Perdarahan subkonjungtiva

Revisi sejak 2 Februari 2023 05.57 oleh Heihelmi (bicara | kontrib) (Menyunting artikel)

Perdarahan subkonjungtiva adalah perdarahan yang berasal dari pembuluh darah kecil di konjungtiva atau lapisan mata yang transparan. Kondisi ini menghasilkan bercak merah yang terlihat di bagian putih mata. Pada umumnya, hanya sedikit atau tidak ada rasa sakit dan tidak mempengaruhi penglihatan. Biasanya hanya terjadi pada salah satu mata.

Penyebab alami karena batuk, muntah, mengangkat beban berat, mengejan saat buang air besar atau saat melahirkan. Kondisi tersebut meningkatkan tekanan darah di sistem peredaran darah menuju retina. Terdapat empat pleksus vaskuler di retina yang disuplai oleh kapiler-kapiler kecil dan halus. Dinding kapiler ini akan pecah jika mendapat tekanan darah secara tiba-tiba. Sedangkan penyebab eksternal dapat berupa cedera langsung akibat benturan benda tumpul. Faktor risiko yaitu penderita hipertensi, diabetes, lansia, dan konsumsi obat antikoagulan. Bayi lahir per vaginam berisiko 2% mengalami perdarahan subkonjungtiva.

Epidemiologi

Tidak ada pengaruh jenis kelamin pada penderita perdarahan subkonjungtiva. Akan tetapi, kondisi ini lebih sering ditemukan pada laki-laki yang melakukan pekerjaan berat dan cenderung beraktivitas lebih ekstrim. Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata insidensi perdarahan subkonjungtiva non traumatik lebih sering terjadi pada perempuan dibanding laki-laki. Risiko terjadinya perdarahan subkonjungtiva spontan meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah 50 tahun. Individu usia tersebut memiliki komorbid berupa hipertensi, hiperlipidemia, dan diabetes melitus[1].

Patofisiologi

Perdarahan subkonjungtiva diakibatkan oleh perdarahan pembuluh darah konjungtiva atau episklera yang bocor ke ruang subkonjungtiva. Pembuluh darah dapat aus dan robek seiring waktu. Jaringan elastis dan ikat menjadi rapuh seiring bertambahnya usia. Adanya komorbid meningkatkan risiko terjadinya perdarahan pada lansia. Perdarahan subkonjungtiva traumatik lebih terlokalisasi pada lokasi benturan dibanding perdarahan subkonjungtiva spontan[1].

Histopatologi

Secara histopatologi, perdarahan terjadi di antara konjungtiva dan episklera, tepatnya di substansia propria. Mata dapat berubah menjadi biru dan kuning karena hemoglobin dan elemen darah lainnya terurai layaknya memar[1].

Tanda dan gejala

Perdarahan subkonjungtiva pada umumnya tidak menyebabkan rasa sakit, meskipun mempengaruhi kondisi mata menjadi kering, kasar, dan gatal. Perdarahan subkonjungtiva diawali dengan munculnya bercak merah terang di konjungtiva mata. Selanjutnya, perdarahan menyebar dan warna berubah hijau atau kuning. Kondisi ini menghilang dalam waktu sekitar dua minggu.

Penyebab

  1. Meningkatnya tekanan pembuluh vena pada kondisi batuk dan bersin hebat, muntah, tersedak, batuk, tercekik, mengejan
  2. Perubahan tekanan eksternal
    • Perubahan tekanan atmosfer, misalnya saat naik pesawat
    • Penggunaan masker yang menekan wajah saat menyelam
  3. Cedera mata atau kepala
  4. Operasi mata
  5. Patah tulang zigomatik
  6. Infeksi mata
  7. Penyakit koagulasi, leptospirosis

Perdarahan subkonjungtiva pada bayi berhubungan dengan penyakit skurvi, kekerasan, ataupun sindrom asfiksia.

Diagnosis

Penentuan diagnosis melalui pemeriksaan visual dengan mengamati perubahan warna merah terang yang berbatas dengan sklera atau bagian putih mata. Pada kondisi yang jarang terjadi, darah dapat menetes dari mata.

Penanganan

Perdarahan subkonjungtiva merupakan kondisi yang dapat sembuh sendiri dan tidak membutuhkan pengobatan, kecuali terjadi infeksi mata atau terdapat cedera mata. Penderita dapat menggunakan obat tetes mata empat hingga enam kali sehari jika mata terasa kering atau gatal.

Referensi

  1. ^ a b c Doshi, Ricky; Noohani, Tariq (2022). Subconjunctival Hemorrhage. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. PMID 31869130.