Gunung Wilis

gunung di Indonesia

Gunung Wilis adalah sebuah gunung berapi (non-aktif) yang terletak di Jawa Timur, Indonesia. Pegunungan Wilis memiliki banyak puncak salah satunya yang tertinggi bernama puncak Trogati dengan ketinggian 2.563 meter di atas permukaan laut (mdpl), gugusan pegunungan wilis termasuk dalam wilayah enam kabupaten dan satu wilayah Kota yaitu Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ponorogo, dan Kabupaten Trenggalek.

Gunung Wilis
Kompleks Gunung Liman-Wilis dilihat dari arah barat
Titik tertinggi
Ketinggian2.563 m (8.409 ft)[1]
Koordinat7°48′50″S 111°45′36″E / 7.813817°S 111.760136°E / -7.813817; 111.760136
Geografi
LetakJawa Timur, Indonesia
Geologi
Usia batuanBasalt andesite
Jenis gunungPegunungan
Letusan terakhirTidak diketahui
Hutan Pegunungan Wilis pada sisi Kediri, tepatnya di daerah Air Terjun Dholo, Desa Besuki, Kecamatan Jugo. Hutan dengan banyak aliran air, berhawa dingin dan tingkat kelembaban rendah.

Gunung Wilis mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan hutan Ericaceous atau hutan gunung.

Daerah lereng pegunungan Wilis pernah dilalui oleh Jenderal Sudirman, sebelum melakukan Serangan Umum 1 Maret 1949 ke Yogyakarta dimulai dari pudak wetan-seran-jeladri-pulosari-pangangonan-gedang klutuk-ngliman-bajulan.

Legenda Sejarah

Legenda Gunung Wilis sangat erat dengan kisah penciptaan manusa yangh tertulis dalam Tantu Panggelaran[2] yang ditulis dalam bahasa Jawa Pertengahan pada zaman Majapahit. Suntingan teks yang sangat penting telah terbit pada tahun 1924 di Leiden oleh Dr. Theodoor Gautier Thomas Pigeaud

Dikisahkan, pada mulanya pulau Jawa tidak berpenghuni dan selalu bergoncang sehingga pulau Jawa membutuhkan gunung untuk menancapnya. Proses pengaturannya berjalan sebagai berikut: para Dewa mengangkat puncak gunung Mahameru (Gunung Semeru) dari India dan ditempatkan di sebelah barat pulau Jawa dan berceceran di sepanjang jalan, sehingga terjadilah gunung Lawu, Gunung Wilis, Kelud, Kawi, Gunung Arjuna, Gunung Kumukus dan pada akhirnya Gunung Semeru

Dalam literatur klasik Jawa, Gunung Wilis atau Gunung Pawinihan memiliki peran penting dalam sejarah terciptanya manusia. Penggambaran kisah penciptaan manusia bersumber dari Jagad Gumelar – Manusia Tercipta [3]yang di tulis oleh Agung Bimo Sutejo dan Timmy Hartadi, inilah kisahnya :

Adalah Sang Hyang Batara Brama yang pertama kali menciptakan manusia, diambil dari tanah dan dibuat dengan kepalan tangannya, karena Sang Hyang Batara Brama adalah Dewa Api maka wujud manusia yang dibuat terlalu gosong, makanya kemudian disebut dengan Bangsa Keling. Proses penciptaan manusia [4] pertama itu terjadi di daratan Jawa di Gunung Bromo, dan manusia yang diciptakan saat itu suhunya sangat panas untuk tinggal di dataran rendah sehingga mereka hanya dapat hidup di ketinggian yang suhunya lebih dingin.

Kemudian Sang Hyang Batara Wisnu juga menciptakan manusia dan terwujudlah sosok manusia yang lebih baik dan sempurna [seperti manusia sekarang ini], kejadian itu masih di daratan Jawa di Gunung Pawinihan [sekarang Gunung Wilis]. Tetapi saat itu manusia ciptaan Sang Hyang Batara Wisnu kondisi suhunya masih sama karena hanya mampu tinggal di tempat dingin. Manusia ciptaan itu menjadi rebutan dari para Hapsara dan Hapsari untuk dimomong oleh mereka.

Maka diaturlah agar manusia mempunyai keturunan dulu dan kemudian anak-anak mereka langsung di bawa oleh para Hapsara dan Hapsari untuk kemudian wajahnya dibentuk sesuai dengan wajah dari para Hapsara dan Hapsari yang memomongnya. Hal ini dilakukan agar Arcapada dapat dipenuhi oleh manusia untuk keseimbangan alam semesta.

