Tari Selampit Delapan
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
|
Tari Selampit Delapan merupakan tari tradisional dari Jambi. Tari ini diperkenalkan M. Ceylon sekitar 1970. Awalnya tarian ini dimainkan 8 orang dengan menggunakan sumbu kompor yang diikat atau digantung. Tapi saat ini sumbu kompor telah diganti syal atau tali berwarna-warni agar tarian lebih menarik. Tari Selampit Delapan bertujuan merekatkan hubungan pergaulan antar pemuda. Oleh sebab itu setiap gerak tarian menggambarkan landasan dalam pergaulan yaitu kekompakan, keimanan, saling menghargai, dan perilaku bijaksana. Keistimewaan tari Selampit Delapan lainnya terletak pada gerakan penarinya yang luwes.[1]
Perlengkapan Tari Selampit Delapan
Pada tari Selampit Delapan, penari yang berjumlah 8 orang (4 pasang) tampil dengan komposisi pakaian beraneka warna, seperti biru, kuning, merah dan merah muda dengan warna syal yang senada. Aneka warna tersebut akan terlihat indah berpadu dengan sarung tenun khas Jambi. sarung tenun ini terbuat dari sutra bersulam emas dan dipakai penari sebagai ikat pinggang.[2]
Gerakan Tari Selampit Delapan
- Tarian biasanya dibuka dengan gerakan jongkok lalu berputar sembari menghaturkan salam sembah pada penonton sebagai rasa hormat dan penghargaan terhadap penonton atas kesediaannya menyaksikan persembahan tari mulai dari awal hingga selesai.
- Tarian dilanjutkan dengan melakukan gerakan inti yaitu penari menggambil syal lalu membentuk sebuah lingkaran sebelum melakukan gerakan berputar.
- Perlahan-lahan satu persatu dari para penari berputar untuk merajut syal, gerakan ini dilakukan secara bergiliran dan gemulai hingga syal menyatu menjadi lilitan yang indah.
- Setelah syal menyatu dengan bagus, gerakan tari selanjutnya adalah membuka rajutan syal menggunakan gerakan yang sama seperti gerakan awal ketika membuat rajutan.
- Setelah rajutan selesai dibuka, para penari membentuk formasi lingkaran sambil memainkan syal dengan gerakan teratur hingga syal kembali terbuka seperti semula.[2]
Referensi
- ^ Wulan Aryani, Dewi (2010). Aku Tahu Tari-Tarian Indonesia. Jakarta Selatan: PT Kopemdik Nusantara. hlm. 10. ISBN 978-602-9048-91-9.
- ^ a b Wulan Aryani, Dewi (2010). Aku Tahu Tari-Tarian Indonesia. Jakarta Selatan: PT Kopemdik Nusantara. hlm. 11. ISBN 978-602-9048-91-9.