Sunan Gresik

penyebar agama Islam di Indonesia

Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim alias Syekh Maulana Maghribi (w. 1419 M/822 H) adalah nama salah seorang pemimpin Walisongo dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Ia dimakamkan di desa Gapurosukolilo, Gresik.

asy-Syaikh

Sunan Gresik
Kaligrafi Syekh Maulana Malik Ibrahim
Informasi pribadi
Lahir
Syekh Maulana Maghribi

Th. 26.02.1356 M.
Meninggal17.04.1419 M.[1]
Gresik, Majapahit
AgamaIslam
Pasangan
  • Dewi Candrawulan / Avarawati / Bong Fei Xin (menikah Thn 1401 M champa)
  • Siti Maryam
  • Wan Jamilah
Anak
    • Syarifah Sarah [Azmatkhan]
    • Syarifah Siti Zainab [Azmatkhan]
    • Maulana Maghribi II/ Maulana Malik Maghribi [Azmatkhan]
    • Maulana Malik Israfil [Azmatkhan]
    • Yusuf Al-Maghribi. [Azmatkhan]
    • Abbas Al-Maghribi [Azmatkhan]
    • Maulana Moqfaroh / Maulana Maghfarah Al-Maghribi [Azmatkhan]
    • R. Kidang Telangkas (Jaka Tarub) / Abdurrahim Al-Maghribi [Azmatkhan]
    • Syarif Abdullah [Azmatkhan]
    • Nyai Retna Rasajati [Akbar]
    • Sunan Ampel
    • Maullana Ali Murtadho
    • Dewi Endang Sasmita Puri
Orang tua
  • Barakat Zainal Alam (ayah)
  • Amira Fathimah binti Amir Husain bin Muhammad Taraghay (ibu)
DenominasiSunni
Dikenal sebagaiWali Sanga
Pemimpin Muslim
PendahuluJamaluddin Akbar al-Husaini
PenerusSunan Ampel

Nasab dan keturunannya

Nasab Maulana Malik Ibrahim bersumber dari catatan dari As-Sayyid Bahruddin Ba’alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume.

Dalam catatan itu tertulis:

- As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin

- As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin

- As-Sayyid Husain Jamaluddin / Wali Qutub Syekh Kubro bin

- As-Sayyid Ahmad Jalaluddin / Syah Jalaluddin bin

- As-Sayyid Abdullah bin

- As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin

- As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin

- As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin

- As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin

- As-Sayyid Alwi bin

- As-Sayyid Muhammad bin

- As-Sayyid Alwi bin

- As-Sayyid Ubaidillah bin

- Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin

- Al-Imam Isa Ar-Rumi bin

- Al-Imam Muhammad An-Naqib bin

- Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin

- Al-Imam Ja’far Shadiq bin

- Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin

- Al-Imam Ali Zainal Abidin bin

- Al-Imam Al-Husain bin

- Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti

- Nabi Muhammad Rasulullah SAW.

Pernikahan

Syekh Maulana Malik Ibrahim memiliki 3 isteri bernama:

  • 1. Siti Fathimah binti Ali Nurul Alam Maulana Israil (Raja Champa Dinasti Azmatkhan 1), memiliki 2 anak, bernama: Maulana Moqfaroh dan Syarifah Sarah.
  • 2. Siti Maryam binti Syekh Subakir, memiliki 4 anak, yaitu: Abdullah, Ibrahim, Abdul Ghafur, dan Ahmad.
  • 3. Wan Jamilah binti Ibrahim Zainuddin Al-Akbar Asmaraqandi, memiliki 2 anak yaitu: Abbas dan Yusuf.

Selanjutnya Syarifah Sarah binti Maulana Malik Ibrahim dinikahkan dengan Sayyid Fadhal Ali Murtadha [Sunan Santri/ Raden Santri] dan melahirkan dua putera yaitu Haji Utsman (Sunan Manyuran) dan Utsman Haji (Sunan Ngudung). Selanjutnya Sayyid Utsman Haji (Sunan Ngudung) berputera Sayyid Ja’far Shadiq (Sunan Kudus).

Riwayat Dakwah

Maulana Malik Ibrahim dianggap termasuk salah seorang yang pertama-tama menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, dan merupakan wali senior di antara para Walisongo lainnya.[2] Beberapa versi babad menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali ialah desa Sembalo, sekarang adalah daerah Leran, Kecamatan Manyar, yaitu 9 kilometer ke arah utara kota Gresik. Ia lalu mulai menyiarkan agama Islam di tanah Jawa bagian timur, dengan mendirikan mesjid pertama di desa Pasucinan, Manyar.

 
Makam Maulana Malik Ibrahim di sekitar tahun 1900

Pertama-tama yang dilakukannya ialah mendekati masyarakat melalui pergaulan. Budi bahasa yang ramah-tamah senantiasa diperlihatkannya di dalam pergaulan sehari-hari. Ia tidak menentang secara tajam agama dan kepercayaan hidup dari penduduk asli, melainkan hanya memperlihatkan keindahan dan kebaikan yang dibawa oleh agama Islam. Berkat keramah-tamahannya, banyak masyarakat yang tertarik masuk ke dalam agama Islam.[3]

Setelah berhasil memikat hati masyarakat sekitar, aktivitas selanjutnya yang dilakukan Maulana Malik Ibrahim ialah berdagang. Ia berdagang di tempat pelabuhan terbuka, yang sekarang dinamakan desa Roomo, Manyar.[4] Perdagangan membuatnya dapat berinteraksi dengan masyarakat banyak, selain itu raja dan para bangsawan dapat pula turut serta dalam kegiatan perdagangan tersebut sebagai pelaku jual-beli, pemilik kapal atau pemodal.[5]