Jika nama kuno gunung Wilis adalah Gunung Pawinihan, maka hingga kini tak ada literatur yang mencatat sejak kapan nama pawinihan berubah menjadi Wilis

Letusan

Catatan mengenai erupsi Gunung Wilis tidak dapat diketahui secara pasti. Namun, terdapat laporan yang menyatakan bahwa adanya erupsi pada tahun 1641; pada tahun yang sama, Gunung Kelud mengalami erupsi besar.[1]

Pendakian

Pendakian Gunung Wilis [5] dari arah timur dapat dimulai melalui Kabupaten Kediri tepatnya Kecamatan Mojo. Jalan menuju ke puncak gunung Wilis sudah dibangun memadai melalui Mojo. Selain pendakian melalui Kecamatan Mojo, menuju ke puncak juga bisa melalui Kecamatan Semen.

Jalan alternatif baru yang dibangun oleh pihak pemerintah Kediri sangat memadai, dengan luas jalan yang bisa dilalui oleh 2 mobil. Sementara itu dari arah selatan Gunung Wilis dapat didaki dari Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung.

Apabila ingin mencapai Gunung Wilis puncak limas dari arah utara, pendakian dapat dimulai dari bajulan roro kuning dan jontani Kabupaten Nganjuk, sementara jika ingin menuju puncak liman (puncak tertinggi wilis 2563 mdpl) bisa ditempuh melalui pudak wetan Kabupaten Ponorogo , air terjun sedudo ngliman sawahan nganjuk dan dari seweru, kare Kabupaten Madiun.

Berikut ini rute jalur pendakian Pegunungan Wilis antara lain :

  1. Pendakian Liman via Kare yang dikelola Kare Eco Adventure
  2. Pendakian Liman via Pudak Wetan Tulungagung yang dikelola Paguyuban Hargo Wilis
  3. Pendakian Limas via Sekartaji yang dikelola LMDH Desa Bajulan
  4. Pendakian Limas via Taman Kelir Kediri yang dikelola Wana Rescue Kediri
  5. Pendakian Jontani via Bareng yang dikelola Jontani Adventure
  6. Pendakian Argokelono via Salam Judeg yang dikelola Perkawis Blongko
  7. Pendakian Wilis via Mojo Kediri yang dikelola LMDH
  8. Pendakian Wilis via Sendang Tulungagung yang dikelola LMDH
  9. Pendakian Wilis via Jurang Senggani Tulungagung yang dikelola LMDH

Pegunungan Wilis

Menurut Peta AMS 1 (tahun 1942) Gunung Wilis (2.563 meter) terletak satu rangkaian dalam Pegunungan Wilis. Puncak tertinggi dari pegunungan Wilis adalah puncak Liman atau yang biasa disebut Puncak Trogati yang terletak 2.563 meter dari permukaan laut. Pada puncak gunung inilah secara de facto merupakan perbatasan dari dua (2) kabupaten: Nganjuk dan Ponorogo

 
Hamparan sawah dengan latar belakang gunung manyutan dan gunung mantenan (wilis barat) di Madiun.
  1. Di wilayah Kediri: Pk. G. Cemorokandang 2256 m, pk. G. Malang 1860 m, pk. G. Watubangil 2196 m, pk. G. Obeng-obeng 1993 m, pk. G. Kendil 1887 m, dan pk. G. Argoklono 1772 m.
  2. Di wilayah Nganjuk: Pk. G. Jogopogo 2220 m, pk. G. Wilis Wilboz 2330 m, pk. G. Tapan sewelas 1283 m, pk. G. Mloloseketip 1270 m, pk. G. Lekerasu 1290 m, dan pk. G. Cumpleng 1375 m.
  3. Di wilayah Madiun: Pk. G. Bendo 1170 m, pk. G. Manyutan 1565 m, pk. G. Bulur 852 m, pk. G. Kemamang, 1463 m, pk. G. Seklajar 1295 m, pk. G. Kukusan 1337 m, pk. G. Cemoro 1288 m, pk. G. Margojambangan 1266 m, pk. G. Setompo 1292 m, pk. G. Tangkil 1232 m, pk. G. Bandoeng 1178 m, pk. G. Poerwo 1064 m, pk. G. Hargokalangan 2142 m.
  4. Di wilayah Ponorogo: Pk. G. Dorowati 2207 m, pk. G. Merning 2204 m, pk. G. Argo Tawang 2284 m, pk. G. Tugel 2174 m, pk. G. Argo Kalang 2142 m, pk. G. Wilis Zuid 1850 m, pk. G. Wolan 1780 m, pk. G. Dudha Karim 1894 m, pk. G. Jeding 1612 m, pk. G. Tumpak Candu 1602 m, pk. G. Gayungan 1266 m, pk. G. Beser 1328 m, pk. G. Patuk Banteng 1630 m, pk. G. Wader Gandul 1405 m, pk. G. Banyon 1175 m, pk. G. Picis 1170 m, pk. G. Segogor 1181 m, dan pk. G. Kemlandingan 1379 m, pk. G. Kayurubung 1518 m.
  5. Di wilayah Trenggalek: Pk. Ngrembes 1332 m dan pk. G. Sangku 1890 m.
  6. Di wilayah Tulungagung: Pk. G. Wilis Wilbur 2104 m dan pk. G. Ngesong 1888 m.

