Pigmen hayati adalah kelas pigmen yang dihasilkan secara alami oleh organisme atau mikroorganisme atau makhluk hidup lainnya.[1] Pigmen hayati terutama dihasilkan oleh tumbuhan, alga, sejumlah bakteri, dan beberapa fungi (jamur). Ada pula hewan yang menghasilkan sendiri pigmen, meskipun banyak di antaranya memperoleh pigmen dari makanannya.

Model 3D dari molekul klorofil.
Antosianin memberikan beberapa petal berwarna ungu.

Pigmen hayati memiliki fungsi metabolik penting, terutama sebagai penangkap energi cahaya atau penetral oksidan. Hal ini dapat dilakukan karena pigmen hayati, sebagaimana pigmen lainnya, memiliki kemampuan mengubah konformasi molekul melalui reaksinya terhadap cahaya.

Pigmen hayati bereaksi terhadap cahaya melalui sistem konjugasi yang pada umumnya terjadi karena ada rangkaian ikatan tunggal dan rangkap yang berselang-seling. Cahaya akan memberikan foton dan kelebihan energi ini membuat elektron tereksitasi ke orbital dengan energi lebih tinggi. Perubahan ini merangsang proses resonansi pada rangkaian ikatan tunggal dan rangkap dan mentransfer elektron. Selain sistem konjugasi, reaksi terhadap cahaya juga dapat terjadi karena adanya ikatan terhadap atom/ion logam dalam struktur kompleks.

Pigmen-pigmen hayati tumbuhan dan alga termasuk dalam kelas klorofil, karotenoid, antosianin, dan betalain. Pigmen yang dihasilkan hewan misalnya adalah melanin.

Pigmen ini aman untuk digunakan, karena pigmen ini tidak mengandung senyawa toksik terhadap manusia.[2] Penggunaan biopigmen ini sudah banyak digunakan terutama pada bidang industri pangan, seperti makanan dan minuman.[2]

Warna pigment berbeda dari warna struktural karena sama untuk semua sudut pandang, sedangkan warna struktural adalah hasil dari pemantulan atau iridesensi yang dipilih, biasanya karena struktur multi-lapisan. Misalnya, sayap kupu-kupu biasanya berisi warna struktural, meskipun banyak kupu-kupu memiliki sel yang berisi pigment juga.

Pigmen mikroorganisme

Pigmen tumbuhan

Referensi

  1. ^ (Inggris) Asthon Acton. 2012. Biological Pigments—Advances in Research and Application. Georgia: ScholaryEditions.
  2. ^ a b Johan Mohamad.2007. Produksi dan karakterisasi biopigmen fikosianin dari spirulina fusiformis serta aplikasinya sebagai pewarna minuman (Thesis). Institute Pertanian Bogor: Fakultas Perikanan dan Kelautan
  3. ^ (Inggris) C. D. Cox, P Adam. 1985. (Inggris) Siderophore activity of pyoverdin for Pseudomonas aeruginosa. Infect. Immun. 48(1):130-138.
  4. ^ (Inggris) RJ Shiau, TW Lin. 2011. (Inggris) Chryseobacterium indologenes improves survival of the Chromobacterium violaceum and violacein production. Afr. J. Biotechnol. 10(13):2486-2492.
  5. ^ (Inggris) Robert P Williams. 1973. (Inggris) Biosynthesis of Prodigiosin, a Secondary Metabolite of Serratia marcescens. Appl. Environ. Microbiol. 25(3):396-402.
  6. ^ (Inggris) R. R. Gupta. 2008. Bioactive Heterocycles VI: Flavonoids and Anthocyanins in Plants and Latest Bioactive Heterocycle I. Berlin: Springer.

Pranala luar