ia banyak terlihat dalam dunia teater bersama group Jeumpa. Sangat jauh dari kesan militer. Tetapi, belakangan, hal ini sangat membantu Teungku Lah dalam hal penyamaran. Mobilitas Teungku Lah tak terdeteksi. Orang Aceh menyebut Teungku Lah punya ileume peurabon (ilmu bisa menghilangkan diri). Teungku Abdullah Syafie meninggal dunia pada 22 Januari 2002 di Jiem-Jiem, Bandar Baru, Pidie dalam sebuah penyergapan oleh TNI. Sang istri dan lima pasukannya ikut syahid dalam penyerangan tersebut.

Sebelum meninggal, Teungku pernah membuat wasiat, “Jika pada suatu hari nanti Anda mendengar berita bahwa saya telah syahid, janganlah saudara merasa sedih dan patah semangat. Sebab saya selalu bermunajat kepada Allah SWT agar mensyahidkan saya apabila kemerdekaan Aceh telah sangat dekat. Saya tak ingin memperoleh kedudukan apapun apabila negeri ini (Aceh) merdeka”.

Referensi