Masih banyak nama-nama puncak yang lainnya, namun nama gunung-gunung tersebut oleh masyarakat hanya dipanggil sebagai Gunung Wilis dan Gunung Liman saja.

Monumen alam

Gunung Segogor dan Gunung Picis, merupakan nature monument / cagar alam yang khusus konservasi elang jawa yang berada di kawasan Pegunungan Wilis. Nature monument ini berupa tanaman dan juga hewan yang langka. Pada dataran tinggi Arga Embag/ margombak (berada di antara gunung hargokalangan dan dorowati) terdapat rawa-rawa dengan tanah yang bergoyang. Tumbuhan berupa rumput sangat subur. Di tempat ini terdapat spesies hewan kijang bertandung panjang.

Pariwisata

Objek wisata Gunung Wilis yang paling banyak adalah Air terjun, namun belum begitu dikembangkan hingga saat ini. Beberapa tempat pariwisata yang kini mulai dikembangkan dan mulai dikenal masyarakat luas adalah Air Terjun Ironggolo, Air Terjun Dholo yang terletak di Desa Jugo, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri.

Di Kawasan Lereng Gunung Wilis juga terdapat bangunan peninggalan Belanda dan Jepang seperti Loji Belanda, Bunker, Lookrab (Parit Perang), Goa Jepang, hingga Pedotan Jepang yang membujur dari Madiun hingga Kediri.

Pemerintah telah mencanangkan program pembukaan jalur kawasan selingkar Gunung Wilis yang meliputi 6 Kabupaten di Lereng Wilis. jika di Nganjuk, Pengunjung akan dapat menjumpai Air Terjun Sedudo, Singokromo, dan Sri Gunting. di Kabupaten Madiun, Para Pengunjung juga dapat mengunjungi Air Terjun Kertoembo, Air Terjun Kedung Malem, Waturumpuk, Selogedong, dan Kawasan Perkebunan Kopi Kandangan Kare. Kabupaten Ponorogo mempunyai Pesona Daerah tersendiri berupa Telaga Ngebel, Air Panas Tirta Husada, Mloko Sewu, dan juga Air Terjun Selorejo.

Upaya Konservasi

Kawasan Hutan Produksi di Pegunungan Wilis masuk dalam dua wilayah kerja Perhutani Divre Jawa Timur yakni KPH Kediri yang meliputi wilayah Nganjuk, Kediri, Tulungagung, Trenggalek dan KPH Lawu yang meliputi wilayah Ponorogo dan Madiun

Tahun 2020, Pelestari Kawasan Wilis Kediri menemukan aktivitas penebangan pohon secara liar di kawasan hutan lindung tepatnya di sekitar Air Terjun Ngleyangann, Kabupaten Kediri.[6] Penggundulan hutan (Deforestasi) dengan cara penebangan pohon mencapai luasan hingga sekitar 35 hektar.

Kondisi pegunungan wilis di tahun 2022 mengalami Deforestasi yang terjadi akibat dua hal yakni Kebakaran Hutan serta Alih fungsi lahan. Kegiatan alih fungsi lahan hutan untuk kepentingan tertentu juga terjadi di Gunung Wilis, salah satunya di kawasan Gunung Wilis Kediri.

