Suku Koto
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Suku koto merupakan satu dari dua klan induk dalam suku Minangkabau.
Suku minangkanbau memiliki dua klan (suku dalam bahasa orang minang) yaitu Klan/suku Koto Piliang dan Klan/suku Bodi Chaniago
Suku Koto dipimpin oleh Datuk Ketumanggungan yang memiliki aliran Aristokratis Militeris, dimana falsafah suku Koto Piliang ini adalah "Manitiak dari Ateh, Tabasuik dari bawah, batanggo naiak bajanjang turun" Datuk Ketumanggungan gadang dek digadangan "Besar karena diagungkan oleh orang banyak),sedangkan Datuk Perpatih Nan Sebatang "tagak samo tinggi, duduka samo randah"
Suku Koto dikenal dengan kepintaran dan keberaniannya. Di beberapa tempat di Minangkabau, suku koto bergabung dengan Suku Piliang sehingga disebut saja sebagai suku Piliang. Oleh karena itu Koto dan Piliang itu sebenarnya merupakan rumpun suku yang sama.
Suku-suku di Minangkabau yang saat ini berjumlah ratusan, merupakan pembagian atau turunan dari 2 suku tertua tersebut, yaitu Koto Piliang dan Bodi Chaniago. Namun silsilah yang pasti sudah tidak diketemukan lagi referensinya.
Hingga saat ini, suku koto masih tersebar luas di berbagai wilayah di Minagkabau, nusantara dan ke seluruh pelosok negara lain.
Orang koto dikenal dengan adatnya yang masih kuat.
Asal Usul Suku Koto
A. A. Navis dalam bukunya berjudul Alam Terkembang Jadi Guru menyatakan bahwa nama suku Koto berasal dari kata 'koto' yang berasal dari bahasa Sanskerta 'kotta' yang artinya benteng, dimana dahulu benteng ini terbuat dari bambu. di dalam benteng ini terdapat pula pemukiman beberapa warga yang kemudian menjadi sebuah 'koto' yang juga berarti kota, dalam bahasa Batak disebut 'huta' yang artinya kampung.
Dahulu Suku Koto merupakan satu kesatuan dengan Suku Piliang tapi karena perkembangan populasinya maka paduan suku ini dimekarkan menjadi dua suku yaitu suku Koto dan suku Piliang.
Gelar Datuk Suku Koto
Diantara gelar datuk Suku Koto adalah :
- Datuk Bandaro Kali, gelar ini pernah akan dinobatkan kepada Mentri Pariwisata Malaysia, Dr. Rais Yatim yang berdarah Minang tapi beliau menolaknya lantaran akan sulit baginya untuk terlibat dalam kegiatan suku Koto nagari Sipisang setelah beliau dinobatkan.
Referensi
- AA. Navis, Alam Terkembang Jadi Guru