Setelah cukup mapan di masyarakat, Maulana Malik Ibrahim kemudian melakukan kunjungan ke ibu kota Majapahit di Trowulan. Raja Majapahit meskipun tidak masuk Islam tetapi menerimanya dengan baik, bahkan memberikannya sebidang tanah di pinggiran kota Gresik. Wilayah itulah yang sekarang dikenal dengan nama desa Gapura. Cerita rakyat tersebut diduga mengandung unsur-unsur kebenaran; mengingat menurut Groeneveldt pada saat Maulana Malik Ibrahim hidup, di ibu kota Majapahit telah banyak orang asing termasuk dari Asia Barat.[6]

Demikianlah, dalam rangka mempersiapkan kader untuk melanjutkan perjuangan menegakkan ajaran-ajaran Islam, Maulana Malik Ibrahim membuka pesantren-pesantren yang merupakan tempat mendidik pemuka agama Islam pada masa selanjutnya. Hingga saat ini makamnya masih diziarahi orang-orang yang menghargai usahanya menyebarkan agama Islam berabad-abad yang silam. Setiap malam Jumat Legi, masyarakat setempat ramai berkunjung untuk berziarah. Ritual ziarah tahunan atau haul juga diadakan setiap tanggal 12 Rabi'ul Awwal, sesuai tanggal wafat pada prasasti makamnya. Pada acara haul biasa dilakukan khataman Al-Quran, mauludan (pembacaan riwayat Nabi Muhammad), dan dihidangkan makanan khas bubur harisah.[7]

Filsafat

Mengenai filsafat ketuhanannya, disebutkan bahwa Maulana Malik Ibrahim pernah menyatakan mengenai apa yang dinamakan Allah. Ia berkata: "Yang dinamakan Allah ialah sesungguhnya yang diperlukan ada-Nya." Meskipun hal ini tidak ada bukti yang dapat menunjukkan keberanan filsafat tersebut, karena di berbagai sumber, menyebutkan bahwa dia adalah seorang Ahlus Sunnah Wal Jama'ah

Wafat

Setelah selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, Syeh Maulana Malik Ibrahim wafat tahun 1419. Makamnya kini terdapat di desa Gapura, Gresik, Jawa Timur.

Inskripsi dalam bahasa Arab yang tertulis pada makamnya adalah sebagai berikut:

Ini adalah makam almarhum seorang yang dapat diharapkan mendapat pengampunan Allah dan yang mengharapkan kepada rahmat Tuhannya Yang Maha Luhur, guru para pangeran dan sebagai tongkat sekalian para sultan dan wazir, siraman bagi kaum fakir dan miskin. Yang berbahagia dan syahid penguasa dan urusan agama: Malik Ibrahim yang terkenal dengan kebaikannya. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan ridha-Nya dan semoga menempatkannya di surga. Ia wafat pada hari Senin 12 Rabi'ul Awwal 822 Hijriah.

Saat ini, jalan yang menuju ke makam tersebut diberi nama Jalan Malik Ibrahim.[7]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Bukti ini nampak pada bingkai nisan Maulana Malik Ibrahim, terdapat pahatan ayat suci Al-Qur’an. Diawali dengan surat al-Baqarah ayat 225 yang lebih popular disebut ayat kursi, lalu surat Ali Imran ayat 185, Al-Rahman ayat 26-27, dan diakhiri dengan surat At-Taubah ayat 21-22. Menurut beberapa penelitian literatur, nisan tersebut berasal dari Cambay, Gujarat dan nisan tersebut adalah persembahan Sultan Samudra Pasai sebagai tanda hormat atas keagungan sang Maulana Maulik Ibrahim. Pada makam Maulana Malik Ibrahim, terdapat pula sebuah teks bertuliskan :“Ini adalah makam almarhum seorang yang dapat diharapkan mendapat pengampunan Allah dan yang mengharapkan kepada rahmat Tuhannya Yang Maha Luhur, guru para pangeran, dan sebagai tongkat sekalian para sultan dan Wazir, siraman bagi kaum fakir dan miskin. Yang berbahagia dan syahir penguasa dan urusan agama : Malik Ibrahim yang terkenal dengan kebaikannya. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya dan semoga menempatkannya di surga.” Maulana Malik Ibrahim adalah cucu dari Wali Qutub [As-Sayyid Husain Jamaluddin]. Seorang Wali Allah yang menjadi Mufti dan Penasehat Kekhilafahan Turki Utsmani, yang dipimpin oleh Khalifah Muhammad I. Ayah Maulana Malik Ibrahim adalah As-Sayyid Barakat Zainul Alam, Seorang Wali Allah yang memiliki paras yang tampan, & mempunyai keahlian sebagai orator yang ulung & memukau.
  2. ^ Drewes, G. W. J. 1968. New Light on the Coming of Islam to Indonesia?, Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde.
  3. ^ Salam, Solichin, 1960. Sekitar Walisanga, hlm 24-25, Penerbit "Menara Kudus", Kudus.
  4. ^ Munif, Drs. Moh. Hasyim, 1995. Pioner & Pendekar Syiar Islam Tanah Jawa, hlm 5-6, Yayasan Abdi Putra Al-Munthasimi, Gresik.
  5. ^ Tjandrasasmita, Uka (Ed.), 1984. Sejarah Nasional Indonesia III, hlm 26-27, PN Balai Pustaka, Jakarta.
  6. ^ Groeneveldt, W.P., 1960. Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled from Chinese Sources. Bhratara, Jakarta.
  7. ^ a b Jejak Para Wali dan Ziarah Spiritual, Penerbit Buku Kompas, Desember 2006.