Berdasarkan data dari Pelestari Kawasan Wilis (Perkawis), hasil pendataan tahun 2018 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI, kawasan hutan kritis di Pegunungan Wilis mencapai 15.773 hektar dari total 81.756 Ha [7]

“Hutan yang kritis tersebut tersebar di 4 kecamatan, yakni Kecamatan Semen, Kecamatan Grogol, Kecamatan Tarokan, dan Kecamatan Mojo,” jelas Ketua Pelestari Kawasan Wilis (Perkawis) Tofan Ardi saat dihubungi Metara Senin (21/11/2022).

Di tahun 2022 ini menurut Tofan berdasarkan pantauan Pelestari Kawasan Wilis, luasan hutan yang beralih fungsi/ deforestasi sebagai lahan semakin memprihatinkan.

Kendati demikian, ia belum bisa memastikan berapa luasan hutan di Kawasan Wilis yang sudah rusak di tahun 2022 ini. Namun setelah tahun 2018, setiap tahunnya ia memperkirakan 10 persen hutan di Lereng Wilis Kediri rusak.

Tofan menyebut secara umum kondisi hutan wilis ini masuk kategori kritis. Pohon semakin habis akibat kebakaran hutan [8] serta alih fungsi lahan hutan menjadi pertanian dan perkebunan. Pohon hutan produktif pun kini sulit untuk mendapat tempat dikawasan itu.

Selain faktor manusia faktor alam juga masih menghantui kondisi kritisnya kawasan hutan wilis. Faktor alam seperti Kebakaran Hutan Gunung Wilis Kediri yang melanda terakhir tahun 2017 dan 2029 lalu, mengakibatkan tanah hutan wilis gersang. Pemulihan yang kian lambat, juga semakin membuat lahan tidak dapat kembali subur.

Salah satu upaya untuk memenuhi kecukupan 30 % tutupan lahan berupa hutan adalah melalui hutan rakyat di Jawa Timur[9]. Keberadaan hutan rakyat di Jawa Timur berkembang dengan pesat dari tahun ke tahun. Perkembangan hutan rakyat yang terus meningkat seiring dengan gencarnya program rehabilitasi hutan dan lahan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan didukung minat budidaya kayu oleh masyarakat yang cukup tinggi karena meningkatnya permintaan kayu rakyat untuk pemenuhan industri primer hasil hutan kayu di Jawa Timur maupun di luar Jawa Timur.

Dalam Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan disebutkan bahwa luas kawasan hutan yang harus dipertahankan minimal 30 % dari luas daerah aliran sungai (DAS) dan atau pulau dengan sebaran yang proporsional. Kebijakan tersebut dimaksudkan untuk menjamin optimalisasi peran kawasan hutan dalam hal manfaat lingkungan, manfaat sosial, dan manfaat ekonomi masyarakat setempat.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b "Wilis". Global Volcanism Program (dalam bahasa Inggris). Departemen Ilmu Mineral dan Museum Nasional Sejarah Alam Institusi Smithsonian. Diakses tanggal 2022-02-08. 
  2. ^ Tantu Panggelaran, Kitab. "Kitab Tantu Panggelaran". Budaya Indonesia. Sobat Budaya. Diakses tanggal 10 Februari 2023. 
  3. ^ Gumelar, Jagad. "Jagad Gumelar Manusia Tercipta". Diakses tanggal 10 Februari 2023. 
  4. ^ Panggelaran, Tantu. "Proses Penciptaan Manusia". Candi Web Id. Diakses tanggal 10 Februari 2023. 
  5. ^ Wilis, Pendakian. "Pendakian Gunung Wilis". Gunung.id. Diakses tanggal 10 Februari 2023. 
  6. ^ Kediri, Memo. "Tim Relawan Perkawis Kediri Desak Perhutani Tindak Pengrusak Hutan lindung". kediri.memo.co.id. Memo Kediri. Diakses tanggal 10 Februari 2022. 
  7. ^ net, Tanm. "Ribuan Hektar Hutan Wilis di Kediri Rusak Akibat Alih Fungsi". Tanm.net. Diakses tanggal 9 Februari 2023. 
  8. ^ Jatim, Antara. "Kebakaran hutan Gunung Wilis di Kediri meluas". Antara Jatim. Diakses tanggal 9 Februari 2023. 
  9. ^ Jatim, Dishut. "Data Spasial Kehutanan". Dinas Kehutanan Jawa Timur. Dishut. Diakses tanggal 9 Februari 2023.